Bagian Tigapuluh Satu

437 84 8
                                    

"Apakah masih sakit?"

Pertanyaan Baekhyun yang keluar dari bibir lelaki itu membuat Naeun menolehkan kepalanya pada Baekhyun yang sibuk menyetir.

"Sudah sedikit lebih baik."

Baekhyun membuang nafasnya lega. Sedari tadi, ia sanagt dibuat panik, apalagi tangan Naeun yang tidak berhenti menekan perut bekas lemparan batu tadi.

"Memangnya kenapa?"

Baekhyun melirik Naeun sebentar.

"Sedari tadi kau tidak melepaskan tanganmu dari perut, aku takut kau kenapa-kenapa" Jeda Baekhyun, "Apalagi baru yang dilemparkan padamu cukup besar."

Naeun hanya memanggut-manggut tanda mengerti, setelahnya wanita itu kembali sibuk lagi pada pemandangan di luar kaca mobil.

Jantungnya sebenarnya masih berdetak cepat, makanya ia tidak berani menoleh kearah Baekhyun.

"Kau lapar?"

"Sedikit, memangnya kenapa? kau lapar?"

Baekhyun menganggukan kepalanya, "Iya."

"Kalau begitu tepikan saja mobilnya, cari tempat peristirahatan."

"Tidak perlu."

Naeun seketika menoleh pada Baekhyun, "Kenapa tidak?"

Baekhyun menatap Naeun pada spion kecil diatas, melihat kearah mata Naeun dan berkata.

"Karna dengan dirimu yang berbicara padaku sepanjang jalan, aku tidak akan lapar lagi."

• • •

Seseorang masuk, membuka pintu besar berwarna putih yang menmpakan seorang berdiri sambil menatap keluar jendela.

"Ia sudah melakukan apa yang kau suruh."

Seseorang itu tersenyum. Senyum licik dan bahagia setelah mendengar perkataan salah satu orang yang bekerja padanya.

"Bagus..." Lirih seseorang itu.

Ia membalikan tubuhnya, berjalan menuju meja dan membuka laci. Mendudukan tubuhnya di kursi dengan senyuman yang tercetak jelas di wajahnya.

"Mengapa tidak sekarang?"

"Memangnya mengapa?"

"Mengapa tidak sekarang?" Tanya lelaki berkacamata hitam itu.

Yang ditanya hanya tersenyum kecil lalu berkata. "Kita bermain sebentar lagi saja, lagi pula aku tidak ingin Baekhyun mati juga."

Ia terkekeh pelan, sambil mengukurkan tangan untuk menarik laci mejanya, mengambil satu foto yang berupa wajah Naeun. Ia menatapnya sebentar sebelum akhirnya meremuk foto itu pada tangannya.

Sebegitu bencinya ia dengan manusia bermarga Kwan.

Kalian mau tahu siapa saja yang ia benci?

Yang pertama ada Kwan Hoojin.

Yang kedua ada Kwan Heena.

Yang ketiga ada Kwan Naeun.

Dan ada satu lagi.

Kali ini bukan dari keluarga Kwan yang sangat ia ingin lenyapkan. Tapi, dari seseorang yang terlalu baik. Seseorang yang seharusnya masih ada detik ini juga, bukan lenyap hanya karna ingin menyelamatkan nyawa seseorang, yang membuatnya ia benci.

Monodrama ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang