Beberapa hari telah berlalu, hingga tiba saat di hari keberangkatan Deepa ke London untuk melanjutkan study-nya. Sebelum hari keberangkatannya, Deepa selalu menemui dan membantu Akasa. Laki-laki itu dicabut dari hukumannya—tidak makan beberapa hari—karena Deepa menyetujui kuliahnya di luar negeri.
Gadis pemilik bulu mata lentik itu masih saja duduk lesu di atas kasur Doraemonnya. Semua barang-barang sudah ia siapkan. Kali ini ia akan berangkat sendiri, karena Rhava sibuk membantu Hendra mengurus perusahaan. Pikiran gadis itu berputar kemana-mana. Hatinya sangat tidak karuan. Sampai momen yang suda diciptkan dengan Akasa kembali terputar dalam benaknya.
Deepa tidak bisa mengklaim kalau ia telah jatuh cinta pada Akasa. Tapi sosok laki-laki itu selalu memenuhi pikirannya. Apa aku telah jatuh pada pesona sederhanamu?
Di luar hujan. Sungguh cuaca yang sangat mendukung. Sebagai seorang yang tidak terlalu suka hujan, cuaca kali ini meperkeruh suasana hati Deepa. Netra perempuan itu kembali menangkap Akasa yang kembali turun ke halaman, menentangkan kedua tangannya.
Sesuka itu kamu sama hujan?
“Deep, 3 jam lagi pesawat kamu akan berangkat. Semoga saja tidak delay karena hujan ini,” ucap Rhava dari balik pintu kamar Deepa.
Gadis itu hanya berdehem sebagai jawaban. Pikirannya benar-benar kalut sekarang. Ia teringat pada lukisan yang telah ia buat beberapa hari lalu. Sebuah kertas bercoretkan wajah Akasa dan wajah Deepa yang saling belakang-membelakangi.
Semoga saja lukisan ini tidak akan bertahan lama, seperti kamu yang selalu terformat ketika hujan dan menyunggingkan senyuman, monolog Deepa dalam hatinya sembari netra gadis itu masih terpaku pada sosok Akasa yang masih bermain dengan hujan. Sesekali gadis itu mendengar teguran Rissa untuk Akasa. Memerintah laki-laki itu untuk masuk ke rumah dan melanjutkan pekerjaannya.
🕶 🕶 🕶
Laki-laki yang tadi baru saja bermain hujan, kini tengah berada di teras belakang rumah. Bajunya basah kuyup. Rambutnya berantakan karena air. Akasa sedikit menggigil, namun itu tidak membuatnya benci dengan air. Hujan sudah semakin reda, Akasa masih saja melihat tetesan itu di tempat yang teduh. Kini ia sudah mengganti pakaiannya.
Semoga ada pelangi.
Benar saja, pelangi itu benar-benar muncul. Akasa hanya bisa melihatnya kabur. Namun sunggingan di kedua sudut bibir laki-laki itu tetap ada. “Aku beruntung bisa melihat pelangi meski tidak jelas, dibanding mereka yang sama sekali tidak bisa melihat apa-apa,” gumamnya.
“Hai Kasa,” sapa Deepa.
Si pemilik nama lantas berbalik dan menyunggingkan senyum. Deepa tidak kuat hati melihat senyuman itu. mungkin akan menjadi senyuman terkahir yang ia lihat sebelum ia harus pergi ke London untuk kuliah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ableps-ia ✔
RomansaPerlahan cahaya itu memudar, hal indah mulai lenyap. Tidak ada yang bisa dibawa untuk rasa bahagia. Bagai seutas tali, Akasa hanya bisa ber-cycle di sana. Terjebak dan sangat sulit merangkak keluar. Secercah cahaya mulai bersinar. Deepa, seoran...