Part 23

3.2K 359 67
                                    

"Jadi dia akan menyapamu seorang diri."

Siang ini, Claude dan Jannete minum the di bawah pohon taman Istana Garnett. Bunga-bunga sepenuhnya mekar pada tumbuhan yang tumbuh menghijaukan. Aroma bunga yang tercampur dengan dua aroma tersentuh angina.

Ini adalah Jannete yang terus berbicara hari ini, dan Claude mendengarkan dalam diam.

Dia sepertinya lebih baik akhir-akhir ini. Anehnya, sakit kepalanya menghilang saat dia bersama Jannete, jadi dia menghabiskan lebih banyak waktu bersamanya dari pada sebelumnya.

Tiba-tiba, Jannete tersenyum menatap ke arah cup teh milik Jannete.

"Papa, terus mengulangnya hari ini."

Pandangan Claude mengukuti tatapan Jannete ke arah cup teh di bawahnya. Aroma dalam menguar dari cairan disekitar cup teh yang terbuat dari emas.

"Aku bertanya-tanya sebelumnya. Kenapa kamu menyukai teh lippe? Itu bukanlah teh yang direkomendasikan tinggi di Obelia. Aki tahu, teh itu bahkan tidak memiliki hasil yang baik."

Seperti yang dia katakan, teh lippe bukanlah produk favorit di pasar. Tapi karena itu adalah teh favorit Claude, istana kerajaan selalu memilikinya.

"Tidak ada alasan."

Claude berkata, menyentuh cup teh di atas meja.

Lalu Jannete menganggukkan kepalanya seakan dia tidak mengerti.

Dalam ingatannya, tidak ada alasan khusus dia menikmati minum teh ini. Dia terus mengingat di poin yang sama dan menyukainya.

'Mungkin Yang Mulia akan menyukainya juga.'

Tiba-tiba, halusinasi lain terdengar ditelinganya.

'Ini seperti ada bunga yang mekar dimulutku.'

Sesaat kemudian, figur seorang wanita muncul dihadapannya.

'Ini seperti musim semi akan datang.'

Senyuman ringan terlihat seperti angin musim semi. Rambut platinum berkibar seakan dia bagian dari matahari. Mata merah muda menatapnya dengan cahaya hangat. Bibir merahnya seperti memiliki rahasia misterius, terbuka dan memanggilnya.

"Papa?"

Tapi suara yang dia dengar bukanlah suara dari wanita itu, tapi suara Jannete.

Saat ini, sesuatu seperti mimpi tengah hari berputar seperti asap.

Claude menatap dalam diam pada jejak yang ditinggalkan wanita itu, yang menghilang dalam diam.

"Ada apa denganmu, papa?"

Lalu Jannete berkata padanya lagi. Tapi Claude tidak dapat mengeluarkan apapun dari mulutnya.

Selanjutnya, setelah jejak dari wanita itu benar-benar menghilang dari hadapannya, dia berdiri dari duduknya. Bahkan jika dia tahu itu hanya ilusi, dia seperti ingin menggapai dan menangkap wanita itu.

Clang!

Secepat dia berdiri, rasa sakit dikepalanya datang.

"Ugh,"

Dia secepatnya menggerakkan kepalanya. Meja di tangannya jatuh ke rumput dan berantakkan.

"Papa!"

Dia bisa mendengar suara Jannete, yang datang mendekatinya dan mengatakan sesuatu. Tapi tidak ada yang menyentuh telinganya.

"Yang Mulia!"

Selanjutnya, Felix yang berdiri dari kejauhan, berlari setelah mendengar teriakan dari dalam.

Side Story 2 : Lovely Princess World [Suddenly, I Became A Princess]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang