Empat

2.5K 357 56
                                    

--------------------------------------------------

Sorry for typos and happy reading.

--------------------------------------------------

EMPAT

Dengan lengan bersedekap dan pundak bersandar di dinding luar studio milik Lee Tae Hwan, Kim Myungsoo mempertimbangkan segala kemungkinan yang ada saat ini. Dia tampak bimbang.

"Kau tampak marah bung."

Myungsoo melirik, mendapati Tae Hwan datang dengan rokok yang menyala di antara jarinya. Pria Lee itu ikut bersedekap di dinding luar studio.

"Kau sendiri yang bilang kalau kau akan keluar jika aku pulang dengan seorang wanita." Ia melirik Myungsoo yang kini masih setia bersedekap.

"Aku tidak marah padamu, aku hanya marah pada diriku sendiri." Myungsoo mengurai lipatan tangan di dada, bersamaan dengan helaan napasnya yang lolos.

"Kenapa aku begitu ceroboh?" Tambahnya kemudian, kini bergerak memasuki studio dengan kedua bahu yang jatuh. Pria Kim itu tampak begitu lemah.

Tae Hwan mematikan rokok di tangan dengan menginjaknya, lantas mengikuti pergerakan Myungsoo yang memasuki studio.

Satu jam yang lalu, Tae Hwan datang bersama dengan teman kencannya ke studio miliknya tersebut. Ia memang biasa kencan di sana karena selama ini hidup sendiri. Tapi, sekarang ada Myungsoo yang menumpang. Meski demikian, Myungsoo bilang bahwa dia akan langsung pergi jika Tae Hwan datang ke studio dengan wanita.

Pria Kim itu menempati janjinya, dia memang pergi keluar setelah melihat Tae Hwan datang dengan wanita. Bukannya Tae Hwan ingin datang tiba-tiba, hanya saja ia tak bisa memberitahu pria Kim itu terlebih dahulu karena Myungsoo tidak punya ponsel. Ponsel lama pria itu rusak dan tidak bisa diperbaiki.

Kembali ke cerita utama. Melihat Tae Hwan datang dengan teman kencannya ke studio, Myungsoo buru-buru memasukkan laptopnya ke dalam tas, waktu itu Myungsoo sedang mengerjakan tugas. Dia keluar dengan cepat agar tidak mengganggu. Dia pergi begitu saja tanpa sadar tas yang ia bawa belum terkancing sempurna.

Alhasil, laptopnya jatuh di tengah jalan dan rusak.

"Laptopnya tidak bisa kau perbaiki sendiri?" Tae Hwan yang melihat Myungsoo sedih karena laptopnya rusak mendekati sang pria hati-hati.

"Tidak bisa. Sudah aku coba. Layarnya rusak, perlu ganti layar baru." Pria Kim itu mengusap kasar wajahnya. Semua tugas pentingnya ada di sana, meski pun mendapatkan semua data-data itu, dia tetap perlu laptop pribadi untuk bisa kuliah.

"Kenapa aku sial sekali tahun ini?" Myungsoo membaringkan dirinya di atas sofa dengan wajah yang masih ia usap-usap, dia benar-benar tampak kacau. Sudah kena tipu hingga tidak punya tempat tinggal, kini sarana ia belajar juga rusak. Benar-benar parah.

"Aku harus segera dapat uang agar bisa perbaiki laptop." Pria Kim itu tiba-tiba bangkit, "aku harus cari kerja tambahan kalau begini." Sorot matanya tiba-tiba berubah.

Myungsoo bangkit, bergerak mengambil kemeja luarnya dan memasang dengan tergesa-gesa. Dia segera menuju pintu keluar, tapi belum benar-benar sampai, pria Kim itu berbalik.

"Tae Hwan hyung."

Tae Hwan yang sedari tadi memang memperhatikan seketika mengernyitkan kening. Myungsoo hanya memanggilnya dengan sebutan hyung jika ada maunya saja.

"Pinjam uang, biaya transportasi." Dengan tidak tau malu, Myungsoo mengadahkan kedua tangan di depan Tae Hwan. Entah sejak kapan dia mendekat.

"Kau bahkan tak punya uang untuk naik bus?"

AFFAIR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang