Perlahan cahaya itu memudar, hal indah mulai lenyap. Tidak ada yang bisa dibawa untuk rasa bahagia. Bagai seutas tali, Akasa hanya bisa ber-cycle di sana. Terjebak dan sangat sulit merangkak keluar.
Secercah cahaya mulai bersinar. Deepa, seoran...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Deepa melenggang pergi dari kamarnya. Hari ini adalah hari pertamanya bekerja di Dinas Pemukiman dan Pemasaran Daerah. Justru gadis itu tidak ingin telat di hari pertamanya. Ia sangat bersyukur karena langsung diterima setelah ia lulus kuliah. Sesampainya di kantor, Deepa disambut ramah. Senyuman hangat terlontar di antara sesama karyawan. Baru hari pertama bekerja ia sudah mendapatkan projek pembangunan gedung perpustakaan di suatu desa.
"Kamu yang namanya Deepa?" tanya seorang laki-laki bertubuh tidak terlalu tinggi.
"Ya," jawab Deepa seadanya.
"Aku Arvin. Kita akan menjalankan projek ini bersama-sama."
Deepa menaggapi Arvin biasa-biasa saja. Ia kembali fokus pada pekerjaannya yang ada di depannya. Merasa tidak dihiraukan, Arvin mencari cara agar hadinya dapat mengambil fokus Deepa. Laki-laki siapa yang tidak ingin berkenalan dengan gadis secantik dan secerdas Deepa.
Arvin bertindak di luar nalar. Ia malah menari Bang Jali tanpa disuruh. Lengkap dengan suaranya yang agak-agak mendekati sumbang. Semua mata tertuju pada Arvin. Namun laki-laki sama sekali tidak merasa malu.
Deepa menatap Arvin aneh. Apa yang ia lihat benar-benar sangat di luar akal sehat. Apa yang Arvin lakukan di depannya? Sungguh manusia aneh.
"Hei! Kenapa tidak menghiraukan aku?" tanya Arvin random.
"Memang kamu ingin aku merespon seperti apa?"
Arvin berpose bak artis. "Seperti ini 'waaahh... Suaramu bagus. Kamu cocok menjadi artis, Arvin. Atau kau bisa menjadi idol Korea', mudah bukan?"
Deepa membelalakan matanya. Laki-laki di depannya sepertinya tidak waras.
"Nak Deepa, Arvin memang seperti itu. Urat sarafnya barus aja putus," ejek seorang pria paruh baya yang duduk tidak jauh dari Deepa berada.
"Baiklah. Aku boleh minta nomermu?" tanya Arvin lagi dengan kerandomannya.
"Bukankah di grup chat kantor ada nomorku?" tanya Deepa.
Arvin memanyunkan bibirnya. Deepa sangat ingin menonjok Arvin sekarang. Sungguh laki-laki tidak tahu malu. "Tapi aku ingin mendapatkannya darimu langsung," ucap Arvin dengan nada diimut-imutkan.
Seisi ruangan ingin muntah melihat tingkah Arvin. Begitu pula dengan Deepa. Dosa apa yang telah Deepa perbuat sehingga bertemu dengan laki-laki yang tidak memiliki urat malu?
"Mana ponselmu?" Gadis berbulu mata lentik itu terpaksa menuruti semua kerandoman dan keanehan Arvin.
Laki-laki itu bersorak ria. Lekas ia mengambilkan ponsel yang ada di kantong celananya. "Ini."
Deepa meraih ponsel itu. Namun apa yang Deepa lihat sangat mengejutkan. Layar ponsel itu sepenuhnya hitam. Sama sekali tidak bisa dihidupkan. Deepa memberikan isyarat pada Arvin atas keadaan ponsel laki-laki itu. Arvin kembali membalasnya dengan tawa tanpa dosa.
"Maaf, aku lupa jika baterainya habis."
Sungguh laki-laki aneh, batin Deepa.
"Mana ponselmu?" tanya Arvin.
"Untuk apa?"
"Sudah berikan saja," ujar Arvin.
Laki-laki mengetikkan seuatu di layar ponsel Deepa. Masih dengan wajah sok manisnya, Arvin seolah-olah telah membuat sesuatu yang di luar nalar lagi dengan ponsel gadis itu.
Arvin pergi seperti tanpa dosa. Melenggang cantik seperti anak kecil yang mendapatkan permen atau coklat. Deepa masih terpaku di bangku kerjanya. Saat Arvin benar-benar menghilang dari pandangannya, baru Deepa melihat ponselnya yang tadi dipinjam Arvin.
Laki-laki itu menekan nomornya. Namun yang lebih membuat Deepa tercengang adalah Arvin memberi nama pada kontaknya sendiri dengan nama 'Arvin Ganteng'. Deepa hanya bisa menggelengkan kepalanya. Ia hampir tidak habis pikir dengan semua tingkah Arvin.
"Deep, kamu harus terbiasa dengan Arvin. Dia memang tipe anak yang hiperaktif. Dia memang aneh. Tapi kerandomannya bisa membangkitkan suasana," ujar seorang wanita berumur 25 tahunan. "Tenang saja dia bukan laki-laki jahat. Hanya saja tingkah anehnya membuat orang berpikir yang tidak-tidak dengan dirinya," timpal wanita itu lagi.
Deepa membalas penjelasan itu dengan senyuman. Ia kembali fokus pada pekerjaannya. Jika dipikir-pikir, Arvin itu unik juga.
🕶 🕶 🕶
Selama 8 jam bekerja, Deepa sama sekali tidak merasa bosan dan lain sebagainya. Ia merasa sangat nyaman meskipun itu adalah lingkungan baru baginya. Banyak laki-laki yang ingin mengajak Deepa untuk berkenalan. Gadis itu hanya menanggapi sewajarnya saja. Hanya Arvin satu-satunya laki-laki aneh yang kesannya bisa Deepa ingat.
"Hai Deep. Ketemu lagi," ujar Arvin yang datang entah dari mana.
"Ah hai."
"Mau pulang?" tanya Arvin. "Mau ikut aku?"
Deepa menggeleng. "Ah tidak. Ada sesuatu yang harus aku urus."
Arvin menganguk tanda mengerti. "Baiklah. Jangan lupa telpon aku yaaaa."
Arvin langsung pergi dari hadapan Deepa. Tapi yang membuat laki-laki itu semakin terliat stres adalah ia berjalan mundur. Benar saja, laki-laki itu menabrak meja yang ada di belakangnya. Deepa sontak tertawa.
Deepa, gadis itu hari ini ingin mencari di mana Akasa berada. Ia sudah mencari berbagai cara untuk menemukan petujuk di mana Akasa berada. Namun nihil, tidak ada yang berbuah manis. Gadis itu sama sekali tidak menemukan apa pun tentang Akasa.
Hari ini ia berencana pergi ke lingkungan di sekitar rumah Bi Inah. Orang yang dulu merawat Akasa semnejak orang tua Akasa meninggal karena kecelakaan. Sesampainya Deepa di sana, lagi dan lagi ia mendapatkan kebuntuan. Warga di sekitar tempat tinggal almarhummah Bi Inah sama sekali tidak pernah melihat Akasa semenjak Akasa pindah ke rumah orang tua Deepa.
Akasa, sebenarnya ke mana kamu pergi? Apa yang sudah terjadi di saat kepergianku? Kenpa kamu sama sekali tidak meninggal pentujuk untuk bisa aku temukan? Apa hanya aku yang ingin mencari dan bersamamu lagi?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.