Jam sudah menunjukkan pukul 10.00 wib. Namun Arvin juga tak kunjung keluar dari kamarnya. Ia masih berada diposisi yang sama. Kantung matanya terlihat sangat lelah karena tidak tidur semalaman.
Aline pun mencoba membuka pintu kamar sang adik menggunakan kunci cadangan. Dilihatnya, sang adik sudah dalam keadaan sangat putus asa.
Lalu, dihampirinya secara parlahan.
"Vin.. Are you okay ?"
Seketika, kepala Arvin roboh dipundak sang kakak.
"Ada apa ?"
"Naiara ditangkap bodyguard keluarga tunangannya, kak."
Mendengar itu, Aline langsung kaget. Ia tidak tahu kalau Naiara sudah bertunangan. Karena ia sendiri juga baru mengenal Naiara dua hari yang lalu.
"Tunangan ?"
"Dan aku gak berhasil nemuin dia. Aku harus gimana sekarang, kak ?"
"Kalo kamu tau Naiara udah tunangan. Kenapa kamu masih cari dia ? Dia udah jadi milik orang lain, Vin. Biarin aja lah tunangannya yang cari dia."
"Kakak salah. Sebenarnya dia terpaksa tuk tunangan."
"Maksud kamu ?"
Arvin pun menceritakan tentang Naiara yang diketahuinya itu pada Aline. Ia berharap agar sang kakak bisa membantunya untuk menemukan gadis itu.
"Kamu jatuh cinta sama Naiara ?"
Arvin mengangguk. Tak bisa dipungkirinya lagi perasaannya itu. Disembunyikan pun percuma. Hatinya sendiri akan memberontak dirinya untuk semakin memikirkan gadis itu.
"Sekarang, kakak udah tau alasannya."
"Tau soal apa, kak ?"
"Sejak kamu mengenal Naiara. Kamu memiliki banyak perubahan dalam hidup kamu, Vin. Kamu belajar tuk berdamai dan memaafkan masa lalu kamu." Alien tersenyum menatap lekat sang adik, sembari merapikan rambutnya.
"Awalnya aku juga gak nyangka bisa dekat lagi sama kakak. Tapi semenjak kehadiran Naiara, dia buat aku percaya kalo masih ada pilihan dalam hidup aku."
"Tapi, apa Naiara juga merasakan hal yang sama kayak kamu ?"
Arvin terdiam. Tak bisa menjawab.
"Kalo kamu ingin tau perasaannya.. Berarti kamu harus cari dia ! Kamu berhak perjuangin dia, Vin. Kamu gak boleh putus asa kayak gini. Kakak akan selalu dukung apapun yang kamu lakukan."
Arvin tersenyum mendengar sang kakak mendukungnya.
"Makasih ya, kak. Tapi kak, gimana caranya supaya aku bisa nemuin dia ? Petunjuk satupun aja, aku gak punya."
"Kakak tau kok gimana caranya."
"Gimana ?"
"Kamu harus mau ikut kakak pulang ke rumah."
"Pulang ke rumah ? Nggak. Aku gak mau !"
"Vin.."
"Kak.. Kakak mau liat aku sama papa berantem lagi ? Mau liat aku dibanding-bandingin lagi sama kakak ? Nggak. Aku gak mau ! Papa sendiri yang udah mengasingkan aku dari kalian !"
"Vin.. Kamu tenang aja.. Papa gak akan marah kalo kamu mau menuruti perkataannya."
"Iya. Tapi papa selalu melalukan hal yang gak ingin aku lakukan, kak. Aku gak mau ! Kakak ingat kan, dulu papa juga sering menjodoh-jodohkan aku, dengan alasan tuk melindungi perusahaannya. Dan akhirnya apa ? Kakak juga kan, yang jadi sasarannya papa karena aku keburu keluar dari rumah."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN
Non-Fiction"Oyy.. ! Lo manusia apa bukan ?" Teriak seseorang yang tidak jauh dari belakangnya. Dengan cepat, Naiara menghapus air matanya. Seseorang itu pun mendekati Naiara. Ia tidak terlihat seperti dalam kondisi sadar sepenuhnya. "Ooh, ternyata lo manusia."...