08. Ablepsia: Semakin Dekat

168 40 16
                                    

     Pagi ini gadis yang kerap kali bangun kesiangan sudah terlihat rapi bersih dan wangi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


     Pagi ini gadis yang kerap kali bangun kesiangan sudah terlihat rapi bersih dan wangi. Rambutnya dikuncir satu dengan poni penuh menutup dahi. Deepa kini berada di depan meja riasnya. Menepuk pelan wajahnya dengan spons bedak. Hanya riasan sederhana: bedak dan menjepit bulu mata, sudah cukup bagi seorang Deepa Gantari.

     Kakinya berlenggang menuju pintu. Saat gadis itu memegang gagang pintu dan membukanya, siapa sangka Rhava berada tepat di depannya dengan pose seperti akan mengetuk pintu. Gadis itu membalas dengan sunggingan manis di kedua sudut bibirnya. Auranya bercahaya. Rhava menangkap gelagat aneh dari sang adik.

     “Sehat?” ujar Rhava sembari meletakkan tanggannya di dahi Deepa.

     Gadis itu menepis. Menatap sinis. “Menang Deepa pernah sakit jiwa?”

     “Ya, gak gitu,” jawab Rhava. “Hanya saja, tidak biasanya seorang Deepa Gantari yang sering dipuja para lelaki, bangun pagi-pagi sekali.” Rhava berbicara dengan nada mengejek.

     “Jangan A'a kira jika Deepa gak bisa bangun pagi,” ujar Deepa ketus. “Sudahlah! Deepa laper, pengen sarapan.”

     Deepa meninggalkan Rhava yang masih menatap bingung adik gadisnya itu. Apa ini efek pubertas? Pikir Rhava. Tidak ingin berlama-lama bergelut dengan pikirannya sendiri, Rhava juga mengekori adiknya menuju meja makan.

     Sarapan kali ini tidak ada Hendra. Pria paruh baya berumur 48 tahun itu sedang dinas keluar kota. Rissa makan seperti biasa. Begitu pun dengan Rhava, ia juga memakan sarapan kali ini seperti biasanya. Deepa, melahap semua sarapan yang bertengger rapi di depan matanya. Menu kali ini nasi kuning dan telur itik masak habang. Gadis itu melahap seperti orang yang tidak makan 3 hari.

     Memang saja aroma nasi kuning itu sangat kuat. Perpaduan antara aroma santan, dan jeruk, dan daun pandan, cukup itu membuat perut keroncongan.

     “Deep, makan pelan-pelan.”

     “Iwni udwah pwelan,” jawab dengan mulut penuh.

     Rhava hanya menggeleng mendengar jawaban adiknya itu. Ia bahagia ketika melihat Deepa bahagia. Entah apa yang membuat adiknya itu terlihat ceria hari ini, hanya saja Rhava suka melihatnya.

     Setelah selesai sarapan, Rissa pergi begitu saja. Rhava berjalan seikit tergesa. Ada urusan kantor yang harus ia selesaikan hari ini. Hendra sedang dinas keluar kota, karena itulah ia mendapatkan pekerjaan double. Deepa tetap duduk di kursinya. Ia menunggu Akasa datang. Entah apa motif Deepa, tapi ia tetap duduk manis di sana. Sesaat kemudian, Akasa datang bersamaan dengan kereta dorong yang dipakai untuk meletakkan piring-piring kotor yang hendak dicuci.

     Deepa membantu Akasa meletakkan piring-piring itu. Sesekali melirik ke arah Akasa. garis wajah yang tajam, hidung mancung, mata besar, dan kulit sawo matang. Kesan Deepa terhadap Akasa: manis. Gadis itu sampai mengekori akasa ke dapur dan ikut membantu mencuci piring.

     “Bagaimana tidurmu?” tanya Deepa sembari tangannya meraih piring yang sudah Akasa cuci dan metelakkan di tempat tirisan. Tiba-tiba saja teringat tadi malaam saat Akasa berlari di tengah hujan.

     “Baik saja. Bagaimana dengamu?”

     “Aku juga baik.”

     Tanpa sadar Deepa menarik simpul manis. Perasaan apa yang ia rasakan, ia juga tidak mengetahuinya. Yang jelas, ia sangat senang. Itu saja.

     “Kau sedang tersenyum?” tanya Akasa.

     Deepa gelagapan. Gadis itu tiba-tiba mengubah raut wajahnya menjadi netral. “Ti-tidak.”

     Akasa tersenyum.

     Hari itu seperti biasa. Deepa selalu membantu Akasa mengerjakan pekerjaan rumah. Di rumah itu ada pembantu, namun satu pembantu saja tidak akan cukup mengurus rumah yang sangat besar. Akasa mendapatkan tugas mencuci piring, mencuci pakaian, membersihkan halaman depan belakang, merawat tanaman, dan sekali dua kali ia mendapatkan tugas tambahan dari Rissa atau Rhava. Sisanya dikerjakan oleh Bibi Sarah.

Ableps-ia ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang