Senengnyaa bisa publish again 😍😻
Happy Reading!!
🎶
Tanggal merah, sepenggal lirik lagu penyanyi papan atas terngiang di benaknya "Kikis hempas perlahan semua beban, nanti kan datang lagi itu senyuman, ini waktumu, hanya dirimu berbahagialah", jelas siapa lagi kalau bukan Tulus, salah satu penyanyi favorit Kayla.
Kayla bersantai ria di atas ayunan kayu bersama moca, rasanya sangat damai hari ini, nyaman, dan tidak ada pr maupun tugas kelompok yang tidak seimbang.
Hanya saja fikirannya malah terusik oleh teka-teki parfum yang nyatanya adalah dalang teman-temannya menjadi care, bahkan agresif, sebab sesekali Kayla bereksperimen tidak mengenakan parfum itu, yang ia dapatkan adalah orang-orang yang acuh dan tak melihat keberadaannya, berbeda saat ia memakai parfum itu.
Ada senang sekaligus rasa sedih, memang benar Kayla ingin ada seseorang yang memiliki hatinya, tapi di sisi lain Kayla tidak ingin jika seseorang menyukainya dengan bantuan, kalau bisa dikatakan adalah mereka tidak mencintainya dengan tulus.
"Assalamu'alaikum, cil?!" Kayla tersentak mendengar salam yang cukup keras, ia hafal suara ini, tentu saja siapa lagi kalau bukan Reyhan si biang kerok.
"Di taman!" Jawabnya tak kalah kencang, mengisyaratkan keberadaannya.
Sosok yang mulai mendekat terlihat sedikit rapih dari biasanya.
"Mau kemana lo?"
"Lo gak jawab salam dosa loh."
"Udah gue jawab tadi, lo aja yang gak denger." Mata Reyhan seolah menyelidik perkataan Kayla, memastikan bahwa Kayla tidak bohong.
"Mau kemana?" Tanyanya sekali lagi pada Reyhan yang mulai duduk di ayunan.
"Kita muter-muter."
"Kita? Gue kan tanya, bukan ngajak, rey." Reyhan terkikik gemas melihatnya.
Tentu saja Kayla berlagak bertanya mau kemana karena setelan baju yang dikenakan beda dengan outfit kesehariannya, yang lebih sering memakai celana selutut.
"Iya kita, muter-muter keliling komplek pake sepeda."
"Yakin?" Kayla memastikan, pasalnya ucapan dengan realitanya selalu berbeda jika dengan Reyhan. Dilihatnya Reyhan mengangguk meski sesekali mengayunkan badannya kencang.
"Gue ganti dulu deh,"
"Kayak kemana aja lo, gitu aja udah..."
Mendengar saran dari Reyhan, pada akhirnya Kayla siap dengan sepasang sepatu dan topi yang sama-sama berwarna putih.
Reyhan yang sedari tadi menunggu di luar terkesiap saat seseorang yang tengah ditunggunya sudah datang.
"Yuk?" Reyhan mengangguk dan segera menggowes sepedanya mengejar Kayla.
Berkejar-kejaran, seolah tengah merebut sebuah tropi yang sangat bergengsi, terlebih jalanan terasa lenggang dan tak banyak anak kecil yang berlalu lalang, banyak yang mereka lalui, seperti jalanan komplek, gedung perkantoran, dan terkadang hamparan hijau yang seolah wellcome dengan keberadaan mereka.
Sudah lama sekali Kayla tidak bermain sepeda, padahal dulu ia sering sekali berkeliling mengayuh sepedanya bersama papa.
"Rey, sini! Dasar lelet!" Ledek Kayla saat Reyhan masih tertinggal di belakangnya.
"Kemana cil? Jalan buntu woi!" Timpalnya keras saat melihat Kayla menuju jalan membelah semak.
Namun usahanya sia-sia, Kayla sudah membelah semak dengan sepedanya, hingga akhirnya terdengar suara sepeda terpelanting keras diiringi lengkingan Kayla.
Reyhan yang panik tidak katuang meninggalkan sepeda dan berlari sekencang mungkin menerobos semak itu tanpa memperhatikan jalannya.
Namun di hadapannya tak ada Kayla yang tengah kesakitan seperti yang dibayangkan, hanya sepeda yang tersandar dan Kayla yang bersantai ria di dahan pohon.
"Cil?" Sapa, lebih tepatnya interupsinya saat menyadari dirinya terkena prank. "Sumpah ini gak lucu."
Kayla terkikik puas, baru kali ini ia melihat wajah Reyhan yang paniknya tidak terkondisikan.
"Tapi... liat deh!" Ucapnya setelah berhasil turun dari dahan pohon dan memutar badan Reyhan 180 derajat.
Reyhan kicep, seolah tak percaya ada hal menakjubkan di balik semak belukar, sebuah danau yang baru sekali ia temukan keberadaannya.
"Tau dari mana tempat ini?"
"Kakek," Ucapnya bangga, sekaligus enyombonkan dirinya. "Bagus kan?"
"Gila... gue malah baru tau tempat ini." Ucapnya sekali lagi, ia benar-benar takjub kali ini.
"Lo kenapa baru bilang?" Pandangannya beralih ke arah Kayla yang masih saja cengengesan. "Tau gini kan, kalo mau ke danau gak usah jauh-jauh."
"Lo tau gak? Sebenernya, danau itu sama, dan tempat yang biasa kita kunjungin itu... di sebelah sana." Reyhan mengikuti arah tunjuk Kayla dan ternyata memang fakta kalau mereka adalah danau yang sama.
Reyhan memilih merentangkan badan dan merebahkan diri di rerumputan disusul oleh Kayla yang membutuhkan energi terbaharui, yakni rebahan.
Banyak perbincangan sana-sini yang terlontar dari keduanya, bahkan lontaran gurauan saling bersaut, tak ada yang mengusik.
"Cil, kira-kira di antara kita siapa duluan yang bakal taken?" Kalimat tanya yang berhasil membuat Kayla menoleh ke arah Reyhan.
"Dih, kenapa lo tanya gituan?"
"Ah lupa, lo pasti udah taken kan? kemaren aja nempel terus berdua."
"Ih apaan si?" Kayla terduduk menyandar pohon di dekatnya. "Gak jamin loh yah, lo sama Celya masih aja kucing-kucingan sampe sekarang."
Terlihat sosok Reyhan yang membenah diri mengikuti keberadaan Kayla bersandar di pohon yang sama.
"Kenapa Celya? gak ada yang aneh gue sama dia."
"Ah... lo naksir Celya kan?" Kayla mulai berani menggoda Reyhan terlebih saat melihat gelagat Reyhan yang berbeda.
"Ngaku deh!"
"Gimana kalo kita doubledate?" Terdengar nada antusias dari bibir Kayla yang memekakan telinga Reyhan.
"Jan ngadi deh."
"Gue serius, jadi... siapapun yang bakal taken duluan harus bantuin yang belum taken, biar bisa doubledate!" Reyhan menggeleng spontan, ia tahu ucapan sahabatnya ini sama sekali bukan hal yang baik apa lagi hal yang ia inginkan.
"Gue gak-"
"Oke lo udah janji," tukasnya seketika saat berhasil mengamit kelingking Reyhan padanya dan pergi begitu saja mengayuh sepeda meninggalkan Reyhan yang masih terdiam.
🎶
Janji dipaksakan itu gimana si?
KAMU SEDANG MEMBACA
Can Feel You ✔
Ficțiune adolescențiDi mana semua keinginan Kayla Ayu terkabulkan, ada rasa yang tak biasa. Cerita ini terinspirasi dari alam semesta dan seisinya. #awasbaper