Perlahan cahaya itu memudar, hal indah mulai lenyap. Tidak ada yang bisa dibawa untuk rasa bahagia. Bagai seutas tali, Akasa hanya bisa ber-cycle di sana. Terjebak dan sangat sulit merangkak keluar.
Secercah cahaya mulai bersinar. Deepa, seoran...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Malam itu, Deepa menepati ajakannya pada Akasa. Kini mereka berdua tengah berada di keramaian kota, tepatnya di wisata Siring, 0 KM kota Banjarmasin. Jangan lupakan perjuangan keduanya hingga benar-benar berhasil keluar, eh tidak! Mungkin sebutan kabur sangat cocok.
Deepa beralasan ingin pergi ke toko kosmetik, karena perawatan kulitnya habis. Namun semua itu hanya alasan belaka. Rhava menaruh banyak kecurigaan pada adiknya itu. Ia tahu jika Deepa bukan anak gadis yang gencar dalam hal rawat-merawat kulit. Cukup seadanya saja. Dan jika perawatan itu habis, kadang Deepa tidak membelinya sampai 1 bulan. Karena gadis itu acuk tak acuh dengan hal seperti itu.
Lalu sekarang, ia keluar malam untuk mencari skincare-nya yang habis? Namun bukan Deepa namanya jika ia tidak bisa lolos dari Rhava. Gadis itu bilang, jika ia sekalian ingin melihat indahnya kota Banjarmasin. Karena ia sudah lama tidak jalan-jalan di kota kelahirannya itu. Rhava membolehkan, asalkan ia juga ikut.
Lagi dan lagi gadis berlesung pipi itu mencari alasan agar bisa keluar sendiri. “Gak ah! Kalau A Rhava ikut, nanti temen A Rhava juga datang. Deepa gak mau ketemu sama temen A Rhava.”
“Boleh ya, boleh?” Mohonnya sekali lagi. “Deepa udah pesan GO-Car kok. Jadi A Rhava tenang aja, okey?”
Sangat berat hati, Rhava memberi persetujuan. Deepa memasang raut wajah sempurna. Akhirnya ia bisa jalan-jalan tanpa ada kakaknya.
“Tapi janji, jika jam 11 kamu tidak di rumah, aku bakal kasih tau ke mama kalau kamu masih suka ngoleksi Doraemon dan menonton serial itu sampai tengah malam.”
Deepa memberi hormat tanda setuju. Tak lupa gadis yang membiarkan rambutnya tergerai dengan jepitan kecil di sebelah kanan kepalanya itu, mencium punggung tangan kakaknya.
Mobil yang dipesan Deepa sudah ada di depan. Rhava masih menatap Deepa sampai gadis itu benar-benar masuk ke dalam mobil. Sedangkan Deepa sangat ingin berteriak sekarang juga. Ia berhasil lolos dari kakaknya yang sangat overprotective.
Gadis itu memegang ponselnya dan menelpon. Sebuah nama terpampang jelas di layar ‘Akasa’.
“Sudah di depan?”
“Iya. Aku sudah di depan komplek.”
“Baiklah.”
Akasa harus menunggu di sana, agar mereka tidak ketahuan. Tiga puluh menit lebih mereka berada di dalam mobil. Bukan karena jauh, hanya saja sekarang adalah malam minggu. Banyak orang-orang menghabiskan malam pekan di luar dan jalan-jalan. Apalagi sekarang di tempat tujuan mereka sedang ada festival perahu. Festival ini diadakan ketika ada hari peringatan.
Siring adalah tempat wisata sekaligus rekreasi yang berada di samping sungai Martapura. Banjarmasin dikenal dengan kota seribu sungai. Disepanjang jalan-jalan yang ada di provinsi Kalimatan Selatan itu selalu ada sungai yang tidak terputus. Apalagi jika dahulu orang-orang bertransfortasi di atas air dengan menggunakan sampan, atau yang biasa disebut orang Banjar dengan sebutan jukung.