Part 28

63 5 0
                                    

Cuaca siang hari ini sangat terik. Cahaya matahari begitu terasa di kulit. Ketika panas matahari mengenai kulit kita. Membuat semua orang malas untuk ada di luar. Dan memilih di dalam rumah saja.

Sama seperti Sheila, ia sedang bosan. Tak tahu harus melakukan apa. Semua sudah dilakukannya. Dari membereskan cucian piring, hingga membaca novel, dan mendengar lagu.

Sheila teringat akan Anya yang mengirimkan kontak Miko padanya. Muncul ide, untuk mengajak Miko berkenalan. Ya, siapa tahu jodoh kan, kita coba aja dulu.

Sheila menekan kontak Miko untuk mengirimkan pesan padanya. 
"Gimana ya ngechatnya," guman Sheila.

"Oh gini aja,"

Hai, kenalan yuk

Tak lama terdapat balasan dari Miko.

Ini siapa?

Anggap aja gue Mila

Dapat nomor gue dari mana?

Ada yang ngasih gue, secara gratis

Sebutin, siapa coba gue ga kenal sama lo

Kenalan dulu, baru gue kasih tahu

Gue Miko, lo siapa?

Gue Sheila

Siapa yang ngasih nomor gue?

"Ah, dia penasaran banget sih sama yang ngsih nomornya, yaudah deh gue jujur aja,"

Anya yamg ngasih

Oh, Anya, siapa ya?

"Lah, emang dia punya teman yang namanya sama kayak Anya? Pake nanya segala lagi," umpat Sheila.

Anya Rianty, masa ga kenal?

Oh

Menit berikutnya tak ada lagi balasan atau pertanyaan yang dilontarkan oleh Miko. Sheila pun kesal, karena hanya mendapat respon seperti itu.

"Lah, cuma oh doang? Tadi ngebet banget nanya yang ngasih nomornya siapa, cuek banget lagi balasnya," umpat Sheila.


***

"Bentar deh, kayaknya gue masih punya satu foto yang bakal bikin mereka berantem," ungkap Mira.

Mira membuka galeri foto dan mencari sebuah foto. "Nah ... ketemu," ujarnya girang.

Mira mengirimkan foto tersebut pada nomor Christian, tetapi menggunakan nomor yang lain. "Yeah, good banget," guman Mira.


***

Di lain sisi, Christian pun mengecek ponsel karena ada notif chat.  Christian melihat foto tersebut dan heran kenapa pacarnya bisa pulang bareng dengan Miko.

Christian langsung mengambil kunci mobil dan menuju rumah Anya. Setibanya di rumah Anya. Christian menghubungi Anya untuk menghampirinya di depan rumah Anya.

"Iya, aku turun sekarang," ucap Anya.

Anya kini sudah berada di depan Christian yang sedang menyender pada mobil yang dibawanya.

"Kenapa?" tanya Anya.

Christian menunjukkan foto yang dikirim oleh seseorang, ya Mira walau berbeda nomor.

"Kamu bisa jelasin?" tanya Christian.

"Itu udah lama, jadi ga perlu dijelasin," jawab Anya

"Kenapa ga perlu dijelasin?"

"Karena memang ga penting, cuma hal biasa aja," jelas Anya.

"Jalan sama miko itu biasa menurut kamu? Kamu tahu kan dia itu teman aku," sahut Christian dengan nada marah.

"Iya tahu, dan itu aku waktu baru kenal sama Christian dan itu juga ga sengaja ketemu," jelas Anya.

"Kamu yakin hubungan kamu sama dia ga ada apa-apa?!" bentak Christian.

Anya heran, Christian tak pernah membentaknya sama sekali. Perlakuan Christian kepadanya selalu lembut dan tak pernah kasar. Lantas Anya pun meneteskan air matanya.

"A–aku yakin," jawab Anya terbata-bata.

Tiba-tiba Christian langsung mencengkram lengan Anya erat.

"Chris, lepasin!!" pinta Anya pada Christian.

"Aku tuh capek, kalau jalanin hubungan yang ada aja kebohongannya," teriak Christian.

"Kebohongan apa? Jelas-jelas itu semua hoax, ya emang foto yang ini ga diedit, itu benar, tapi yang kemaren tu, hoax," jelas Anya yang suaranya mulai meninggi.

"Aku ga percaya sama kamu,"

"Bukannya kamu udah minta maaf soal itu? Berarti minta maaf itu ga ikhlas dari kamu ya? Udahlah kita putus aja ya," lirih Anya yang sudah lelah karena menangis.

"Lepasin!!" ujar Anya berusaha melepas cengkraman tangan Christian dan Anya berhasil melepaskannya.

Setelah itu, Anya kembali masuk ke dalam rumahnya. Anya tak menyangka hubungannya akan seperti ini. Meninggalkan Christian yang masih berada di tempatnya.


***

"Mir, boleh pinjam ponsel lo gak?" ucap Christian.

"Buat apa?" tanya Mira.

"Gue lupa naruh ponsel gue dimana, jadi mau pinjam ponsel lo buat nelpon ponsel gue," jelas Christian.

"Nih," Mira memberikan ponselnya pada Christian. "Gue ke toilet dulu ya," pamit Mira.

Saat Christian membuka aplikasi bernama WhatsApp. Chat teratas adalah chat dari nomor yang tidak dikenal, tetapi di pinnted.
Karena Christian penasaran, Christian pun membaca chat tersebut dari atas. Dan terdapat beberapa foto Anya.

Christian kesal, ternyata selama ini semua itu perbuatan Mira. Dari yang Christian tahu sampai yang tidak tahu. Kesal dan marah rasanya. Lalu, Christian menelepon ke nomornya dan ponselnya berada di kamarnya.

Christian mengambil ponselnya yang berada di kamarnya dan kembali ke bawah untuk mengembalikan ponsel Mira.

Mira sudah kembali dari toilet. Christian menatapnya dengan geram.

"Lo darimana Christian?" tanya Mira.

"Dari kamar," jawabnya.

"Lo kenapa Christian? Kok kayak marah gitu?"

"Gimana gak marah, kalau orang terdekat gue nyakitin pacar gue!!" bentak Christian.

"Mak–maksud lo apa?" tanya Mira gugup.

"Ga mungkin lo ga tau!! Lo yang nyelakain Anya waktu di toko roti, lo juga neror Anya pake kirim boneka, ya kan?!" kesal Christian.

"Gue ... minta maaf Christian, gue ...  ngelakuin itu karena terpaksa," lirih Mira.

"Terpaksa? Untuk jadiin gue pacar lo hah?!" murka Christian yang sudah mengepalkan tangannya. "Lo tuh terlalu terobsesi sama gue!! Sampe-sampe lo ngelakuin segala cara buat dapatin gue, dan ga ada hasilnya kan!"

Mira meneteskan air matanya, tak kuasa menahan teriakan yang Christian lontarkan untuknya. Apa yang dikatakan Christian, memang benar. Semua yang dilakukan Mira demi mendapatkan Christian untuk menjadikannya seorang pacar.

Lalu Christian melempar ponsel Mira ke sofa yang tak jauh darinya. Dan Christian langsung pergi dari hadapan Mira.

Terima kasih kepada kalian yang sudah membaca cerita ini.

Jangan lupa vote and comment ya:)
Diharapkan comment kalian, biar akunya juga semangat.

Teman Lama (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang