Bagian Empatpuluh Tiga

310 60 11
                                    

Mobil yang Naeun tumpangi kini sudah berhenti, tanpa mengatakan apapun atau bahkan membayar kepada sang supir taksi Naeun langsung keluar dan berlari masuk kedalam gedung besar yang gelap.

Langit sudah cukup gelap, ditambah segelimir angin yang bertemuan dengan kulitnya yang tidak tertutup pakaian. Kalau boleh jujur, ini cukup menakutkan, namun Naeun tetap berjalan naik menuju gedung didepannya demi Alice.

"Mademoiselle!"

"Vous n'avez pas payé le tarif!"

Pekikan suara supir taksi itu sebenarnya terdengar jelas di pendengaran Naeun, tapi wanita itu diam dan tetap berjalan lurus menuju pintu masuk gedung tanpa memperdulikan lagi teriakan supir taksi.

Ia menelan salivanya, takut untuk melihat keadaan Alice berantakan yang bisa saja membuat Naeun sakit untuk membayangkannya. Ia tidak bisa melihat anaknya sengsara, apalagi isi kepalanya sudah memikirkan hal yang tidak-tidak.

"Jangan," Lirihnya dengan memejamkan matanya sebentar. "Jangan sampai."

Kini Naeun sudah sampai didepan pintu besar bewarna hitam dari besi ala kerajaan dulu. Tanpa apapun lagi, ia pun langsung membuka dan hal yang pertama ia dapatkan adalah kursi-kursi coklat panjang dengan desain atap yang membuatnya takjub.

 Tanpa apapun lagi, ia pun langsung membuka dan hal yang pertama ia dapatkan adalah kursi-kursi coklat panjang dengan desain atap yang membuatnya takjub

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di depan sana juga terdapat patung putih yang sedang menggendong anak.

"Tempat apa ini?"

"Gereja?" Tanya Naeun pada dirinya sendiri ketika melihat tanda salib di dalam sana.

Kakinya berjalan maju dengan pelan, dengan mata yang melihat kesetiap sudut gedung yang ia masukin ini.

Salah satu tangannya ia biarkan tergantung dan ditaruh di kursi-kursi panjang itu. Membiarkannya tergeser sendiri ketika kakinya bergerak maju.

Ia asik memandangi dan mengitari gedung ini sambil menunggu tanda-tanda Samuel serta Alice yang belum muncul dihadapannya. Bahkan, sampai Naeun menemukan patung yang Naeun tebak adalah Maria yang sedang menggendong satu bayi yang dibawahnya juga terdapat tiga bayi.

Bertepatan saat Naeun ingin menghelus meja patung itu, suara teriakan kencang yang menggema membuat Naeun menoleh cepat.

"Mommy!"

Ia mengenal suara ini, ia sangat mengenalnya karena seseorang yang meneriaki dirinya dengan sebutan Mommy ini adalah anaknya, Byun Alice.

"Alice."

Naeun berlari dari hadapan patung Maria. Wajahnya berubah panik dan ingin menangis karena mendengar suara anaknya itu.

"Alice!" Teriaknya menggema diseluruh ruangan.

"Mommy aku diatas sini!"

Tanpa mengatakan apapun lagi Naeun langsung berlari menuju tangga berputar. Menuju lantai atas yang lama kelamaan lebih minim cahaya dibandingkan dibawah tadi.

Monodrama ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang