25. Ablepsia: Terima Kasih (END)

191 35 4
                                        

     Akasa duduk di teras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     Akasa duduk di teras. Ia tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Air matanya menetes tak terkira. Satu minggu setelah perban matanya dibuka, ia mendapatkan telpon dari Hendra jika Deepa sudah meninggal. Hendra juga menceritakan kebenarannya. Siapa yang sudah memberikan donor mata itu untuk Akasa. Ia juga menerima paket dari nama pengirim ‘Deepa Gantari’.

     Laki-laki duduk dengan tatapan kosong. Ia kehilangan arah. Akasa tidak bisa menerima sepenuhnya apa yang sudah terjadi. Paket itu masih ada di pangkuannya. Akasa terlihat seperti orang bodoh sekarang.

     Hara datang entah dari mana. Gadis itu mendekat. Ia menangkap ada raut wajah aneh dari Akasa. Diam, netra lurus ke depan dengan tatapan kosong. Hara menatap Akasa bingung. Ia menatap paket yang ada di pangkuan Akasa dan membaca siapa pengirim surat itu.

     “Apa itu A?’ tanya Hara basa-basi.

     Akasa gelagapan. Ia bicara tidak jelas. Sudah seperti orang gagu.

     “A, kenapa?”

     Akasa tidak menjawab pertanyaan Hara. Tangannya sibuk membuka paket yang ia terima. Tergesa-gesa dan tidak sabaran. Akasa berharap dengan adanya paket ini membuktikan bahwa apa yang Hendra bilang padanya hanyalah suatu pembohongan. Laki-laki itu menaruh harap besar pada paket yang ia terima.

     Netra laki-laki memanas. Kini buliran air jatuh. Sebuah foto Akasa dan Deepa waktu mereka berkunjung ke Taman Siring 0 KM. Pose Deepa yang sangat ceria. Senyum yang merekah.

     Tidak hanya itu. Akasa menemukan sebuah surat tulis tangan.
.
.

Akasa, bagaimana kabarmu?
Baik-baik saja bukan?
Aku? Aku baik-baik saja.
Jangan bersedih lagi ya.
Aku harap kamu bisa menjalani kehidupan normal seperti orang-orang pada umumnya. Aku tidak bisa menahan sakit ketika kamu bekerja tanpa henti di rumah ku dulu.

Oh iya, aku mendapatkan kabarmu dari Ayah beberapa hari lalu. Ayah bilang jika kamu ada di desa. Hmm, bagaimana keadaan di sana? Indah bukan? Ahh! Seharusnya kamu mengajakku pergi ke tempat indah seperti itu, hehe..

Akasa, ^_^
Maaf, saat kamu membaca surat ini itu tandanya aku sudah tidak bisa di sampingmu lagi. Tapi aku berharap kamu bisa hidupmu dengan penuh kebahagiaan. Aku tahu kamu adalah laki-laki kuat. Kamu pasti bisa melewatinya tanpa aku, bukan? Ayolah! Kamu pasti bisa. Mana Akasa yang aku kenal dulu? Laki-laki yang tidak pernah kenal lelah dan selalu ikhlas menerima keadaan.

Akasa, sekali lagi aku meminta maaf karena tidak menemuimu setelah aku pulang ke Banjarmasin. Maaf karena aku, kamu diusir Mama. Aku minta maaf, Akasa.
Tapi kamu tidak boleh memintaaf padaku. Aku tidak ingin menerima maaf itu.
Pesan terkhirku, tolong jaga mata itu. Aku memang tidak bersamamu lagi, tapi ada bagian dari diriku yang selalu menemanimu.

Ableps-ia ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang