Karena kau adalah alasanku tuk kembali.
Setelah kejadian di rumah itu, membuat mereka memutuskan untuk pulang terpisah. Naiara pulang bersama Juna. Pikirnya, Bima sudah pasti mengetahui kejadian itu. Ia tidak ingin membuat Bima semakin mencemaskannya. Dan berharap, tidak ada masalah baru di rumah itu setelah ia mengambil berkas di ruang kerja kakeknya Bima.
Namun, baru saja gadis itu tiba di depan pintu, Bima sudah langsung memeluknya.
"Please.. Jangan buat aku khawatir lagi."
Ternyata, Bima sudah menunggunya sejak tadi. Dari wajahnya saja sudah terlihat jelas bahwa dia benar-benar khawatir dan takut akan terjadi apa-apa terhadap tunangannya itu.
"Maafin aku."
"Iya. Tapi kamu gapapa kan ?" Sambil memeriksa tubuh Naiara, memastikannya.
"Aku gapapa kok. Kamu tenang aja."
"Nai.."
"Iya maaf. Udah buat kamu khawatir."
"Ya udah, kita masuk dulu."
Bima pun segera membawa Naiara masuk. Ia langsung mengantarnya ke dalam kamarnya.
***
"Anak itu sudah pulang ?" Tanya Raymond pada salah satu bodyguardnya. Ia bergegas pulang mendengar Naiara sudah kembali ke rumahnya.
"Sudah pak."
"Mana berkas yang di ambilnya ?"
"Ee.. Itu pak, kami tidak berhasil mendapatkannya."
Mendengar kegagalan anak buahnya itu, membuat Raymond menghajarnya. Melampiaskan kemarahannya karena tidak berhasil mengambil kembali miliknya.
Sementara bodyguard itu hanya diam pasrah menerima semua pukulan dari Raymond.
"Bagaimana bisa kalian gagal, sementara mereka hanya berdua. Hah ?"
"Ternyata anak itu lebih kuat dari kami. Sampai kami tidak berdaya lagi untuk melawannya."
"Aarrghhh.." Raymond melampiaskan pukulan terakhirnya ke atas meja. Ia lupa bahwa Naiara pernah belajar bela diri bersama Bima dulu. Ia tidak menyangka kalau kemampuan gadis itu bisa sehebat itu sekarang.
***
Di dalam kamar Naiara.
Naiara memperhatikan Bima yang termenung dan wajah yang tampak gelisah. Seolah sedang menyembunyikan sesuatu darinya.
"Bim.. Kamu kenapa ?"
Tetapi Bima tidak mendengarkan gadis itu berbicara padanya. Ia tidak fokus dan terus gelisah.
"Bima.." Panggil Naiara dengan suara yang agak keras.
"Ah, kenapa, kenapa ? Kamu bilang apa ?" Tersadar dari lamunannya.
"Are you okay ?"
Bima menghela napasnya, lalu menggeleng. "Sebenarnya.. Ada sesuatu yang mau aku bicarain sama kamu."
"Apa ?" Naiara duduk di tempat tidur. Siap mendengarkan Bima berbicara.
"Tapi kamu harus janji dulu gak bakalan marah sama aku, gak bakalan ngambek sama aku dan gak bakalan kabur lagi dari aku."
"Tergantung."
Mendengar respon Naiara seperti itu, membuat Bima hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia sudah bisa memutuskan untuk sebaiknya tidak memberitahukannya.
Kemudian kembali berdiri hendak beranjak keluar dari kamar gadis itu.
"Bima.." Dengan cepat, Naiara meraih tangan pria itu. "Sebenarnya ada apa ?"
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN
Non-Fiction"Oyy.. ! Lo manusia apa bukan ?" Teriak seseorang yang tidak jauh dari belakangnya. Dengan cepat, Naiara menghapus air matanya. Seseorang itu pun mendekati Naiara. Ia tidak terlihat seperti dalam kondisi sadar sepenuhnya. "Ooh, ternyata lo manusia."...