25 : Sepakat

17 4 0
                                    

🎶

Panggilan tersambung, tekadnya semakin bulat.

"Iya sayang?"

"Kayla mau ngomong sama Mama."

"Ini apa?"

"Kayla serius ma, pokoknya Mama harus sampai rumah secepatnya."

"Hm, oke. Sampai jumpa di rumah ya..."

Rahang Kayla mengeras, merasa marah akan tindakan mama yang seenaknya tanpa memikirkan diri Kayla yang sebenarnya sosok yang harus menjalani.

Badannya semakin menyandar di sofa empuk, ingatannya berputar pada kejadian tadi siang di sekolah, saat jam terakhir, di mata pelajaran favoritnya.

"Sampai sini ada yang ditanyakan?" Satu pertanyaan dari Bu Nita membuat Kayla kembali fokus dengan apa yang ada di hadapannya.

"Kayla Ayu, ada yang ditanyakan?" Kayla yang tersentak mendadak menggeleng spontan.

"Tidak ada, Bu." Mengangguk dan kembali mengedar ke arah lain yang dilakukan Bu Nita.

"Ah... Ibu ada berita baik nih, dari teman kalian."

"Berita baik apa bu?" Suasana kelas mulai ramai, seperti mulai sibuk berbisik mengirakan berita baik apa yang akan Ibu Nita bagikan.

"Kita ucapkan selamat untuk Kayla Ayu yang Alhamdulillah sudah lulus seleksi ahap pertama scholarship di Australia." Semua mata takjub tertuju pada Kayla yang saat ini tengah syok mendengarnya.

Selang beberapa detik terdengar gemuruh tepuk tangan memenuhi ruang kelas.

"Cie... congrats babe! I'm so proud of you." Itu Lia, dengan tangan mungil yang tak henti mengusap punggung Kayla juga senyum yang semringah.

Bukan kata selamat yang Kayla inginkan, apa lagi tepuk tangan yang bergemuruh memenuhi ruang kelas, karena ini sama sekali bukan keinginannya.

"Assalamu'alaikum..." Mendengarnya posisi Kayla kembali tegak, siap untuk menghujani mama dengan banyak pertanyaan yang selalu berlarian di kepala Kayla.

"Loh, kamu di sini?"

"Boleh langsung gak mah?"

Seolah tahu apa yang akan dibicarakan oleh Kayla, membuat Tiara duduk di sampingnya dengan hati-hati.

"Ma, mama beneran daftarin Kayla?"

"Kenapa engga? Itu bagus buat kamu, buat masa depan kamu."

"Mama dari awal udah tau jawaban Kayla kan, ma?" Anggukan yang Tiara berikan untuk Kayla, namun tangannya tak henti mengelus rambut Kayla seolah menenangkan.

"Kamu tau gak, sayang. Dua hari lalu, ayah dan ibunya Angkasa ngundang mama."

"Ma..." Kayla mulai jengah jika mama mulai mengalihkan pembicaraan ke hal yang tidak ingin Kayla dengar.

"Ayah Angkasa mau kita besanan, dengan kata lain kalian dijodohin."

Kayla tak habis pikir dengan isi pikiran wanita di hadapannya, bisa-bisanya membuat kejutan besar lebih dari satu kali dalam satu hari. Hingga Kayla memilih pergi dari hadapan mama, namun nyatanya mama berhasil mencegah Kayla.

"Mama belum kasih jawaban kok, gimana kalo kita bikin kesepakatan? Mama bebasin kamu dari scholarship kalo kamu terima perjodohan, atau sebaliknya, gimana?"

"Mama jangan ngaco deh." Tukas Kayla yang mencoba melepaskan genggaman tangan mama.

"Mama serius, papa juga setuju kok."

"Gak mungkin,"

"Satu minggu lagi interview, kalo kamu lulus, mama bilangin ke Pak Wildan biar perjodohannya dicancel."

"Habis UN?"

"Selesai UN kamu pergi ke Aussie sama Papa, besoknya baru interview."

"Oke, tapi satu syarat." Dengan sorot mata yakin menatap manik mata di hadapannya. "Kalo Kayla bener-bener lulus, Kayla mohon jangan atur hidup Kayla lagi."

Perkataan tegas Kayla seolah menghipnotis Tiara, hingga genggaman tangannya melonggar.

Tahu Tiara lengah, Kayla secepat mungkin berpari menuju kamar, Kayla butuh ketenangan malam ini, persetan dengan belajar, seharian beban sudah menguasai otaknya.

Meski suatu saat ada perpisahan, tapi Kayla tidak siap jika harus menghadapinya secepat ini, meninggalkan teman-temannya sebelum waktunya.

Apalagi setelah interview akan diadakan karantina selama tiga bulan, itu artinya tak ada prom night ataupun parewell party yang Kayla hadiri.

Terlepas dari kesedihannya, terbesit ambisi kuat dalam diri Kayla yang membuatnya yakin bisa lulus tahap dua alias tahap akhir, sehingga kata perjodohan bisa luput dari kamus hidupnya, terlebih yang akan menjadi pasangannya adalah Angkasa.

Raka? Kayla pikir statusnya hanyalah teman, so tidak akan berpengaruh apa-apa kalau Kayla tidak pamit.

Reyhan? Entahlah, Kayla masih bingung, haruskah Kayla berpamitan setelah beberapa hari tak berbincang. Atau pergi begitu saja? Tapi Kayla ingat Reyhan selalu ada saat mama dan papa tidak dalam jangkauannya.

Sadar pemikirannya terlalu jauh Kayla mengkibas-kibaskan tangan di depan wajahnya seolah tengah menghapus awan yang memperlihatkan jalan pikirannya.

"Belajar, belajar!"

"Inget, lo harus dapet scholarship ini!"

🎶

Kalo kalian ada di posisi Kayla, apa yang kalian pilih?

Nih ada Angka, hayoo pilih mana?Btw, thanks a lot buat kalian yang setia nungguin Kayla

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nih ada Angka, hayoo pilih mana?
Btw, thanks a lot buat kalian yang setia nungguin Kayla.

Kalo ada saran comment aja ya, see you!

Can Feel You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang