Part 22

69 11 1
                                    

Anya sudah samapi di kafe sesuai dengan keinginan Christian. Meskipun Christian belum datang. Dua menit Anya menunggu, Christian baru sampai di kafe.

"Kamu udah lama?" tanya Christian.

"Belum,"

Christian menarik nafasnya mendengar jawaban Anya yang terdengar ketus.

"Anya, aku tahu aku salah, enggak seharusnya aku bilang kayak gitu ke kamu. Kamu pacar aku, tapi aku enggak percaya sama kamu. Padahal kunci sebuah hubungan adalah kepercayaan, setelah aku meminta temanku untuk mengecek foto itu, mereka bilang itu... editan," jelas Christian sambil menatap mata Anya lekat.

"Editan? Jago banget yang ngedit sampai kamu percaya," ucap Anya.

"Aku minta maaf ya, aku enggak mau hubungan kita yang baru ini malah berantakan," ujar Christian.

"Iyaa, tapi aku heran sih sama yang ngedit, buat apa coba dia bikin kayak gitu dan kirim ke kamu? Dia enggak suka aku smaa kamu," ujar Anya.

"Iyaa, mungkin dia hanya iri liat kita pacaran, karena dia masih jomlo," ujar Christian.

"Kita udah baikan 'kan Nya?" tanya Christian memastikan.

"Iyaa Christian," ucap Anya sambil tersenyum manis

"Pokoknya kalau ada apa-apa, kamu cerita ya sama aku, jangan ada yang di tutup-tutupi dari aku, aku takut kamu kenapa-kenapa,"

Anya terkejut mendengar penuturan Christian, Christian seperti bisa membaca pikiran dan perasaan yang sedang di alami Anya saat ini.

"Iyaa, kamu kok tiba-tiba ngomong kayak gitu?" tanya Anya.

"Aku ngerasa kayaknya bakal ada hal-hal yang terjadi ke depannya dengan hubungan kita, enggak tahu sih kenapa, perasaan aku enggak enak aja gitu," jawab Christian.

"Kalau kamu ada apa-apa juga cerita, walaupun mungkin aku enggak bisa kasih solusi, tapi kita bisa bicarain biar ketemu jalan keluarnya ya,"

"Iyaa Nya, jangan ada rahasia-rahasia di antara kita, ok?"

"Oke, maaf Christian aku bohong sama kamu, aku cuma mau tahu dulu siapa yang membuat semua ini, baru aku akan cerita semuanya sama kamu, aku enggak tahu sampai kapan aku akan menyembunyikan semua ini,"

Christian dan Anya pun melanjutkan nongkrong di kafe tersebut dengan memesan minuman dan makanan.

Rasanya bahagia dan khawatir, bahagia karena sudah meluruskan kesalah pahaman dengan Christian. Dan khawatir si pelaku akan berbuat ulah lagi.

Tapi, karena Anya sedang bersama Christian, Anya tak mau memikirkan hal itu dulu. Ia ingin menghabiskan waktu hari ini bersama Christian.


***

Keesokan harinya, minggu ini adalah Minggu terakhir perkuliahan sebelum Minggu depan mereka akan menghadapi ujian akhir semester.

"Saya harap kalian akan menjadi lebih baik lagi, karena kalian akan nik semester empat, dan tetap menjadi kelas terbaik katanya... hahahaha," ucap dosen yang berada di kelas Sheila dan Anya.

Mahasiswa yang mendengar ucapan sang dosen hanya terdiam, tak mau membalas. Takut nilainya akan terancam menjadi nilai d atau e. Dosen selalu benar, tak akan salah, itu hukumnya.

"Baik, saya akan kasih kalian kuis untuk pertemuan terakhir di semester ini, saya sudah kirim kepada ketua kelas, silakan di cek dan kerjakan. Jika sudah bel, silakan di kumpulkan," ucap dosen itu.

Semua mahasiswa langsung mengecek ponsel masing-masing dan langsung mengerjakannya. Waktunya tidak banyak, soal yang di berikan cukup banyak. Membuat semuanya bekerja tanpa bersuara.

Empat puluh lima menit berlalu semua mahasiswa mengumpulkannya. Ya kalian bisa bayangkan, tulisan mereka seperti apa dan rasanya tangan seperti patah. Dikarenakan melukis terlalu cepat, lelah mengejar waktu dan tulisan, belum lagi mencari jawaban.

"Terima kasih kalian sudah mengumpulkan kuis ini, selamat siang," ucap dosen dan berlalu keluar kelas.

"Baik Bu, kami akan menjadi lebih baik dan bukan hanya menjadi kelas terbaik seperti katanya tapi pada kenyataannya," umpat salah satu mahasiswa.

"Hahahaha, padahal kita enggak pernah men-cap kelas kita sebagai yang terbaik,"

"Bener tuh, pasti tu dosen habis gosip deh, terus kepanasan dengernya, karena kelas dia enggak kayak gitu hahaha,"

Begitulah ucapan para mahasiswa, tak bisa di pungkiri, memang begitu kenyataan yang ada.

Para mahasiswa sibuk keluar kelas menuju kantin untuk mengisi perut mereka yang keroncongan.

Terima kasih sudah membaca cerita ini.

Jangan lupa untuk tinggalin jejak berupa vote and comment:)

Terima kasih banyak kepada kalian, walau tang baca hanya beberapa, aku harap kalian bisa tinggalin jejak, biar aku juga bisa kenal dengan kalian. Karena kalianlah yang membuatku semangat untuk menulis. Supaya aku juga bisa berterima kasih langsung buat kalian yang tetap stay baca cerita ini:)

Sekian dan terima kasih.

Teman Lama (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang