Jangan pernah memancing sisi buruk seseorang keluar !
Bau harum makanan menyengat sampai ke hidung Arvin. Membuatnya terbangun dari tidur pulasnya. Pikirnya, tidak ada art di rumahnya, sehingga tidak memungkinkan ada orang yang memasak.
Arvin juga mendengar suara gelak tawa. Sepertinya dia tidak asing dengan suara itu.
Karena penasaran, Arvin pun segera turun dari lantai atas menuju ruang dapur.
Dilihatnya, dua orang wanita sedang asik memasak. Keduanya adalah wanita yang sangat berharga bagi Arvin.
Aline dan Naiara.
Melihat pemandangan indah itu dipagi hari, membuat lengkungan sabit terbentuk sempurna dari bibir Arvin. Ia merasa seperti masih berada di alam mimpinya.
Dibukanya matanya lebar-lebar.
Ternyata bukan mimpi.
"Pagi, Vin.." Sapa Aline sambil menyajikan sarapan di meja makan.
"Kak Aline.. Tumben, pagi-pagi udah ke sini."
"Ya dong. Kakak sengaja mau sarapan bareng sama kamu."
Sekarang, Arvin sudah duduk di kursi makan menunggu sarapannya.
"Papa mama tau, kakak ke sini ?"
"Kakak cuma izin ke mama. Papa nggak tau. Tadinya mama mau ikut, tapi kakak larang. Kakak gak mau mama dimarah lagi sama papa."
Aline menuangkan nasi goreng ke piring Arvin. Melayani adiknya seperti yang dulu sering dilakukannya.
"Tenang aja. Kakak turun setelah papa berangkat kerja, kok."
Barulah wajah Arvin terlihat tenang, setelah mendengarnya.
Naiara juga ikut makan bersama mereka. Ia masih terlihat canggung. Namun merasa senang. Melihat kebersamaan kakak beradik ini dihadapannya. Sehingga suasana menjadi terasa hangat.
"Gimana ? Enak gak ?" Aline menanyakan bagaimana hasil masakannya bersama Naiara.
"Enak dong." Dengan lahap Arvin menyantapnya.
"Syukurlah. Ini semua karena Naiara yang bantu kakak masak."
"Pantesan enak."
Arvin tahu betul kalau setiap kakaknya masak, selalu asin. Atau kalau tidak, ya hambar.
"Kan kakak bentar lagi mau nikah, makanya kakak serius belajar masaknya."
"Berarti kalo belum nikah, belum mau belajar masak dong." Godanya.
"Ya nggak lah." Dengan wajah cemberutnya. "Gini-gini kakak udah ambil kursus masak lho. Kamu nya aja yang gak tau."
"Aku jadi kasian."
"Kok kasian ?"
"Iya. Kasian sama chef-nya. Kena mental gara-gara ngajarin kakak si kepala batu." Cekikikan melihat wajah sang kakak yang sudah cemberut kesal.
"Arviiinn.. Ih, resek banget sih."
Naiara tertawa melihat kakak beradik itu.
Seandainya bisa seperti ini, apakah semua masalah yang mereka hadapi tidak akan terjadi ? Apakah hidup mereka semua juga akan berakhir bahagia ?
Nyatanya tidak. Semua orang hidup itu pasti memiliki masalah. Karena ketika kita hidup, maka harus siap menghadapi masalah.
Setelah selesai sarapan, mereka bertiga bubar dari meja makan. Kembali ke aktivitas mereka masing-masing. Aline berangkat kerja, Arvin ke kampus bersama Naiara.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN
Non-Fiction"Oyy.. ! Lo manusia apa bukan ?" Teriak seseorang yang tidak jauh dari belakangnya. Dengan cepat, Naiara menghapus air matanya. Seseorang itu pun mendekati Naiara. Ia tidak terlihat seperti dalam kondisi sadar sepenuhnya. "Ooh, ternyata lo manusia."...