Fungsi otak tuh gunanya tuk mikir. Bukan tuk ngejudge orang yang lemah !
Seorang wanita paruh baya masuk ke dalam kamar Naiara. Di tangannya membawa almamater, lalu meletakkannya di atas tempat tidur.
Kemudian wanita itu membuka tirai gorden, hingga pantulan dari sinar matahari mengenai tepat ke wajah seorang gadis yang masih tertidur pulas.
Akhirnya Naiara pun terbangun, meski masih dalam keadaan setengah sadar.
"Selamat pagi, sayang.." Sapa Deana.
"Tante.." Sambil mengucek-ngucek matanya.
"Bangun sayang.. Buruan mandi gih, ntar kamu telat lho."
"Emangnya kita mau kemana, tante ?"
"Bukan kita, tapi kamu. Kamu kan ada jadwal kuliah pagi hari ini."
"Nai kan kuliah online, tante."
Deana tersenyum, lalu duduk mendekati Naiara. "Hari ini kamu bisa kuliah secara normal lagi."
"Hah, beneran tante ?"
Deana mengangguk. Ia menunjukkan seragam kampus yang dibawakannya untuk calon menantunya itu.
Betapa bahagianya Naiara ketika melihatnya. Ia pun langsung memeluk Deana. "Makasih ya tante."
"Iya, sama-sama."
"Tapi, siapa yang udah izinin Nai, tante ?"
"Kamu kayak nggak tau Bima aja."
"Bima.. ?"
"Iya. Kemarin Bima yang ngurus kuliah kamu. Dan dia juga yang minta izin langsung ke kakeknya."
Naiara tersenyum bahagia. Bima benar-benar mewujudkan keinginannya untuk kuliah lagi.
"Trus, sekarang Bima-nya dimana tante ? Dia nganterin aku nggak ?"
"Sekarang Bima lagi gak bisa antar kamu ke kampus. Bima sama papanya udah berangkat ke kantor lebih awal hari ini.__Tapi kamu jangan khawatir, Bima udah suruh anak buahnya tuk antarin kamu ke kampus.__Gih, sekarang kamu mandi. Siap-siap. Tante udah siapin sarapan buat kamu."
"Iya tante."
Setelah Deana keluar dari kamar gadis itu. Naiara juga buru-buru mengambil handuk dan segera masuk ke kamar mandi.
***
Tokk.. Tokk..
Seorang pria menggunakan jas hitam rapi masuk ke ruangan Bima sambil membawa beberapa berkas penting.
"Ini pak, semuanya sudah saya siapakan."
Tetapi Bima yang diajak berbicara sepertinya terlihat sedang termenung. Hingga tidak mendengarkan pria itu.
"Pak.." Panggil pria itu. "Pak Bima.."
Setelah mendengar namanya dipanggil, barulah Bima tersadar. Masih pagi, tetapi sudah membuatnya tidak fokus.
"Bapak baik-baik saja ?"
"Iya. Saya baik-baik saja. Ada apa ?"
"Saya cuma mau mengantarkan berkas yang kemarin bapak suruh saya siapkan."
"Sudah semuanya ?"
"Sudah pak."
"Maaf ya, saya terlalu banyak merepotkan kamu akhir-akhir ini."
"Tidak apa-apa, pak. Sudah tugas saya sebagai sekertaris bapak untuk membantu pekerjaan bapak."
"Oh ya, ada satu tugas lagi untuk kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN
Non-Fiction"Oyy.. ! Lo manusia apa bukan ?" Teriak seseorang yang tidak jauh dari belakangnya. Dengan cepat, Naiara menghapus air matanya. Seseorang itu pun mendekati Naiara. Ia tidak terlihat seperti dalam kondisi sadar sepenuhnya. "Ooh, ternyata lo manusia."...