Bagian Tigapuluh Tujuh

361 81 11
                                    

"Saranghae."

"Saranghae Gang Tae-ssi."

"SARANGHAE!"

"SARANGHANDAGU!"

"SARANGHANDANIKKA!"

"JINJJA NEOMU NEOMU SARANGHAE!"

"WAE!"

"SARANGHAE!"

"YAAAAAAAA!"

Naeun menggelengkan kepala dengan kekehan kecil yang keluar dari mulutnya. Drama Korea yang sedang ia tonton cukup membuatnya tertawa, bagaimana tidak? pemeran wanitanya saja sangat buas untuk mendapatkan hati sang lelaki.

Astaga, lucunya. Apalagi bagian yang baru saja membuat Naeun tertawa.

Saat sedang asik melanjutkan acara santainya, kepala seseorang dengan tiba-tiba menelusup lehernya. Membuat Naeun kesal namun tak urung senang juga di dalam hatinya.

Naeun menggerakan satu bahunya. "Baekhyun, geli, menyingkirlah."

Bukannya menyingkirkan kepalanya, Baekhyun malah makin menjadi. Kepala yang tadinya tidak terlalu menelusup, malah disengaja diperdalam oleh lelaki Byun yang nenyebalkan.

"Baekhyun," Ujar Naeun berdecak malas.

Ayolah, nafas Baekhyun yang sangat terasa dilehernya membuat Naeun geli. Lagi pula, Naeun juga heran, apakah Baekhyun tidak bisa membiarkan dirinya menyantai sehari saja.

"Apa," Balas Baekhyun pelan yang membuat Naeun memiringkan kepalanya karena geli.

Wajah Naeun yang tadinya tersenyum karena drama korea kini sudah berubah menjadi masam karena ulah Baekhyun. Ia membuang nafasnya kasar dan melirik Baekhyun yang masih setia pada posisinya.

"Jarak dari sini ke dapur lumayan dekat jika kau ingin tahu."

"Aku masih ingin hidup dan melihat dua bidadariku."

Ucap Baekhyun bersamaan dengan mengangkat kepalanya menjauh dari Naeun dan langsung mendudukan dirinya disamping Naeun. Tentu saja ia takut terkena pukulan panci, mau dikata apa jika ia meninggal karena pukulan sang keka- Naeun.

Kan tidak lucu jika ada berita berjudul 'Seorang pria meninggal karena dipukul panci oleh orang yang ia cinta.' Membayangkannya saja sudah membuat Baekhyun bergidik ngeri. Bagaimana kalau benar seperti itu?

Hih! Jangan sampai!

"Kau tidak bisa membiarkan aku santai sehari saja, ya?"

"Sebenarnya bisa, namun aku malas dan tidak ingin saja."

"Lama-lama akan benar ada panci yang melayang ke kepalamu," Naeun memincingkan matanya. "Tunggu saja."

Baekhyun menggacak rambur Naeun gemas. "Kalau kau marah seperti ini malah membuatku gemas, su gguh."

Naeun menyingkirkan tangan Baekhyun daei kepalanya. Lalu, membenarkan rambutnya yang berantakan sambil mendengus dengan mata yang memincing kearah Baekhyun yang teesenyum.

"Menyebalkan, persis seperti dulu."

"Aku memang masih Baekhyun yang sama seperti dulu, tapi ada satu yang berbeda."

"Apa?"

"Tingkat kemesuman ku sudah berkurang karena ditinggal olehmu."

Naeun yang mendengar itupun langsung memukul lengan Baekhyun tanpa beban apapun. Sungguh, jika boleh, Naeun akan menjahit bibir lelaki yang sangat ia cintai itu.

Monodrama ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang