Part 27

52 7 5
                                    

***

Hari ini adalah acara kelulusan Ardhana, kakak Anya. Anya dan keluarganya pun pergi ke Bandung karena Ardhana berkuliah di Bandung.

Ardhana berpakaian kemeja putih di balut dengan jubah berwarna hitam dan tak lupa topi toga. Anya dan Mama Amara mengenakan kebaya berwarna pink muda dan Papa Fero mengenakan kemeja batik serta celana hitam.

"Para mahasiswa dan mahasiswi silakan duduk di sebelah kiri saya dan orang tua dari mahasiswa dan mahasiswi silakan duduk di sebelah kanan saya," ucap mc yang berdiri di samping podium.

Satu per satu mahasiswa dan mahasiswi mendapatkan gilirannya untuk mengambil nilai hasil berkuliah selama kurang lebih empat tahun.

Sekitar dua puluh nama, barulah nama Ardhana dipanggil untuk maju ke depan.

"Ardhana Kavin Abiputra,"

Ardhana berjalan menuju podium dan menyalami satu per satu dosen yang berdiri di podium,  Ardhana menerima sebuah map seperti raport hasil. Dan tali yang terdapat pada topi toga Ardhana di pindah dari kiri ke kanan oleh Rektor. Setelah itu, Ardhana baru menuruni podium.

Ardhana kembali pada tempat duduknya, bersalam dengan teman-teman seangkatannya. Rasanya lega, akhirnya bisa menyelesaikan perkuliahan dengan snagat baik, guman Ardhana dalam hati

Setelah itu Ardhana menghampiri orang tuanya dan Anya untuk foto bersama. Di luar aula terdapat tempat foto yang biasa ada di wisuda kelulusan.

Saat ini mereka sudah berada di luar aula.

"Mas fotoin kita ya," ucap Ardhana.

"Siap," ucap juru foto.

Dari gaya formal, bebas, saling tertawa, senyum lebar didapatlah lima foto keluarga Ardhana.

"Makasih mas ini uangnya," ucap Ardhana sambil memberikan uang kepada juru foto itu.

"Sama-sama mas,"

***

"Karena ini kelulusan kak Ar, gimana kalau kita makan-makan?" usul Anya ketika mereka sedang dalam perjalanan pulang.

"Boleh, ide bagus tuh," ujar Papa Fero

"Dimana enaknya nih?" tanya Mama Amara.

"Makan sate taichan aja yuk," usual Ardhana.

"Boleh-boleh," ucap Anya.

Karena Ardhana yang memberikan usul, Ardhana yang harus mencari lokasi tempat sate taichan di jual dan tentunya yang sate taichannya enak.

Setelah dicari-cari melalui sosial media, dapatlah di salah satu lokasi di Bandung.
Butuh dua puluh menit, karena lokasinya tak terlalu jauh. Akhirnya mereka sampai pada lokasi yang dituju. Berlokasi di pinggir jalan tepatnya.

Orang-orang yang sedang makan sate taichan juga ramai. Ardhana memutuskan mereka makan di mobil saja.

"Bang sate taichannya empat porsi ya," ujar Ardhana pada tukang sate taichan yang sedang mengipas-ngipas satenya.

"Iya, dibungkus atau makan disini?" tanya tukang sate itu.

"Makan disini aja, nanti dianterin ke mobil itu ya," sambil menunjuk mobil yang Ardhana dan keluarganya.

"Siap,"

Selama sepuluh menit menunggu, akhirnya empat porsi sate taichan kini sudah berada di tangan masing-masing dan langsung menyantapnya.

"Enak juga loh, kalah dari yang pernah aku cobain," ujar Anya setelah mencoba sate taichan itu.

"Enak banget, lain kali boleh lah kesini lagi," ujar Papa Fero.

"Bener, kalau lagi ke Bandung kesini lagi pasti," ujar Ardhana.

Setelah semuanya selesai makan dan membayar. Mereka pun melanjutkan perjalanan untuk pulang ke Jakarta.

***

Keesokan harinya, saat ini mereka berada di ruang televisi.

"Kak Ar kan udah lulus, kapan cari kerjanya?" tanya Anya.

"Secepatnya, kakak bakal bikin surat lamaran dan bakal kakak masukin ke beberapa perusahaan," jawab Ardhana.

"Pacar kapan dicari?" ledek Anya.

"Entar kalau udah jodoh juga bakal dapat dengn sendirinya," jawab ardhana.

"Wih, kok tumben ngomongnya benar?" usil Anya.

"Emang selama ini, kakak ngomongnya salah gitu?" tanya Ardhana.

"Enggak kak, tumben aja ngomongnya bijak gitu," jawab Anya.

"Seiring berjalannya waktu, kamu pasti bakal berubah juga cara ngomongnya," jelas Ardhana pada Anya.

"Iya deh, yang udah dewasa,"

"Ehm... si Christian itu udah jadi pacar?" tanya Ardhana.

"Udah," jawab Anya santai.

"Kok enggak bilang-bilang? Kan harusnya kamu traktir kakak," protes Ardhana.

"Malas ah, ngapain ditraktir, harusnya kakak yang traktir aku," ucap Anya tak mau kalah.

"Traktir apa? Kan kemarin udah,"

"Traktir jajan kak," rengek Anya.

"Kamu mah jajan mulu,"


***

Terima kasih buat kalian yang selalu baca cerita ini.

Jangan lupa untuk tinggalin jejak, berupa vote and comment ya:)

Jika ada kritik dan saran, silakan di tulis di comment ya;)

Teman Lama (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang