12. Get rid of.

13K 1K 15
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Ngapain pake jemput segala sih? Gue punya mobil kalo lo lupa."

Pagi-pagi ini Deelara sudah di buat naik darah oleh kelakuan Tian. Laki-laki itu entah ada angin apa tiba-tiba datang ke rumahnya dengan alasan ingin mengantar Deelara ke Butik, padahal sebelumnya mereka sama sekali tidak memiliki janji.

Sambil bersungut-sungut, Deelara memasangkan sabuk pengamannya. Hancur sudah paginya yang cerah ini karena kelakuan absurd Tian. Kenapa laki-laki suka sekali memaksa sih?

"Udah sih, ngomel mulu. Cantiknya ilang loh!" Ledek Tian seraya menjalankan mobilnya, sama sekali tidak terpengaruh dengan aura tidak bersahabat yang di tunjukkan Deelara.

"Dih! Malu tuh sama tato."

Mendengar gombalan Tian, bukannya tersanjung Deelara malah ingin muntah. Untuk ukuran laki-laki yang semalam baru menghancurkan wajah orang, Tian sama sekali tidak cocok menggombal.

Bukannya tersinggung, Tian malah terkekeh sambil menggeleng pelan.

"Apa hubungannya sama tato gue coba?"

"Ya nggak cocok aja."

"Terus, gue cocoknya ngapain dong?"

"Mukulin orang." Jawab Deelara tanpa pikir panjang.

"Sayangnya Andreas udah nggak mungkin lagi muncul di hadapan gue, padahal masih pengen gue hajar." Jawab Tian pura-pura kecewa.

Deelara langsung menoleh, menatap Tian dengan tatapan horor.

"Emang masih kurang lo mukulin dia sampe kayak gitu?"

Sekilas Tian menoleh ke arah Deelara dengan senyum mengejek.

"Kenapa? Masih sayang ya?"

Deelara mendengus malas, lalu kembali duduk menghadap kedepan. "Hubungan gue sama dia nggak sedalam yang lo kira. Kita hanya saling membutuhkan pada saat itu."

Satu alis Tian terangkat, "Saat itu?"

Deelara mengangguk. "Saat dia belum berubah menjadi Andreas yang sekarang, dan saat gue belum tau kalo ternyata Andreas punya banyak perempuan di luar sana."

Tian langsung menoleh cepat, tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Dan hal itu sukses membuat Deelara terkekeh geli.

"Lo pikir gue nggak tau apa yang di lakuin Andreas selama ini?" Tanya Deelara yang langsung di angguki Tian.

Lifeline - Septian Pramudya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang