13 : Kencan

13 5 2
                                    

Happy Reading!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading!!

🎶

Kayla bersandar lega pada lokernya, hari yang panjang pada akhirnya telah ia takhlukkan.

"Kay, gue duluan ya?" Ibu jari yang mengacung seakan menjawab pertanyaan Lia, masih nampak kelelahan setelah mengepel lantai kelas, tugas piketnya.

Ponsel Kayla berdering menandakan panggilan telah masuk atas nama Raka, dengan lagak tergugup Kayla mencoba menjawabnya.

"Iya Ka?"

"..."

"Iya ka, iya aku kesana."

Kayla segera berlari menuju lapangan parkir, ia lupa kalau harus mengambil gitar di mobil Raka.

"Cil, jadi pulang ga?"

"Jadi! Gue ambil gitar dulu!" Teriaknya bodo amat menjawab pertanyaan Reyhan di koridor yang masih terdapat segelintir orang.

Saat akan mendekati Raka, Kayla terhenti dan mengendus aroma badannya.

"Tunggu, gue gak mungkin nemuin Raka pas bau keringet gini." Layaknya direncanakan, Kayla mengamit parfum andalan dari dalam tas dan memberikannya beberapa spray saat akan berhadapan dengan Raka.

Raka mulai jenuh bersandar di kap mobil kini beralih menyalakan mesin berharap Kayla cepat datang, atau jika tak kunjung terlihat ia akan meninggalkan gitar Kayla begitu saja di tempat ia memarkirkan mobil.

"Raka!" Terlihat dari tempat ia berdiam diri, sosok gadis sedang terengah berusaha memanggil namanya.

"K-kay?" Entah kenapa Raka yang semula tak tertarik untuk membantu gadis di seberangnya kini berlari mendekat.

Nafasnya masih tersenggal, Raka tak tega melihatnya, batinnya memberontak sejak kapan ia berlaku tega dengan gadis manis di hadapannya ini. Tangannya beralih menuntun Kayla masuk ke dalam mobil untuk sekedar merileksasikan keadaan Kayla.

Kayla hanya pasrah dengan arahan yang diberikan oleh Raka, ia masih lelah, bahkan kunang-kunang mulai hinggap di pandangannya.

"Kay, kamu minum dulu ya?" Raka menyodorkan botol tumblr yang menjadi andalannya.

Kayla tak banyak bicara kali ini, ia masih merasakan hal janggal di kepalanya, tentunya selain kunang-kunang yang ramai hinggap di pandangannya.

Yaitu Raka, Raka berubah, Raka yang ia temui sekarang jelas berbeda dengan Raka yang tadi pagi ia temui, Raka yang sekarang jauh lebih care padanya, tapi Kayla menampik hipotesisnya, karena ia terengahlah makanya Raka care padanya.

"Kay, aku minta maaf ya? Aku gak bermaksud bikin kamu kayak gini." Sial, kosa kata aku-kamu yang dilupakan Raka saat menjemputnya telah kembali.

Ingatannya kembali terbang menyusuri fakta yang ia dapatkan saat Zaki tiba-tiba care padanya dan... apa mungkin aroma parfum ini jugalah yang mempengaruhi Raka saat ini, bahkan saat yang lalu.

"Kay... kamu gak papa kan?" Kayla tersentak oleh usapan yang mendarat di pipinya.

"Aku... gak papa kok," Kayla menarik nafas, ia kembali fokus pada tujuannya, mengambil gitar. "Ka, aku mau ambil gitar."

"Kamu pulang sama aku ya?" Tawarnya tanpa ada niatan sedikitpun mengambil gitar yang ada di jok belakang.

"Mau ya? Aku takut kamu kenapa-kenapa di jalan." Kayla tak bisa berkata apapun saat Raka dengan mudah memasangkan seat belt, menutup pintu untuk Kayla dan berlari menuju kursi pengemudi.

Sepanjang jalan Kayla masih terdiam dan hanya menatap ramainya jalan juga sesekali menatap raut muka Raka yang terlihat khawatir, dan juga dirundung rasa bersalah meski terlihat Raka menutupi perasaan itu dengan membenahkan kacamatanya.

Sedekat apapun jarak perjalanan yang ditempuh jika keduanya saling sibuk berdiam tanpa kata akan terasa lama dan sangat jauh, tentu bagi keduanya.

"Biar aku aja." Tukas Raka saat Kayla akan mengambil gitar yang ada di jok belakang, bahkan saat Kayla membuka pintu pun Raka mengambil alih.

"Thanks, Ka." Kayla merutuki dirinya, tidak seharusnya ia terus membisu di hadapan Raka, itu pasti akan membuat Raka sakit hati, karena Kayla sendiri juga bingung dengan keadaan ini.

"Ka-"
"Kay-" Keduanya terhenti seketika.

"Sorry-" Lagi-lagi keduanya mengucapkan kata secara bersamaan, mata keduanya yang semula menunduk kini saling bertumbuk, dan tertawa secara bersamaan.

"Masuk yuk? Kayaknya kita perlu ngobrol deh." Tawar Kayla pada Raka yang masih menggendong gitar Kayla.

Kayla berjalan menuju dapur saat Raka terlihat mulai nyaman dengan suasana rumah Kayla.

Mbak Neni nampaknya sudah pulang dari keduaman Kayla, mau tidak mau Kayla harus menyiapkan jamuan dengan tangannya sendiri. Kayla yang menyadari keberadaan Raka sudah tidak lagi di saung, sedikit kualahan namun Kayla kembali bernafas lega karena sosok yang dicari sedang bermain dengan Moca, kucing Kayla.

"Mo..." Sapa Kayla pada Moca yang mengeong di hadapannya, meski masih dalam gendongan Raka.

"Kamu suka kucing ya?" Raka hanya tersenyum dan kembali mengusap lembut Mocca.

Kayla mengambil alih Moca dari tangan Raka. "Bahaya kalo udah nyaman," Ucapnya sembari terkikik.

"Aku minum ya?" Kayla mengangguk menjawabnya. Raka memang beda, jika dibandingkan dengan Reyhan yang selalu menyambar tanpa ada ucapan.

Berbicara mengenai Reyhan, Kayla merasa ada hal janggal. "Astaghfirullah, Reyhan!"

Raka sedikit terkejut melihat Kayla, Kayla buru-buru pamit dari hadapannya dan menitipkan Moca, kemudian berlari menuju ruangan yang sepertinya adalah kamar Kayla.

"Rey, ya ampun sorry banget. Gue lupa kalo kita udah janjian buat pulang bareng." Ucapnya kilat saat tahu kalau teleponnya diangkat oleh Reyhan. Tak ada jawaban dari seberang sana, hanya ada suara petikan gitar, "gawat." Batin Kayla.

"Rey, gue minta maaf sedalam-dalamnya. Tadi hp gue lowbat, makanya gue gak bisa dihubungin." Ungkapnya terang saat ia teringat sepuluh panggilan tak terjawab.

"Udah?" Kayla diam, firasatnya benar kali ini. "Udah ngomongnya? Gantian ya?" Suara Reyhan terdengar lebih lembut, hingga membuat Kayla heran.

"Siapa bilang gue marah? lagian gue telfon karna gue udah pulang duluan kali, santuy aja oke?"

"Jadi?"

"Iya... gue gak marah, ngapain juga gue marah? Harusnya situ yang marah." Mendengar jawaban dari Reyhan Kayla tak lagi cemas.

"Ya udah kita impas deh, udah dulu ya? Bye!" Terdengar jawaban singkat di sebrang sana Kayla kembali ke Raka yang masih saja bermain dengan Mocca.

Kayla kembali berbincang dengan Raka ditemani langit yang meredup, sesekali Kayla mengusilinya hingga terdengar suara yang kurang enak didengar.

"Sorry, aku belum makan dari siang." Kayla tersenyum, lebih ke malu jika dibandingkan dengan senyum bahagia.

"Eh, aku pikir perutku." Raka tersenyum manis, sepertinya akan kenyang jika Kayla terus menerima senyum dari Raka.

"Aku... gofood ya?"

"Gak usah." Kayla meresponnya dengan jinjitan alisnya, layaknya tak paham apa yang dikatakan Raka.

"Biar aku yang masak. Gimana?"

Kayla masih diam, hingga suara deep membisik di telinganya "Sekalian kencan."

🎶

Mau dimasakin sama malaikat baik dong, uwunya... 😢

Fyi... kucing Kayla namanya Moca ya genks, em-o-ce-a oke? Udah itu aja, sampai jumpa lagi... 💃

Can Feel You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang