Wanita yang baik itu tidak menyakiti perasaan sesama wanita lainnya.
"Kamu udah siap, kan ?" Tanya Aline.
Arvin mengangguk. Walaupun masih terlihat sangat gugup. Ia berusaha mengangkat sebelah tangannya untuk menggandeng sang kakak.
Kini, mereka sudah memasuki area taman yang begitu luas. Karena acaranya bertemakan outdoor.
Di sana, terdapat orang-orang penting rekan bisnis dari kedua keluarga mereka. Serta banyak wartawan yang meliput acara tersebut.
Hal pertama yang dilakukan Aline ialah mempertemukan Arvin dengan kedua orangtuanya. Abrisam Reynand dan Adela Aloysius. Meskipun Arvin masih takut untuk menatap sang papa.
"Pa, ma.."
Aline tersenyum bangga membawa Arvin kehadapan kedua orangtua mereka
"Arvin.." Ucap sang mama yang kaget, terharu.
Adela tidak menyangka bisa melihat putranya lagi. Ia begitu terharu, sehingga tidak bisa menahan emosi bahagianya. Karena selama ini Arvin sangat menutup dirinya dari keluarganya, termasuk sang mama. Bahkan selalu menolak untuk menemuinya. Ia hanya tidak ingin membuat sang mama dimarahi lagi oleh sang papa.
"Mama kangen banget sama kamu, nak." Sambil mengelus-elus rambut sang putra. Lalu, memeluknya erat. Ia sudah tidak memperdulikan lagi akan peraturan dari suaminya itu. Karena didalam keluarga mereka, Reynand sangat melarang keras membahas nama Arvin. Dimana pun itu.
"Maafin Arvin, ma."
"Nggak, sayang. Kamu gak perlu minta maaf."
"Gimana kabar mama ? Mama baik-baik aja, kan ?"
"Saat ini kabar mama jauh lebih baik, nak. Akhirnya mama bisa bertemu sama kamu lagi."
Reynand yang sedang berbincang dengan para tamunya pun melihat keberadaan sang putra. Lalu, segera mendekatinya.
"Berani juga kamu datang ke sini." Bisiknya ke telinga Arvin.
Arvin yang mendengar kata-kata menyakitkan itu, membuat emosinya kembali naik. Tangannya sudah siap digepalkannya. Ingin rasanya dia buka suara di tempat yang ramai itu. Tapi karena dilihatnya sang kakak begitu bahagia bisa berkumpul lagi dengan keluarganya yang lengkap di hari bahagianya itu. Sehingga Arvin mencoba untuk menahan dirinya.
Saat ini, semua pandangan mengarah ke Arvin. Meskipun orang-orang mengetahui adanya anak kedua dikeluarga Abrisam Reynand, tapi tak banyak yang mengetahui keberadaannya ataupun seperti apa orangnya ketika sudah besar. Seolah Arvin benar-benar diasingkan dari keluarganya sendiri, dengan alasan hanya tidak ingin merusak nama baik keluarga mereka. Karena Arvin selalu dianggap biang masalah dikeluarganya.
Sementara si Naiara, seperti biasa. Ia segera mengasingkan dirinya mencari tempat yang tidak begitu menarik perhatian orang-orang. Di acara itu, ia melihat keberadaan keluarga Bima dan sudah pasti beberapa bodyguard juga berada di sekitaran mereka.
Naiara hanya tidak ingin merusak acara keluarga Arvin.
Ketika gadis itu berjalan mengendap-endap mencari tempat persembunyiannya, seorang pria memperhatikannya.
Kevin.
Kevin seperti tidak asing dengan gerak-gerik sosok gadis yang dilihatnya itu. Ia merasa pernah melihatnya kemarin.
"Lo ngapain di sini ?"
Naiara sontak kaget. Di belakangnya sudah ada Kevin yang menghampirinya.
"Kamu ?"
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN
Non-Fiction"Oyy.. ! Lo manusia apa bukan ?" Teriak seseorang yang tidak jauh dari belakangnya. Dengan cepat, Naiara menghapus air matanya. Seseorang itu pun mendekati Naiara. Ia tidak terlihat seperti dalam kondisi sadar sepenuhnya. "Ooh, ternyata lo manusia."...