Bab 23 🕊

1.8K 332 16
                                    


The Tale of Black Swan

Seminggu sebelum pekan raya desa, Count Rhonwen terus saja datang dengan beberapa titah Duke Louisㅡ memeriksa kondisi Aelin.

Count Rhonwen sebenarnya bukan healer, tapi karena pernah di tugaskan mengawasi penangkapan para kelompok pemberontak di daerah gurun yang terkenal dengan tingkat kejahatan tinggi, membuatnya mempelajari sihir pengobatan untuk beberapa alasanㅡ walau akhirnya hanya ahli dalam materi dan tidak dengan prakteknya.

"Sudah membaik, Duchess Aelin?"

Aelin mengangguk kecil dan tersenyum tipis. Setelah pemeriksaan sederhana, Aiden datang dengan membawa nampan berisi sarapan ibunya.

"Selamat pagi, Lord Aiden."

"Selamat pagi, Count Rhonwen. Bagaimana keadaan mom?"

Basa - basi.

"Duchess Aelin sepertinya banyak pikiran, itu saja yang paling mempengaruhi kesembuhannya," Jawab Count Rhonwen sembari mengusak rambut Aiden dan membuat anak laki - laki itu mendelik tak suka.

Setelah basa - basi singkat itu, Count Rhonwen pulang dan tergantikan oleh Aiden yang kini menemani Aelin di kamarnya.

Aiden duduk di sofa tunggal bersebelahan dengan ranjang Aelin. Anak laki - laki itu dengan telaten menyuapi Aelin dan menemaninya mengobrol mengenai persiapan pekan raya yang sebentar lagi di mulai.

Alasan Duke Louis sibuk akhir - akhir ini.

"Apa kau tak bosan, Aiden? Ini sudah seminggu dan kau harus menjaga mom."

Aiden menggeleng kecil dan memberikan Aelin air saat dirasa Aelin sudah merasa kenyang.

"Aku berterima kasih jika mom tidak mengusir dan menyuruhku untuk membantu dadㅡ pekerjaan yang rumit dan aku sedang tak ingin berada di keramaian," Ucap Aiden lalu menaruh nampan tersebut diatas nakas.

Aelin memanyunkan bibirnya saat dirasa Aiden tak akan membiarkannya berjalan - jalan ke kota. Yah, Aelin sudah menebaknya karena jawaban anak itu pasti tak jauh berbeda dari ayahnya.

"Tapi mom bosan, Aiden."

"Tidak jika ke kota, tapi jika masih di sekitar rumah aku akan mengiyakannya," Balas Aiden yang akhirnya kalah karena merasa prihatin melihat Aelin yang penat dengan pemandangan yang sama.

Mendengar itu Aelin langsung tersenyum lebar, "Bagaimana dengan berjalan - jalan di taman?" Tawar Aelin.

"Baiklah, tapi hanya sampai jam makan siang. Mom harus banyak beristirahat karena dua minggu lagi kita harus menyambut para manusia menyebalkan."

Aelin mencubit pelan pipi Aiden, "Bicaramu itu benar - benar menurun dariku, ya?"

Mereka berjalan - jalan di taman dan itu berhasil mengingatkan Aelin saat pertama kali datang dan Aiden yang tampak harap cemas mengajaknya keluar kamar.

"Pasti akan menyenangkan jika minum teh di taman bersama Duke Louis juga."

Aiden melirik Aelin lalu menggelengkan kepalanya, "Lebih baik menghabiskan waktu di perpustakaan dari pada meminum teh di bawah terik matahari," Balasnya.

"Kau memang kaku seperti Duke Louis."

"Aku 'kan anak kalian, mom," Balas Aiden yang mengarahkan perjalanan kecil mereka menuju perpustakaan pada paviliun barat.

Aelin berdiam di perpustakaan pribadinya, begitu pula dengan Aiden. Menghabiskan waktu membaca buku atau menulis sesuatu memang persamaan mereka bertiga.

Tapi kini Aelin tak begitu menikmatinya, karena otaknya bekerja keras mengingat setiap kalimat dari novel 'The Secret Story of Swan.'

"Cerita ini sudah berubah semenjak kematian Duchess Aniensis terdahuluㅡ aku ingat betul penyerangan terjadi saat pesta Keluarga Aniensis dan itu adalah awal Aelin menghilang."

Aelin mengetuk - ngetuk penanya diatas meja, tatapannya mengarah keluar jendela yang kini memperlihatkan Aiden tengah menatap Owen dan Matilda yang menyiapkan piknik kecil di taman.

Aelin tertawa kecil, "Padahal ia bilang tak mau melakukannya," Gumamnya.

Tapi atensi Aelin kembali pada buku catatannya. Jika keadaan diumpamakan dengan urutan kejadian yang Aelin rasakan sekarang, maka penyerangan pertama seharusnya terjadi di pesta Keluarga Emperor Ravenlynx. Dan penyerangan keduaㅡ hari dimana Duke Louis memberontak adalah ketika pesta Keluarga Aniensisㅡ pesta kedua untuk merayakan pekan raya yang diadakan secara bergilir.

Aelin langsung berhenti mengetuk - ngetuk mejanya, nafasnya kembali tercekat dan dengan cepat wanita itu menulis praduganya diatas kertas tersebut.

Aelin meletakkan penanya begitu selesai menulis, dan kini tatapannya dengan mata berkaca - kaca itu kembali menoleh kearah luar jendela yang memperlihatkan senyuman lebar Aiden.

"Aku harus bagaimana jika itu terjadi? Apa yang harus aku lakukan, hiks, astaga kenapa aku melupakannya!"

Aelin menutup wajahnya dan terisak kecil.

Tapi dengan cepat wanita itu mengusap kasar wajahnya. Dengan sekali tarikan nafas panjang dan helaan berat, Aelin bangkit dan berjalan menuju taman tempat Aiden tengah menyiapkan piknik kecil.

Aelin mengangguk pada dirinya sendiri, langkahnya terhenti dengan tangan terkepal.

"Pesta Keluarga Endelionㅡ pesta keluargaku adalah pesta kedua, artinya orang yang kulihat dalam mimpi akan menampakkan dirinya."

Aelin meraba dinding di sebelahnya dan sebelah tangannya memegang area jantungnya yang berdetak kencang. Lalu memukulnya pelan berkali - kali sembari terisak.

"Jangan lemah, jangan seperti ini! Aku mohon padamu Aelin! Kau harus merubah ceritanya!"

Aelin mencoba kembali bangkit dengan kaki yang sedikit gemetar. Waktunya hanya seminggu, dan Aelin tak tahu siapa yang bisa ia percaya.

Tapi yang Aelin tahu, pada pesta itu Aiden akan dalam bahaya. Karena pesta kedua dalam cerita 'The Secret Story of Swan' adalah hari dimana Aiden terbunuh dan Duke Louis mulai menyerang Andromeda Empire.

"Aku harus mengagalkan pesta itu!"

"Aku harus mengagalkan pesta itu!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Open The Next Page With Vote

psst, aku rindu komenan kalian hihi :') apalagi yang berteori :'D

𝕋𝕙𝕖 𝕋𝕒𝕝𝕖 𝕠𝕗 𝔹𝕝𝕒𝕔𝕜 𝕊𝕨𝕒𝕟 [ Taerin ft. Yeonjun ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang