Satu minggu sudah berlalu sejak hari pertama Deepa bekerja di Dinas Pemasaran dan Pemukiman Daerah. Kini ia disibukkan dengan tugasnya. Gadis itu berada di tengah berada di desa. Memakan waktu sekitar 1 jam lebih dari rumahnya yang berada di wilayah kota.
Bermodal kecerdasan dan kecantikan, projek di desa itu berjalan mulus. Deepa terlihat seperti orang yang sangat hebat ketika ia fokus pada pekerjaanya. Ia tidak sendiri, ada Arvin yang selalu berada di dekatnya.
Deepa sangat ingin menolak keberadaan laki-laki itu. Tapi bagaimana pun juga Arvin tidak pernah melakukan kesalahan. Hanya saja Deepa sangat lelah menghadapi tingkah Arvin yang sangat diluar batas.
"Mau ke pasar?" tanya Arvin
"Di sini ada pasar?" tanya Deepa balik/
Arvin terkekeh. "Makanya jangan kerja mulu. Terlalu fokus sama pekerjaan juga tidak baik. Jadilah seperti ak—"
"Aku yang tidak pernah mengambil pusing semua pekerjaan," sambung Deepa dengan nada mengejek.
Keduanya sontak tertawa lepas. Deepa sudah tahu kalimat apa yang akan keluar dari bibir Arvin. Jadi sebelum Deepa mendengar untuk kesekian kalinya, lebih baik ia mengucapkannya lebih dulu.
"Ayo," ucap Deepa di tengah lenguhan tawa keduanya.
"Ke mana?"
Ayolah! Apa Arvin akan amnesia sesingkat itu.
"Ke kuburan," ujar Deepa kesal.
"Ngapain?" tanya Arvin. "Apa kamu mendapatkan tugas tambahan untuk menggali kuburan?" tanya Arvin random.
Deepa menarik napas panjang. "Bukankah tadi kamu mengajakku pergi ke pasar?" tanya Deepa sembari memberi tatapan intimidasi.
"Aku? Kapan?"
Siapa saja tolong musnahkan Arvin sekarang juga!
"Ya sudah jika tidak mau." Deepa berbalik menuju tempat peristirahatan. Belum sempat gadis itu melangkahkan kaki 5 kali, Arvin sudah menarik lengannya.
"Hihihii, aku hanya bercanda," ucap Arvin polos. "Ayok!"
Arvin dan Deepa sedang menyusuri pasar. Aneka barang dijual. Di mulai dari sayur-mayur, lauk-pauk, pakaian, dan lain sebagainya. Deepa merasa sangat senang. Karena ini kali pertamanya datang ke pasar tradisional. Meskipun terik matahari menyengat permukaan kulitnya.
Arvin dan Deepa tiba pada penjual kue cincin. Makanan khas kalimatan selatan yang terbuat dari tepung beras dan gula merah. Berbentuk lingkaran yang diberi beberpa lubang di tengahnya. Rasa manis dan khas kue itu sangat memanjakan lidah.
Saat Arvin sibuk membeli, netra Deepa menyusuri setiap sudut. Ia tak henti-hentinya kagum. Keramahan masyarakat, sesekali ada warga yang saling bertegur sapa jika bertemu kenalannya, tawa pecah di antara bisingnya pasar. Hal-hal yang tidak bisa Deepa dapatkan ketika ia berada di kota.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ableps-ia ✔
RomancePerlahan cahaya itu memudar, hal indah mulai lenyap. Tidak ada yang bisa dibawa untuk rasa bahagia. Bagai seutas tali, Akasa hanya bisa ber-cycle di sana. Terjebak dan sangat sulit merangkak keluar. Secercah cahaya mulai bersinar. Deepa, seoran...