14 : Candu

14 5 2
                                    

Happy Reading!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading!!

🎶

Kayla sesekali terjinjit hanya agar bisa memesan ketoprak pak Hasan karena stand dibanjiri anak-anak laknat yang tidak juga pergi meski sudah mendapatkan yang diincar.

Kalau ada Reyhan mungkin dia tidak akan berdesakkan seperti ini, sedangkan Lia beralibi kalau kalinya sakit, dan berujung duduk di bangku ditemani coklat yang Kayla beri, hingga akhirnya ia bisa memesan ketoprak pak Hasan, meski harus menunggu pesanannya tersaji di meja saji.

"Aws..." Kayla yang merasa telah menabrak seseorang berusaha menolehnya.

"Sorry," Kayla melihat sosok cantik disampingnya meringis. "Freya? Fre... sorry ya? Gue gak sengaja."

Freya terlihat tersenyum menjawabnya, seolah memberi sinyal bahwa dirinya baik-baik saja.

"Gue pesenin ya?"

"Gak usah, Kay. Tinggal nunggu jadi kok." Terlihat ia tersenyum, Kayla sedikit bingung dengan situasi ini.

"Lo gimana kabar?"

"Kayla!" Baru saja terlihat bibir Freya menjawab sontak terjeda karena seruan pak Hasan, tak enak hati Kayla segera mendekat sumber suara untuk mengambil pesanan.

Kayla yang sibuk dengan nampannya sedikit menoleh ke arah tempat ia berbincang dengan Freya, berharap agar Freya bisa gabung dengannya di meja bersama Lia, tapi nyatanya Freya sudah tidak ada di tempat.

"Hey, gue aja yang bawa." Kayla cukup terkejut saat tiba-tiba nampannya beralih tangan.

"Loh, Di-" Adi dengan lugas memberikan isyarat untuk diam pada Kayla, apa daya Kayla hanya mengikuti permainan dari Adi, hingga ia menunjukkan tempat duduknya bersama Lia.

"Utututuu ada mas bro," Kalimat Lia menyambar begitu saja saat berhasil menyambut satu porsi ketoprak dari nampan.

"Biasa lah... ngerengek doi, gegara gak ada yang bantu."

Kayla menyangkal pernyataan dari Adi yang seakan menunjukkan bahwa dirinya lemah, Adi hanya cengengesan melanjutkan memakan ciloknya.

Asyik Adi dan Lia berbincang di sela waktu menghabiskan makanan, Kayla masih terlihat gelisah celingukan sana-sini seperti mencari seseorang.

"Nyari apaan lo?"

"Freya, tadinya mau gue ajak gabung."

"Oh... tadi gue liat balik ke kelas sama Raka deh." Kayla seketika terdiam dan kembali menyendokkan ketoprak ke mulutnya.

Sedang Lia berlagak menyalahkan Adi yang tak bisa jaga ucapan dengan menyiku tangan Adi.

"Apaan si? Orang bener juga." Sangkal Adi yang merasa risih dengan sikuan Lia.

Kayla sendiri tidak paham kenapa ia tiba-tiba saja diam, lebih moody ketimbang biasanya, tapi kalau terus-terusan begini yang ada Kayla semakin tak enak hati dengan orang di sekitar.

"Lo kenapa deh, Li?" Tanya Kayla sembari terkikik. "Kasian noh si Adi. Patah entar tulangnya."

"Iya ih, tolongin dedek dong kaka Kayla yang baik hati." Seketika Kayla merasa gelitikan penuh di perutnya, matanya saling melempar pandang seolah paham apa yang harus dikatakan.

"Kita jijik sama lo, Di!" Tawa keduanya pecah, hingga mengundang perhatian pengunjung kantin juga karena perkataan sebelumnya .

Adi yang merasa dirinya sebagai pusat perhatian hanya melambaikan tangan cepat dengan mimik muka panik dan berkata, "Bukan temen gue." Ke seluruh penjuru kantin.

***

"Ayo, Kay!" Kayla mengangguk mengiyakan, ia berjalan menyusul Lia yang sudah agak jauh di depannya.

Tangan Kayla lagi-lagi penuh dengan kerton berisi coklat dan surat, ia sudah bingung harus dialokasikan kemana lagi coklat-coklat ini.

"Iya deh... yang banyak secret admirer, tiap hari panen coklat." Cibir Lia yang masih berjalan pelan agar Kayla bisa mengimbanginya.

Benar saja, penglihatan Lia tidak pernah salah, Kayla lebih terlihat seperti robot yang tengah kehabisan oli hingga susah untuk berjalan. Gitar di belakang, totebag di samping, dan karton di depan.

"Dih, iri bilang bos!" Kayla tertawa menanggapinya.

"Tali sepatu tuh,"

"Ah... ngibulin gue kan pasti."

"Eh, eh-" Tentu saja Kayla kaget tiba-tiba saja di hadapannya Raka membungkuk membenahkan tali sepatu Kayla, ternyata ucapan Lia benar, kalau sampai terinjak habis sudah riwayat Kayla.

"Tuh kan, apa gue bilang..." Dengan angkuhnya Lia menanggapi ekspresi tak percaya Kayla di sampingnya.

"Lain kali lebih peka lagi ya? Sini aku aja yang bawa." Kayla diam, seolah membeku terkena sihir Elsa, sedang Raka mengambil alih karton yang sedari tadi dipeluk oleh Kayla.

"Noh, Kay. Disuruh peka noh." Timpal Lia ringan, seolah mengingatkan.

Raka hanya tersenyum melihat tingkah dua sekawan ini, lucu.

"Hari ini aku antar pulang ya?" Raka memulai pembicaraan saat keduanya mulai reda. "Boleh kan, Li?" Dilihatnya Lia hanya cengengesan memberikan senyuman yang hanya bisa dipahami oleh Kayla.

"Ka, Lia minta coklat tuh." Raka mengernyit tak paham.

"Tolong ambilin coklat lima, dong." Kayla berusaha meminta tolong dengan senormal mungkin meski ada rasa kesal atas Lia.

Raka tersenyum, senyum yang manis bagi Kayla, harusnya senyum itu menjadi aurat agar tak bisa dipamerkan sana-sini, tapi Raka malah mengumbarnya, ingin rasanya memiliki senyum itu dan mengotrolnya hanya untuk dirinya saja.

Lia berjalan riang meninggalkan Raka dan Kayla setelah mendapat coklat dari Kayla, bahkan ia sempat berbisik kalimat usil di telinga Kayla hingga membuat senyum Lia melebar.

"Temen kamu lucu," Di tengah rutukannya, Kayla menoleh ke arah Raka, seolah berkata 'apa' karena memang ia tak mendengarnya.

"Temen kamu lucu, tapi masih lucuan kamu kok." Kalimat menggelikan, namun Kayla harus tetapa cool di hadapan Raka.

"Badut juga lucu."

"Itu lucu konyol, kalo kamu kan unyu." Terlihat kedua sudut bibir Raka melebar hingga menampilkan barisan gigi putihnya, Raka tertawa dan Kayla senang melihatnya, itu adalah 'candu' baginya.

🎶

Senyumanmu... yang indah bagaikan candu, ingin trus kulihat walau dari jauh...

-Feby Putri

Yang bikin candu kek gini nih bawaannya pen dibungkus aja udah, pake karet dua, gamau bagi-bagi.

Iya kan? Ngaku! 😬😂

Hehehe...

See you next chapt!

Can Feel You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang