Bab 26 🕊

1.7K 330 18
                                    


The Tale of Black Swan

Suara ketukan pintu mengalihkan atensi Aiden yang tengah membaca buku di dalam kamarnya. Dahi anak itu mengernyit, tapi saat sosok yang menjadi pertanyaan di benaknya menampakkan dirinya, seulas senyuman lekas menghiasi wajah tampan tersebut.

"Ada apa, mom?"

"Apa mom mengganggu kegiatanmu?"

"Tidak sama sekali."

Aelin mendekat dan duduk di sisi ranjang Aiden.

"Kenapa tak ikut makan malam?"

"Hanya lelah," Jawab Aiden singkat lalu meletakkan bukunya diatas nakas.

Aelin memeluk Aiden dan mengusap puncak kepalanya. Semakin lama, pelukan itu semakin erat, karena Aiden juga memeluk Aelin dengan erat.

Tanpa disadari, keduanya menahan tangis, tak ingin melepaskan pelukan masing - masing. Tak ingin hari esok tiba bagaikan mimpi terburuk yang akan mereka hadapi.

"Dad pasti menunggu mom."

Aelin melepaskan pelukannya dan lekas memalingkan wajahnya.

"Baiklah, selamat tidur pangeran tampan."

"Jangan memanggilku seperti itu momㅡ ck, pasti ulah dad!" Keluhnya dengan wajah cemberut.

Aelin tertawa kecil lalu keluar dari kamar Aiden. Langkahnya pergi menuju kamar utamaㅡ kamar yang digunakan oleh suami istri di kediaman tersebut.

Senyuman Aelin semakin mengembang ketika melihat Duke Louis tengah menata makanan ringan dan kue kecil diatas meja.

"Sedang apa?"

Duke Louis menoleh dan tersenyum, "Menata meja," Jawabnya lalu tertawa kecil.

Aelin lekas memeluk Duke Louis dari belakang dan membenamkan wajahnya di punggung pria tersebut.

"Ada apa my duchess, hm?"

"Sepertinya Aiden banyak pikiran."

"Kalian yang sedang banyak pikiran."

Duke Louis melepaskan pelukan Aelin lalu membalikkan tubuhnya dan menangkup pipi wanita cantik tersebut.

Tatapan yang beradu antara manik mata biru lautan dan manik mata hazel tersebut tak bisa memutuskan tatapannya masing - masing.

Tangan Duke Louis perlahan mengusap lembut pipi Aelin, seulas senyuman menghiasi wajah tampannya.

Dunia seakan berhenti, memberikan ruang dan waktu bagi kedua insan tersebut.

Duke Louis mendekatkan wajahnya dan Aelin lekas menutup matanya. Merasakan ciuman pelan, tanpa paksaan atau nafsu dari keduanya.

Aelin mengalungkan lengannya di leher Duke Louis, membiarkan pria itu mengangkat tubuhnya dan membaringkannya diatas ranjang tanpa melepas tautan mereka.

Duke Louis menghentikkan ciumannya dan kini menatap Aelin dengan sayu, bahkan senyuman yang menggambarkan betapa bahagia dirinya mendapatkan wanita tersebut berhasil membuat Aelin menjadi wanita terberuntung sedunia bisa merasakan cinta dan kasih sayang dari pria itu.

"Terima kasih," Ucap Duke Louis dan lagi - lagi sebelah tangannya mengusap lembut pipi Aelin.

"Untuk apa?" Tanya Aelin dan memainkan rambut Duke Louis.

"Dirimu, dan Aiden."

Aelin tersenyum lalu mengangguk kecil.

"Aku juga berterima kasih, atas cinta dan kasih sayang darimu dan Aiden."

Mereka terdiam dengan saling menatap satu sama lain dengan senyuman yang semakin lama terasa menyesakkan dada mereka.

"Berjanjilah padaku, amore."

"Aku tidak akan melakukan pemberontakkan, aku sudah berjanji padamu, my duchess," Balas Duke Louis.

Aelin menggeleng kecil dan berucap, "Kali ini berjanjilah, kau ataupun Aiden tidak akan meninggalkankuㅡ meninggalkan kami."

Duke Louis tersenyum getir, lalu mengangguk kecil. Kembali ia dekatkan wajahnya dan menyapu bibir Aelin dengan lumatan kecil yang lebih menuntut.

Mereka seakan menjadi poros dunia malam itu.

✦ ˚ . * ✦

Aelin meraba sebelah tempat tidurnya, awalnya berniat memeluk pria tersebut tapi yang ia rasakan hanya selimut.

Perlahan wanita itu membuka matanya dan mendapati tidak ada Duke Louis disana.

Aelin lekas mengenakkan pakaiannya dan mengambil jubah tidur dengan wajah panik. Kakinya langsung melangkah menuju kamar Aiden dengan nafas terengah - engah.

Tetapi langkahnya terhenti ketika melihat pintu kamar Aiden terbuka sedikit dan memperlihatkan Duke Louis yang tengah duduk di sisi ranjang Aiden dan mengusap lembut kepala sang anak.

Seketika Aelin bernafas lega dan melipat bibirnya menahan tangis haru.

'Syukurlah, aku kira mereka terluka.'

Aelin melangkah pelan dan membuat Duke Louis menoleh dan langsung tersenyum kearah istrinya.

"Terbangun?" Ucap Duke Louis dengan suara pelan, tak ingin membangunkan Aiden yang sudah terlelap.

Aelin mengangguk kecil lalu duduk di sisi ranjang yang berbeda dengan Duke Louis. Begitu melihat wajah damai dan nafas teratur Aiden yang tengah terlelap, Aelin merasa bebannya berkurang begitu saja.

Aelin mendekatkan wajahnya dan mencium pelan pipi Aiden dan membuat anak itu merubah posisinya kearah Duke Louis tanpa sadar.

Duke Louis maupun Aelin tertawa kecil.

Aelin membaringkan tubuhnya di sebelah kanan dan memeluk Aiden dari belakang, sedangkan Duke Louis di sebelah kiri dan sebelah tangannya mengusap lembut punggung tangan Aelin yang memeluk Aiden.

Tak perlu waktu lama untuk Aelin ikut terlelap di sebelah Aiden, sedangkan Duke Louis masih terjaga dan menatap dua orang paling di cintainya tengah tertidur dengan damai.

Perlahan Duke Louis mencium kening Aiden dan punggung tangan Aelin lalu beranjak dari posisinya.

Begitu dirinya keluar dari kamar Aiden, nampak Finn sudah menunggu kedatangan Duke Louis dengan pakaian rapi.

"Melapor, my lord, mereka sudah mulai bergerak dan pasukan dari empire kalah cepat dengan mereka," Ucap Finn dengan sedikit membungkuk dan raut wajah tegas dengan tatapan tajam.

Duke Louis menghela nafas panjang, matanya melirik sekilas dua orang yang masih tertidur lelap lalu tangannya menutup pintu kamar Aiden dengan rapat.

"Kalau begitu kita juga harus cepat. Ayo pergi, Finn."

"Baik, my lord."

Duke Louis berjalan memimpin dengan Finn di belakangnya, kini ia harus merancang rencana tanpa seizin emperor.

"Mereka benar - benar membuatku marah sekarang!"

"Mereka benar - benar membuatku marah sekarang!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Open The Next Page With Vote

𝕋𝕙𝕖 𝕋𝕒𝕝𝕖 𝕠𝕗 𝔹𝕝𝕒𝕔𝕜 𝕊𝕨𝕒𝕟 [ Taerin ft. Yeonjun ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang