Dua Puluh Lima

2.8K 365 47
                                    

--------------------------------------------------

Sorry for typos and happy reading.

--------------------------------------------------

DUA PULUH LIMA

Lee Min Ho memasuki kamar mandi dan langsung menutup pintu, hal pertama yang ia lakukan saat masuk adalah menghampiri wastafel. Dia melihat pantulan dirinya di sana, ada gurat keraguan di dahi dan hal itulah yang membuat dia harus berada di sini sekarang.

Dia tidak ingin mencurigai istrinya, tidak ingin lagi, tapi entah kenapa kecurigaan demi kecurigaan terus mengampirinya. Seakan mempermainkannya. Seperti sekarang, saat Suzy menolak untuk bercinta dengannya, dia langsung merasakan curiga.

Apakah menstruasi hanya ia jadikan sebuah alasan untuk menjauh dariku?― Min Ho tau, dia seperti pecundang yang terlalu mengkhawatirkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi.

Berbalik, Min Ho menuju ke arah tempat sampah kamar mandi. Membuka tutup tempat sampah itu hanya dengan kaki; tempat sampah dominan berwarna putih itu merupakan tempat sampah khusus milik Suzy. Dia meneliti isi dalam benda itu dengan mata tajamnya, menemukan sesuatu yang ia cari lantas menjauh dari sana.

Min Ho kembali berdiri di depan wastafel, melihat pantulan dirinya lagi namun kali ini tanpa gurat kecurigaan di dahi. Bekas pembalut Suzy ada di sana, wanita itu benar-benar mens dan bukan hanya sekedar alasan untuk menjauh.

"Ada apa denganku?" Dia mengidupkan keran air, "kenapa aku terus mencurigainya?" dia membasuh wajah, berulang kali hingga wajahnya benar-benar basah bahkan sampai ke leher.

Dia tidak mengerti dirinya sendiri.

- x X x -

Liburan musim panas tidak untuk semua orang, karena nyatanya Min Ho sangat sibuk. Proyek besar yang ia dapatkan terakhir kali sudah mulai berjalan. Bahkan tidak jarang dia keluar kota untuk beberapa hari.

Hari ini, pria itu berpamitan pada Suzy dan mengatakan bahwa dia harus ke luar kota lagi setelah minggu lalu melakukan hal yang sama. Suzy tidak melarang atau bertanya lebih jauh, dia hanya mengangguk dan tersenyum simpul.

Ditinggal sendiri, Suzy tetap berbelanja bahan masakan banyak seperti biasa. Dia sedang di supermarket ketika tidak sengaja bertemu dengan seseorang yang ia kenal. Park Hyung Shik.

"Belanja sendiri?" Pria Park itu memang ramah, dia sering menyapa Suzy dan kadang membeli bunga di toko untuk ia letakkan di kantornya.

"Begitulah." Suzy tersenyum, "kau juga?" Suzy bertanya demikian setelah tidak melihat ada yang mengikuti Hyung Shik di belakang. Saat mereka bertemu tatap Hyung Shik mengangguk.

"Kebetulan sekali." Pria itu masihh tersenyum hangat.

"Iya, kebetulan sekali." Itu hanya balasan basa-basi dari Suzy.

"Setelah selesai belanja, mau pergi minum minuman dingin bersama?"

Suzy menatap Hyung Shik ketika dia mendengar ajakan tiba-tiba itu.

"Apa setelah ini kau sibuk?" Bergerak canggung, Hyung Shik menyentuh bagian belakang tengkuknya. Tersenyum kikuk.

Suzy yang merasa tidak enak menggeleng, "tidak. Tidak sibuk sama sekali." Membalas begitu karena tidak ingin suasana diantara mereka menjadi canggung satu sama lain.

"Kalau begitu mau pergi bersamaku?" Dia masih bersikap canggung.

"Baiklah." Suzy rasa tidak ada salahnya menerima ajakan itu. Lagipula ia tidak ada kegiatan lain setelah ini. Myungsoo masih kera paruh waktu.

AFFAIR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang