1. Awal

199K 11.3K 635
                                    

"NAYA!" teriak seorang perempuan sambil berlari.

Aku yang merasa namaku dipanggil pun menoleh. Aku memberhentikan langkahku dan menatapnya dengan jenuh.

"Apa?" tanyaku malas-malasan.

"Lo huh budek ya? Gue panggilin dari tadi ... Nggak nyaut-nyaut," ujarnya kesal.

Aku memutar bola mata malas. Sebenarnya aku bukannya tidak mendengar hanya saja aku memang saja pura-pura tak mendengar. Aku yakin sahabatku ini tengah membawa berita baru yang tengah hangatnya di kampus.

"Naya! Kayla!" kami menoleh dan mendapati gadis dengan rambut blonde datang mendekati kami dengan raut wajah yang kesal.

"Lo kenapa ninggalin gue sih?!" tanyanya seraya menunjuk Kayla-sahabat yang mengejarku barusan.

"Aku bukannya mau ninggalin kamu. Tapi, ini nih si dodol yang nggak denger kalau di panggil. Makanya aku kejer," balas Kayla.

"Tapi bisa kan tungguin gue?" teriak Katya menatap Kayka dengan kesal.

Gadis dengan penampilan modis itu menyilangkan kedua tangannya. Aku menghela nafas, beginilah kedua sahabatku jika bertemu. Tak akan bisa akur, ada saja hal sepele yang mereka ributkan.

"Udah deh. Kalian itu bikin aku pusing tau nggak," ucapku kesal.

Mereka mengerucutkan bibirnya. Matanya saling menatap tajam. Aku berjalan mendahului mereka, mereka berdua pun mengikuti langkahku.

"Eh, Nay lo tau nggak kalau soal dosen di fakultas sebelah. Ganteng njir," seru Kayla.

"Heh, lagi hamil!" peringatku menatapnya tajam.

Kayla nyengir sambil mengusap perutnya yang baru terlihat membuncit. Memang Kayla tengah hamil anak pertama hasil pernikahan dengan laki-laki yang bernama Denis, dia adalah seorang pengusaha.

Kayla menikah setelah semester 3 S1 dahulu dan baru hamil saat semester 1 menuju S2. Sementara Katya dan aku belum menikah. Kalau Katya alasannya masih mau menikmati masa muda sebelum sibuk mengurus suami dan anak-anaknya nanti, di antara mereka bertiga memang yang paling gaul dan fashionable adalah Katya.

Sementara aku? Bukannya tak laku, hanya saja ada sesuatu yang membuatmu merasa belum mau menerima laki-laki yang ingin serius padaku. Bukan sombong, tetapi hatiku masih di isi oleh seseorang dan belum siap jika harus menerima seseorang yang baru.

"Nay, tapi gantengnya nggak boong lho. Tadi, aku nggak sengaja liat dia lewat depan mobil pas Mas Denis nganterin. Selain ganteng kayaknya juga dia soleh." aku berdecak, sifat Kayla memang seperti itu.

Jika ada lelaki tampan maka Kayla akan sangat bersemangat untuk bercerita padahal sudah sering aku peringkatkan untuk jangan berbicara yang aneh karena ia tengah hamil.

"Beruntung banget gue bisa liat dia lewat depan mata gue. Mana ganteng banget lagi."

"Ah, kemarin gue follow akun instagram dia gitu tapi di private sampai sekarang belum di konfir. Padahal gue pengen banget liat gimana rupanya kalau fotoan," seru Katya.

"Kayaknya Pak Gibran tipe orang yang nggak suka di kepoin kali ya?" tanya Kayla.

Ku lihat Katya mengangguk mengiyakan.

Benar lelaki yang tengah di bicarakan oleh kedua sahabatku itu adalah Gibran. Gibran Alfath Dirgantara, kakak sepupuku.

Baik Kayla maupun Katya memang tak mengetahui, karena aku tak pernah menceritakan soal Mas Gibran.

Biar ku perkenalkan sedikit tentang Mas Gibran. Dia adalah kakak sepupuku, usia kami hanya terpaut dua tahun. Dia lebih tua, dan setauku dia juga bekerja di sebuah rumah sakit menjadi doktet spesialis yang entah apa aku tak tau, dan beberapa hari yang lalu aku mendengar kabar bahwa ada dosen baru yang saat itu langsung populer dan ternyata Mas Gibran.

Sepupuku Suamiku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang