Apakah tidak ada kata 'pilihan' sehingga yang ada di dunia ini seolah semuanya begitu sia-sia.
Cuaca hari ini sedang mendung. Mendadak gerimis mulai turun membasahi bumi.
Di saat orang-orang sibuk mencari tempat berteduh untuk melindungi tubuh mereka lantaran takut terkena rerintikan hujan. Terlihat dari kejauhan, seorang gadis remaja tengah asik bermain air di pinggiran pantai sembari menyapu-nyapukan kakinya ke ombak.
Gadis itu menatap ke arah langit. Ada sedikit keceriaan yang terpancar dari raut wajahnya.
Ia tidak memperdulikan butiran gerimis yang mulai membasahi setiap helaian rambutnya yang terurai. Gelitik rasa basah dan dingin yang menyusup ke pori-porinya, sesekali terasa menusuk ketika angin menambah frekuensi gerimis menjadi lebih deras.
Ia tetap tidak perduli. Karena baginya hujan itu indah.
Hujan adalah momen terindah dalam hidupnya. Momen dimana dia bisa melupakan semua kesedihan dan rasa sakitnya. Entah itu disebut apa olehnya. Yang pasti, gejolak rasa bahagia memancarkan keriangan diwajahnya.
Bahkan, tanpa disadari, ada seseorang yang memperhatikannya dari kejauhan. Lebih tepatnya lagi dari sebuah kafe yang ada di area pantai tersebut.
Pria itu terheran melihatnya. Apa yang sedang dilakukan gadis itu dengan umur yang sepantaran dengannya. Baginya hal itu sangatlah aneh.
Tapi, ada satu hal yang membuatnya penasaran. Melihat seorang pria sambil mengenakan payung juga mengawasi gadis itu dari kejauhan dengan beberapa bodyguardnya. Lalu menghampirinya.
"Aku tau kamu pasti ada di sini."
Gadis itu pun menoleh. "Kamu.. ?"
"Udah cukup main hujan-hujanannya. Ayo pulang."
Seketika, wajah ceria gadis itu berubah jadi murung.
"Nai.."
"Aku gak mau pulang !"
"Naiara.." Sambil meraih tangan gadis itu. Berusaha membujuknya agar ikut pulang bersamanya. "Aku tau ini bukan kemauan kamu, tapi aku juga gak mau liat mama disalahin lagi karena kita, Nai."
"Ya udah, aku pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN
Non-Fiction"Oyy.. ! Lo manusia apa bukan ?" Teriak seseorang yang tidak jauh dari belakangnya. Dengan cepat, Naiara menghapus air matanya. Seseorang itu pun mendekati Naiara. Ia tidak terlihat seperti dalam kondisi sadar sepenuhnya. "Ooh, ternyata lo manusia."...