WLTS 1

865 98 7
                                    

Kai menghela napas, saat membuka pintu rumah kecil miliknya, "Aku pulang." Kai melepas sepatu yang ia pakai dan menyimpan nya di rak sepatu. Suasana rumahnya seperti tidak berpenghuni. Angin menyibak gorden-gorden yang lupa Kai buka. Semilir angin terdengar jelas di indera pendengarannya.


Mata lebar Kai meneliti setiap inci rumah kecil miliknya yang sepi. Ia menengok kesana kemari dengan pandangan mencari. Soobin. Itu yang ada di pikiran nya. Kai meninggalkan Soobin sendiri disini, saat ia bekerja. Kerja paruh waktu. Siang ini ia akan beristirahat, lalu akan kembali bekerja pukul 3 nanti. Makan dan tidur, itu cukup.



Langkahnya yang pelan tiba-tiba berubah menjadi tergesa-gesa, saat tidak menemukan orang lain di sana.



Ia menyusuri setiap ruang di dalam rumah nya, membuka satu persatu pintu. Sedikit panik.




Ia membuka pintu menuju balkon, dan akhirnya ia menghela napas lega, saat melihat sesosok namja berdiri di pojokan balkon rumahya tersebut. Menikmati angin yang berhembus. Ini sudah hampir jam 12 siang, tetapi sepertinya mentari enggan muncul. Hanya ada awan hitam gelap menandakan ingin turun hujan. Ditambah beberapa gemuruh, yang semakin mendukung kedatangan hujan. Soobin, Choi Soobin, namanya.



Perlahan-lahan, Kai mendekati nya, namja dengan rambut berwarna hitam keunguan itu tengah menikmati semilir angin yang menyejukkan. Nampak tidak tahu bahwa ada orang selain dirinya yang berdiri di sana. Kai melangkah, berusaha tidak menimbulkan suara. Laki-laki itu terasa sangat damai dalam kondisi seperti ini, walau banyak sekali hal yang dipikirkan dalam otak nya.



"Soobin hyung," Ucap Kai seraya menyentuh bahu orang yang menjadi lawan bicaranya. Menatap netra obsidian Soobin yang terlihat tidak bersemangat. Ia tahu, apa yang Soobin rasakan. Kehilangan.



Soobin tersentak, lalu menengok, "K..kau su...su...dah...pu..la...lang?" Tanyanya pelan, dengan nada mengeja. Mata nya sedikit membelalak, lesung pipit di pipinya menambah manis wajah seorang Soobin. Kaos putih kebesaran, dan celana training, menjadi pilihan pakaian nya saat itu. Lalu, seulas senyuman penuh muncul disana.



"Iya," Lantas Kai ikut menghirup napas mengikuti Soobin, menikmati angin dari balkon apartemen mereka. Dari atas sini, mereka bisa melihat pepohonan di seberang dan balkon-balkon tetangga lainnya. Semua terlihat terjajar rapi, sunyi.



Sekilas, Kai menatap Soobin lalu kembali memejamkan mata. Bayangan itu kembali muncul. Penggangu.



Setiap kali ia melihat Soobin, ia teringat pada kejadian yang lalu, mengingat semua yang pergi. Meninggalkan mereka.



Kai kembali menyentuh bahu Soobin pelan, "Ayo makan... Aku membeli ayam madu dan kimchi." Kai mengangkat bungkus makanan.



Mata sendu itu seolah-olah tahu kesedihan Soobin.




***




Tidak ada pembicaraan di keduanya, padahal di grup dulu mereka anggota paling berisik. Seolah olah mereka mengobrol dengan hati nya sendiri. Kai dan Soobin, tinggal berdua, dalam rumah ini sejak dulu. Setelah mereka diusir dari dorm. Mereka makan di ruang makan kecil, hanya ada empat kursi disana. Dua di sebelah kiri meja, dan dua lagi di sebelah kanan meja. Mereka bersebrangan.



Hari ini Soobin memilih untuk tidak masak, ia berpesan pada Kai untuk membeli makanan di luar saja. Sedang tidak enak badan, katanya.



Keheningan mendominasi ruangan dalam sepi. Hanya ada dentingan sendok dan garpu yang beradu dari kedua nya.



"Ba..ba...gai..gaa...ma...na," ucap Soobin dengan kesulitan, terlihat jelas bahwa ia berusaha untuk berbicara, ia sampai berhenti dari acara makan nya.



"Pe...ker...jaa..an..mu?"



"Pekerjaanku?" Ujar Kai dengan nada pelan dan mengeja. Kai tersenyum, memaklumi bicara lambat Soobin.



"Baik-baik saja."



"Kau?"



"A...ku..ka-kan..ti...dak...pu...pun...punya...pe..pe..ker-ker..jaa...jaan." Terang Soobin polos. Ia tekekeh tak ada suara, setelah mengatakan itu baik-baik.



Kai terkekeh pelan, "Maksudku kabar hyung hari ini," Terang Kai lalu memberi beberapa irisan kimchi di mangkuk Soobin. Kai tidak terlalu suka kimchi.



"Ka..bar ku-ku...ba-bai...ik." Soobin kembali menyendok nasi dengan sumpitnya, memakan nasi itu selagi hangat. Ayam goreng madu nya cukup enak. Cocok pas di lidah Soobin.




***



"Si..ni...a...ku..sa..ja...ya..yang ta..ruh.." Tutur Soobin saat ia dan Kai berbarengan menghabiskan makanan.



"Ah, terimakasih, Kak," Ujar Kai sembari menaruh mangkuk nya di tangan Soobin. Soobin nampak tidak keberatan.



Soobin menunjuk pipinya sendiri, masih memandang Kai. Ada noda saus disana.



"A-ah." Kai mengelap pipi nya dengan tisu di meja, dan benar saja, ada noda merah saus disana.


Soobin menampilkan senyum nya lalu beranjak dari meja makan untuk pergi mencuci piring miliknya dan Kai.



Sementara Kai, ia masih setia, memandangi bahu Soobin yang semakin lama semakin jauh.



Bahu itu tidak kuat seperti dulu.



Bahu itu rapuh, dari dalam dan luar. Soobin masih belum bisa melupakan kejadian itu. Kai yakin.


We Lost The Summer | TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang