"Sudah tiga bulan, tapi kamu juga belum bisa menemukan kedua orang itu !"
"Maafin Dito, pa. Mereka cukup pintar dalam bersembunyi. Kabarnya, mereka sekarang sedang menyamar sebagai pembantu rumah tangga."
"Nyari dua orang begitu saja tidak bisa !"
Aldrich sang papa sedang memarahi Raymond yang tidak berhasil menemukan apa yang diperintahkannya. Yaitu mencari kedua orangtua Naiara.
"Kalau kita kehilangan mereka, maka semua rencana yang sudah kita siapkan selama bertahun-tahun akan sia-sia begitu saja."
"Dito akan berusaha menemukan mereka kembali, pa."
Bima yang menuju ke ruangan kakeknya, tanpa sengaja mendengarkan pembicaraan mereka. Membuatnya penasaran dan mengurungkan niatnya untuk masuk.
"Sebaiknya kamu pancing kedua orang itu keluar dari persembunyiannya melalui anaknya. Maka mereka tidak akan segan-segan untuk menemui anaknya itu."
"Tapi, bagaimana dengan Bima ? Papa tau kan kalau Bima selalu berada didekatnya."
"Kamu orangtuanya. Seharusnya kamu lebih tau cara menjauhkan anak itu dari Bima. Kirim Bima keluar negeri sampai kamu berhasil menemukan dua orang itu."
"Baik pa."
Setelah mendengar pembicaraan mereka, dengan cepat Bima pergi dari depan ruangan kakeknya.
Lalu kembali ke ruangannya dengan gelisah. Ia masih penasaran siapa orang yang dimaksud oleh kakek dan papanya itu.
Namun, sepertinya Bima tahu kalau yang dekat dengannya saat ini hanyalah Naiara.
Apa mungkin, yang mereka maksud adalah kedua orangtuanya Naiara ? Tapi kenapa ? Kenapa mereka mencari kedua orangtuanya Naiara. Untuk apa mereka mencarinya. Kepala Bima mulai dipenuhi tanda tanya.
Dan kenapa kakek suruh papa buat ngejauhin aku dari Naiara ? Apa yang sebenarnya sedang mereka rencanakan ?
Dengan segera Bima mengeluarkan ponsel dari saku bajunya. Mencari kontak seseorang lalu menghubunginya.
"Cari tau rencana kakek sama papa sekarang !"
".........."
"Satu lagi. Jemput Naiara di kampusnya."
".........."
***
Seorang gadis tengah asik duduk sendiri sembari mendengarkan musik melalui earphone yang sudah terpasang di kedua telinganya.
Gadis itu tidak berhenti tersenyum memandangi case dari earphonennya. Case yang didapatnya dari seseorang yang selama ini sangat disukainya. Bahkan, gadis itu juga sudah menyiapkan kembali hadiah untuknya.
Alicia Fredella. Dialah gadis itu.
Ia melihat seorang pria yang sedang ditunggunya, berjalan ke arahnya. Dengan wajah dingin yang dilihatnya seperti biasanya.
Pria itu melewatinya begitu saja. Saking jarangnya melihat area sekitar yang memperhatikannya.
Alicia pun bergegas mengejarnya, sebelum pria itu berjalan lebih jauh lagi.
"Kevin.." Panggilnya. Walaupun jantungnya sudah berdegup cepat.
Mendengar namanya dipanggil, Kevin pun menghentikan langkahnya. Menoleh ke arah yang memanggilnya.
"Ada apa ?"
"Ee.. Gue mau nitip ini.." Sambil memberikan bingkisannya. "Buat Luna."
"Oh, ok."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN
Non-Fiction"Oyy.. ! Lo manusia apa bukan ?" Teriak seseorang yang tidak jauh dari belakangnya. Dengan cepat, Naiara menghapus air matanya. Seseorang itu pun mendekati Naiara. Ia tidak terlihat seperti dalam kondisi sadar sepenuhnya. "Ooh, ternyata lo manusia."...