✦ The Tale of Black Swan ✦Semakin mencari tahu kebenaran, maka semakin menyayat di hati ketika mengetahui fakta di baliknya. Bagaikan jari tergores saat memotong lemon dan terkena airnya, hanya untuk mencari isi dari buah lemon tersebut.
Begitulah Aelin saat mencari informasi lebih dalam mengenai keluarganya sendiri. Ada banyak musuh selama ini, bertopeng ketika mereka menginjakkan kakinya kedalam Kediaman Endelion.
"Para count di Duchy Endelion berpihak padaku, kau tidak perlu khawatir, my duchess."
"Mereka yang kuterima adalah orang - orang yang dapat dipercaya walaupun tak sepenuhnya dan orang - orang yang bisa aku manfaatkan dengan baikㅡ jika aku memang memberontak, mereka akan dapat keuntungan, dan jikapun tidak, mereka juga tetap lebih untung bekerja di Duchy Endelion," Duke Louis tersenyum kearah Aelin yang kini berdiri menghadap dirinya yang tengah duduk dan menyelesaikan berkas mengenai pekan raya beberapa hari lagi.
Aelin menggeleng kecil sembari meremat gaunnya.
"Bagaimana bisa aku tidak khawatir ketika kau bekerja dengan para bedebah itu? Aku tidak ingin melihatmu terluka!"
Mendengar ucapan Aelin membuat Duke Louis tertawa lantang, bahkan Finn dan Owen yang berjaga diluar dapat mendengar suara tawa itu.
"Aku sudah tak bernafas sejak lama jika itu bisa di lakukan, my duchess."
Aelin berdecih kecil, "Aku tidak tahu sekuat apa dirimu tapi aku tidak bisa membiarkan mereka melukaimu ataupun Aiden. Mereka memang meminta untuk di penggal!" Ocehnya tak henti - henti.
Duke Louis masih tak mengerti perubahan sifat Aelin yang sangat drastisㅡ seakan sudah kembali seperti semula sebelum penculikan itu terjadi.
"Kau akan memenggal mereka?"
"Apa aku tak bisa?" Tanya Aelin balik dengan raut wajah kecewa.
Duke Louis menggelengkan kepalanya, "Kau bertingkah seperti duluㅡ wanita pemberani. Tapi my duchess, kau tak bisa semudah itu memenggal kepala para count dengan statusmu," Balasnya.
"Ah, benar. Hanya empress yang memiliki kekuasaan tertinggi untuk melakukan itu," Gumam Aelin yang dapat di dengar oleh Duke Louis, tapi Aelin lekas berucap, "Apa aku harus merencanakan sesuatu agar empress memenggal kepala mereka?"
Tawa Duke Louis kembali pecah dan menggelengkan kepalanya kecil.
"Licik."
"Aku memang wanita licik yang memanfaatkan sekitarㅡ lemahku hanya pengalihan," Elak Aelin.
"Tak apa, aku menyukai wanita yang kelicikannya selalu berhasil. Itu artinya dia cerdas."
"Oh, kau membicarakan wanita ularㅡ maksudku Duchess Aniensis, hm?"
Duke Louis bangkit dari duduknya lalu duduk diatas meja kerjanya dan menarik Aelin mendekat. Aelin merotasikan matanya dan menahan tubuh Duke Louis dengan kedua tangannya.
"Kenapa?"
"Satu syarat."
Duke Louis menaikkan alisnya, tapi seringai kecil itu muncul. Aelin tahu arti seringai itu adalah hal yang akan ia minta pasti di kabulkan. Apapun itu.
"Aku ingin bersama Aiden selama pesta nanti berlangsung."
Seketika raut wajah Duke Louis berubah dan kini Aelin yang mengangkat alisnya dengan senyum miring.
"Apa yang kau rencanakan, my duchess?"
"Tidak ada. Apa aku harus mencurigai sesuatu selain para marquis atau count yang berusaha menjatuhkan dirimu?"
Pertanyaan ini tentu jebakan, dan Duke Louis sadar bahwa sang istri sedang memastikan sesuatu. Hanya dengan menatap manik mata hazel tersebut, ia tahu Aelin khawatir dan bahkan terlihat waspada kepada dirinya.
"Tidak ada," Jawab Duke Louis.
Aelin tersenyum lalu mengecup sekilas bibir Duke Louis dan mengalungkan tangannya pada leher Duke Louis. Tatapannya jelas menelisik Duke Louisㅡ menerka isi pikiran pria tersebut.
'Apa pilihannya akan sama seperti di dalam novel?'
Aelin mendekatkan wajahnya untuk mencium bibir pria tersebut, dan menarik leher Duke Louis untuk memperdalamnya.
Duke Louis ikut memejamkan matanya. Sebelah tangannya memeluk pinggang Aelin dan sebelahnya menarik tengkuk wanita tersebut.
Hanya dengan ciuman tersebut, Duke Louis ataupun Aelin merasakan ketakutan masing - masing. Sama - sama tak ingin kehilangan.
✦ ˚ . * ✦
"My lord, hentikan. Anda bisa membunuh diri anda sendiri jika memaksakannya!"
Laki - laki itu seakan tuli dan tetap mencoba mengeluarkan sihirnya yang kini mengeluarkan bayang - bayang hitam yang mulai melingkari dirinya.
Aiden tetap mencoba fokus mengeluarkan sihirnya walaupun mulutnya sudah akan mengeluarkan dahak darah lagi.
Tapi tubuh laki - laki muda itu langsung terjatuh ketika tenaganya sudah terkuras habis dan kesadarannya yang nyaris diambil alih.
Owen berlari dan mendapati Aiden kini memaksa untuk bangun sendiri. Tatapan tuan mudanya sangat menampakkan bahwa ia kelelahan karena seminggu terakhir berlatih sihir yang sama dan hasilnya semakin membaikㅡ semakin melukai Aiden.
"Bersihkan tempat ini dan jangan sampai siapapun tahu!"
Setelah memerintah Owen, Aiden melangkah keluar dengan tubuh terhuyung. Dengan bantuan Matilda ia kembali ke kamar sebelum Duke Louis ataupun Aelin melihatnya.
"Matilda."
Aiden kini membaca buku di dalam kamarnya dengan secangkir teh.
Matilda masuk kedalam kamarnya lalu membungkuk kecil.
"Saya disini, my lord."
"Bagaimana persiapan pekan raya?" Tanyanya tanpa melirik wanita paruh baya itu sedikitpun.
"Lord Louis telah menyiapkan segalanya, dan juga akan diadakan pesta keluarga seperti tahun sebelumnya."
Mata Aiden lekas mengarah kepada Matilda yang masih berdiri di tak jauh dari ranjangnya. Laki - laki itu berdecih kecil dan kini melempar bukunya dengan asal lalu mengacak rambutnya.
"Sial, waktunya hanya tersisa tiga hari!" Umpat Aiden lalu melempar vas bunga kearah cermin di kamarnya.
Matilda hanya diam. Walaupun tak mengerti, tapi wanita itu tahu bahwa Aiden tengah frustasi dengan hidupnya sendiri.
Raut wajah, sorot mata, dan tindakan yang kerap kali Matilda lihat ketika Duke Louis menjadi emosional terhadap sesuatu.
"Apa yang terjadi jika aku gagal?"
✦ Open The Next Page With Vote ✦
KAMU SEDANG MEMBACA
𝕋𝕙𝕖 𝕋𝕒𝕝𝕖 𝕠𝕗 𝔹𝕝𝕒𝕔𝕜 𝕊𝕨𝕒𝕟 [ Taerin ft. Yeonjun ]
FantasyⒺ ⓝ ⓓ Jung Yerin kira, setelah mati yang akan dirinya lihat adalah surgawi. Namun Yerin justru terbangun menjadi istri tokoh utama antagonis dari novel yang ia baca sebelum kecelakaan. Menjadi istri dari Duke Louis de Endelion, si pengkhianat yang...