Happy Reading!!
🎶
"Sial gue telat lagi." Panik tidak karuan, Kayla lupa kalau hari ini ia tidak bersama Reyhan.
Kayla berlarian mencari angkot yang searah dengan sekolahnya, tapi masih saja tidak menemukannya. Sekalipun ada Kay dibuat bingung oleh keadaan. Di sebrang sana ada seorang nenek berkebaya kesusahan menyebrang jalan, sedang waktu terus berjalan, dan pak angkot tidak mau berlama-lama.
"Nenek mau kemana?"
"Badhe teng mriku," (mau ke sana) Tangan beliau menunjuk arah sebrang, tepat dari arah Kayla datang.
"Baik nek, saya bantu ya nek?" Kayla senang, ada untungnya juga ia diasuh sedari kecil menggunakan bahasa jawa oleh eyang.
Tidak salah jika nenek kesulitan menyebarang, dengan banyaknya kendaraan berlalu lalang, juga tidak ada lampu lalu lintas, siapa saja akan kesusahan jika ingin sampai ke sebrang sana.
"Mari nek, saya bawakan." Satu tangan bertugas memberi isyarat pada pengendara, sedang satu tangan lainnya mengapit keranjang belanja milik nenek dan menggandeng tangannya.
"Hati-hati, nek." Perlahan namun pasti, Kay dan Nenek sampai dengan selamat.
"Nek, Kayla pamit nggih?"
"Cah ayu, ojo kesusu iki tak ke'i hadiah." (Nak cantik, jangan buru-buru ini nenek kasih hadiah)
"Lho mboten usah, Nek." (Tidak usah nek)
"Iki cah Ayu, Nenek ikhlas." (Ini nak cantik, nenek ikhlas)
"Ma-maturnuwun, atos-atos nggih, Nek."(te-terimakasih, hati-hati ya, Nek.)
Kayla mencium punggu tangan si nenek dan mengucapkan salam saat ia berjalan meninggalkan nenek.
Sebuah parfum dengan aksen kuno, Kay masih tak percaya, ia bisa mendapatkan sebuah parfum dari seorang nenek yang sepuh hanya karena membantunya menyebrang jalan raya.
"Mampus, udah telat banget nih." Panik, matanya mulai menangkap objek yang ia cari, Angkot. "Pak!"
"SMA Cemara Lima ya Pak."
"Duh neng, bapak mau anterin ini dulu neng ke pasar."
"Yah... ya udah deh gapapa, saya ikut ya pak?"
"Oh iya neng, masuk aja." Kay baru ingat, hari ini juga hari pasar, banyak orang yang berbondong menjual hasil buminya dan mengangkutnya dengan angkotan khusus manusia. Hal ini jugalah yang menyebabkan banyaknya angkot raib, pasalnya para pedagang lebih memilih menyewa angkutan untuk membawa barang-barang mereka tanpa memperdulikan penumpang lain, seperti anak sekolahan.
"Kiri pak." Perjalanan yang biasa ia tempuh hanya sepuluh menit kini berubah menjadi dua kali lipat lebih lama.
Badannya yang semula segar kini sudah apek bau sayur, knalpot, dan asap rokok dari supir angkutan.
"Pak Ipin, bukain dong pak." Sayup-sayup dari jauh terdengar Seruan anak-anak dari luar gerbang.
"Lah banyak amat yang telat." Kayla yang baru kali ini melihat banyaknya siswa terlambat lebih banyak tentu saja heran, terlebih kebanyakan dari mereka adalah anak baru, alias anak kelas sepuluh.
"Bismillah dah, pake parfum dari nenek." Satu spray di leher, pergelangan tangan dan kerah.
"Pak Ipin, bukain pintunya ya pak?" Kalimat yang dengan nekatnya ia lontarkan.
Satu
Dua
Tiga
Semua yang acuh akan kehadiran Kayla kini beralih pandangan ke arahnya, termasuk Pak Ipin selaku penjaga gerbang sekolah.
"Pak Ipin, biarin Kayla masuk Pak!" Matanya membulat sempurna, semula mereka hanya peduli akan diri sendiri, kini malah mati-matian meminta Pak Ipin agar membuka gerbang untuk Kayla seorang.
"Pak, bukain pintunya buat kak Kayla pak."
"Pak kasian Kayla, pak."
"Kayla, sini masuk!" Kayla makin tak percaya. "Nanti kamu lewat lorong parkiran ya? Bu Linda masih belum sampai kelas kok, paling lima menit lagi."
"Ah iya pak, terimakasih." Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, Kay segera berlari, waktunya hanya lima menit dari sekarang.
🎶
Hayoloh kok tiba-tiba gini? Yang penasaran stay tune ya? Aku juga gak sabar publish lanjutannya. 😇
Btw kali ini pendek, jadi aja gumun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can Feel You ✔
Teen FictionDi mana semua keinginan Kayla Ayu terkabulkan, ada rasa yang tak biasa. Cerita ini terinspirasi dari alam semesta dan seisinya. #awasbaper