Tidak ada orang yang baik-baik saja di saat orang yang dia sayangi terluka karenanya.
Lepas bermain hujan-hujanan tadi sore, Arvin dan Naiara memutuskan untuk pulang dengan baju mereka yang sudah basah kuyup. Meskipun keduanya kedinginan, tetapi mereka pulang dengan perasaan bahagia. Tidak seperti sebelumnya.
Namun, ketika masuk ke dalam rumah, mereka mendapati seorang wanita cantik nan modis dengan umur sekitar tiga puluh tahunan sedang melihat-lihat barang-barang yang tertata rapi di meja ruang tamu.
Sepertinya si Arvin sudah tidak asing lagi dengan kehadiran wanita itu. Wajahnya juga langsung berubah dingin seketika.
"Kamu emang gak pernah berubah ya, Vin. Semua barang-barang yang ada di rumah ini selalu tersusun rapi karena kamu."
Tanpa melihat pun, wanita itu sudah tahu kalau yang masuk ke dalam rumah adalah Arvin.
"Ngapain kakak ke sini ? Pulang sana ! Ntar malah aku lagi yang disalahkan karna nyembunyiin anak emas mereka."
"Kamu bicara apa sih, Vin.. ?"
Adriana Aline.
Wanita itu adalah kakaknya Arvin. Anak pertama dari dua bersaudara.
Di dalam keluarganya, Aline adalah satu-satunya kebanggaan orangtua mereka. Si anak yang paling bisa diandalkan dan serba bisa. Hidupnya sempurna. Ia selalu bisa mendapatkan apa yang diinginkannya dengan mudah.
Sejak kecil, kedua orangtuanya sudah membanding-bandingkan mereka berdua. Selalu saja Aline yang diutamakan. Karena bagi mereka, Aline bisa mencapai apa yang mereka inginkan dengan mudah. Berbeda dengan Arvin. Pria itu selalu saja membuat masalah. Dalam hal kecil sekalipun.
Hal itu yang membuat Arvin sangat membenci mereka semua. Ia merasa tidak diinginkan dikeluarganya. Aline, Aline dan selalu Aline yang mereka banggakan. Tidak pernah sekalipun Arvin mendengar namanya terucap dari mulut kedua orangtuanya.
Walaupun Arvin membenci sang kakak, tetapi Aline tidak pernah marah terhadapnya. Malah, ia semakin menyayangi adiknya itu. Bahkan, setiap Arvin terpojokkan dikeluarkannya, Aline lah yang selalu membelanya. Aline hanya ingin menjadi kakak yang baik untuk adiknya.
Tetapi balasannya, setiap apa yang dilakukan oleh Aline selalu salah dimata Arvin. Padahal, Arvin hanya salah paham saja. Karena apa yang kita lihat belum tentu benar adanya.
"Aku gak mau liat kakak ada di rumah aku ! Sebaiknya kakak segera pergi dari sini, atau kakak akan semakin terluka !" Ucapannya sangat terdengar emosi.
Lalu, segera melangkahkan kakinya melewati Aline begitu saja.
Suasana begitu tegang. Naiara yang menyaksikannya hanya bisa terdiam melihat keduanya. Ia tidak bisa untuk ikut mencampuri masalah mereka. Mungkin diam lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN
Non-Fiction"Oyy.. ! Lo manusia apa bukan ?" Teriak seseorang yang tidak jauh dari belakangnya. Dengan cepat, Naiara menghapus air matanya. Seseorang itu pun mendekati Naiara. Ia tidak terlihat seperti dalam kondisi sadar sepenuhnya. "Ooh, ternyata lo manusia."...