10. Ablepsia: Ketahuan

143 39 9
                                    

     Malam itu Rissa dan Rhava menonton televisi di ruang keluarga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


     Malam itu Rissa dan Rhava menonton televisi di ruang keluarga. Sudah pukul 10 malam, wanita paruh baya itu baru saja menyadari jika Deepa tidak ikut menonton televisi. Biasanya Deepa selalu ikut dan bercengkrama bersama. Netranya mengedar, hanya ada Rhava yang asyik memakai ponsel pintarnya. Rissa bertanya-tanya, ke mana anak gadisnya itu?

     “Va, adek kamu mana?”

     “Ke luar Ma. Mau nyari skincare katanya,” jawab Rhava tanpa sedikitpun melepaskan pandangan pada ponsel yang ada dalam genggamannya.

     “Malam-malam begini? Sama siapa?”

     “Sendiri.”

      Rissa bangkit dan menegakkan tubuhnya. Karena dari tadi wanita paruh baya itu berbaring di sofa yang cukup menampung tubuhnya. “Sendiri?” tanya Rissa lagi.

     Rhava berdehem sebagai jawaban.

     “Telpon adikmu sekarang juga! Sekarang malam minggu. Mama tidak mau jika adikmu kenapa-napa. Terlebih dia tidak terlalu tau tentang seluk-beluk kota,” titah Rissa.

     Benar saja. Deepa memang lahir di Banjarmasin. Namun sudah 6 tahun ia meninggalkan kota kelahirannya. Tentu saja banyak perubahan yang terjadi dalam kisaran waktu itu. Rhava lekas mencari kontak adiknya.

     Di lain tempat, Deepa dan Akasa sedang menunggu GO-Car yang mereka pesan untuk pulang. Sudah 7 menit sejak mereka memesan namun tak kunjung sampai. Waktu sudah menunjukkan pukul 10.27 malam. Itu artinya mereka hanya memiliki waktu 33 menit untuk sampai di rumah. Deepa tidak yakin di waktu yang tersisa ia bisa sampai rumah tepat waktu.

     Berulang kali gadis itu menghubungi Amang GO-Car untuk segera sampai. Namun apa boleh buat, jika jalanan sekarang sedang macet. Mobil akan susah mencari celah untuk hal balap-membalap. Kedua insan itu tengah berdiri di depan perpustakaan kota Banjarmasin. Bangunan kuno berasitektur rumah Banjar di kawasan Siring Jalan Pierre Tendean. Rumah berbentuk seperti rumah Banjar itu disulap sebagai pusat informasi wisata dan perpustakaan dengan koleksi 10 ribu eksemplar lebih. Letakknya cukup strategis, di kawasan wisata Siring dan di tepian sungai Martapura yang membelah jantung Kota Banjarmasin. Sekali berwisata, tak lupa membaca.

     Tangan kanan Deepa menggenggam erat ponselnya kini ikut bergetar. Rupannya ada panggilan masuk dari sang kakak. Deepa menjawab dengan sangat hati-hati. Ia juga mengisyaratkan pada Akasa untuk tidak berbicara ketika ia sedang dalam panggilan telpon.

     “Hallo A.”

     “Pulang sekarang juga!”

     “Ini Deepa sudah mau pulang, tapi masih nungguin Amang GO-Car. Kata beliau, sebentar lagi akan sampai,” jawab Deepa benar adanya.

     “Atau aku aja yang jemput?” tawar Rhava.

     Deepa bingung harus membrikan respon seperti apa. Jika ditolak, Rhava pasti akan merah. Untungnya ada bohlam yang bernyala dalam benaknya. Lagi dan lagi Deepa menemukan alasan.

Ableps-ia ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang