Gue hanya pendatang yang berusaha untuk jadi tuan rumah, sementara pemilik utama sudah lebih dulu membangun istananya.
Jam makan siang sedang berlangsung. Aline dengan pakaian kerjanya terlihat sedang menikmati makan siangnya sendirian disalah satu cafe langganannya.
Ellen tidak ikut. Sebagai sekertarisnya, ia yang menghandle pekerjaan Aline. Karena setelah jam makan siang, mereka akan kembali mengadakan meeting.
Setelah menyelesaikan makan siangnya, Aline yang hendak keluar dari cafe tersebut tanpa sengaja malah melihat keberadaan Caesar yang sepertinya akan masuk ke dalam cafe itu.
Untuk itu Aline pun berusaha menghindar, tidak mau memperdulikan keberadaan pria itu.
Tetapi dengan cepat, Caesar meraih tangan Aline dan menghadangnya.
"Al.."
Belum sempat Aline mengeluarkan kata-katanya, ponselnya itu malah berdering. Mau tidak mau, Aline pun mengangkatnya terlebih dahulu.
"Iya, hallo ma."
".........."
"Iya ma. Ini aku lagi makan siang. Mama udah makan ?"
".........."
"Ya udah, nanti kita ketemu di sana aja ya ma. Soalnya ada yang mau aku bicarain juga ke kalian." Sambil menatap ketus pada Caesar.
".........."
"Bye ma.." Lalu segera melangkahkan kakinya.
Sesuai dengan janjinya kemarin, Aline memutuskan untuk kembali ke rumah. Pikirannya sudah sedikit lebih tenang. Ia mulai belajar untuk melupakan kejadian pahit yang dialaminya bersama mantan tunangannya itu.
Ia sendiri juga sadar dan sudah bisa berpikir, mau bagaimanapun perjodohan itu terjadi sekalipun itu terpaksa atau tidak, yang namanya jodoh sudah diatur oleh yang di Atas. Bisa saja musuhmu yang jadi jodohmu. Bukan karena adanya perjodohan.
"Aline tunggu.."
"Lepas !" Menarik kembali tangannya. "Mau apa lagi sih ? Belum puas lo nyakitin gue ?"
"Aku tau kamu lagi sibuk. Tapi please, sisakan waktu buat kita bicara."
***
Sementara itu, di kamar yang lumayan besar terdapat seorang pria dengan wajah kusutnya sedang memeriksa berkas-berkas laporan yang dikirim dari kantornya.
Karena tidak konsen dengan pekerjaannya, dia malah melemparkan berkas-berkasnya hingga berserakan.
"Nggak, aku gak bisa di sini terus. Aku harus cari Naiara."
Bima. Dialah orangnya.
Saat ini dia sedang dikurung di dalam kamarnya. Kemarin sepulang dari kediaman Arvin, Bima langsung dihadang oleh para bodyguard kakeknya dan memilih untuk melawan mereka ketika disuruh pulang.
Aldrich tidak ingin Bima menemui Naiara saat ia kembali. Bima benar-benar harus dijauhkan dari Naiara.
Pintu kamar terbuka. Deana membawakan makanan untuk putra kesayangannya itu.
"Ma, please ma.. Tolong bantu aku keluar dari sini, ma. Aku harus cari Naiara."
"Bima, kamu makan dulu ya nak." Deana mengabaikan permohonan Bima.
"Ma, please ma.. Naiara dalam bahaya, ma. Dan aku harus temuin dia sebelum ketangkap sama bodyguardnya kakek."
Deana masih tidak memperdulikan ucapan putranya. Ia terus-menerus menyuruh Bima untuk memakan makanan yang sudah disiapkannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN
Teen Fiction"Oyy.. ! Lo manusia apa bukan ?" Teriak seseorang yang tidak jauh dari belakangnya. Dengan cepat, Naiara menghapus air matanya. Seseorang itu pun mendekati Naiara. Ia tidak terlihat seperti dalam kondisi sadar sepenuhnya. "Ooh, ternyata lo manusia."...