Two blue lines

3.1K 78 2
                                    

Pikiran Tiara saat ini benar benar kacau antara memilih kebahagiaannya sendiri atau kebahagiaan anaknya nanti. Tapi untuk berbaikan dengannya?ia masih enggan karena perbuatan Rehan sebelumnya benar benar membuat Tiara sakit hati. Tapi demi janin yang ada di perutnya ia tidak boleh egois bukan?ya lebih baik ia berbicara dengan Rehan dan meluruskan semuanya,ia tidak boleh egois. Janin yang ada di perutnya pasti akan sangat membutuhkan sosok ayah.

Tiara segera bergegas pergi menuju rumahnya dengan Rehan di antar oleh sopir. Jika di tanya perasaanya saat ini?ia sungguh canggung untuk bertemu dengan Rehan setelah dua Minggu tidak bertemu,apa selama Tiara tidak ada dia bahagia?apa malah Rehan sudah menemukan wanita lain yang bisa menggantikan dirinya. Pikiran itu yang selalu terlintas dalam benak Tiara selama dalam perjalanan dan sampai di tujuan.

Ia langsung turun dari mobilnya dengan perasaan yang tak karuan,antara bahagia akhirnya ia bisa melihat wajah suaminya kembali dan rasa cemas yang bersarang dalam hatinya. Ia menaiki tangga dan memasuki kamarnya dan Rehan dengan bayang bayangan kemarin.

Saat memasuki kamar ia mencium bau alkohol yang menyengat dan kamar yang berantakan seperti kapal pecah,apa Rehan sefrustasi itu di tinggal olehnya?
Tiara melangkah lebih jauh lagi,dan iya menemukan tubuh kekar Rehan yang kini tidak terurus terbaring lemah di bawah ranjang dengan rambut yang berantakan serta banyak sisaan rokok dan beberapa gelas botol alkohol di sampingnya.

"Kak" panggil Tiara namun tak menemukan jawaban.

Ia akhirnya mendekat dan menyentuh lembut rahang Rehan yang sudah sudah di tumbuhi bulu bulu kecil.

"Kak Rehan" Panggilnya sekali lagi namun sama saja tak ada jawaban.

Tiara yang panik karena sedari tadi Rehan tak memberikan jawabannya sama sekali,langsung memeluknya erat seakan akan ini adalah pertemuannya yang terkahir dengan air mata yang sudah berlinang.

"Kak Rehan bangun,liat ni aku kembali untuk memperbaiki semuanya" Ucap Tiara di sela sela Isak tangisnya.

"Jangan nangis" Sahut Rehan dengan suara seraknya.

"Kaka jangan mati duluan,aku gamau kehilangan Kaka apa lagi calon anak kita yang _ "

"Tunggu" Rehan terbangun dan mendudukkan dirinya dengan tatapan tak henti hentinya memandang Tiara.

"Calon anak,maksud Lo?" Tanya Rehan dengan pereasaan yang tidak bisa di percaya.

"Aku hamil"

"Lo hamil serius?" Tanyanya sekali lagi yang di angguki oleh Tiara.

Dan saat itu juga Rehan langsung membawa Tiara ke dalam pelukannya menyalurkan rasa bahagianya karena sebentar lagi ia akan memiliki seorang anak dan setatusnya akan berubah menjadi seorang ayah.

"Kamu seneng ka?" Tanya Tiara hati hati,ia takut jika Rehan tidak menginginkan janin yang ada di perutnya dan menyuruhnya untuk arbosi.

"Seneng banget ra" Jawabnya dengan wajah bahagianya.

"Maafin gue untuk yang kamren kamaren,gue ngelakuin itu karena gamau kehilangan Lo Ra" ungkap Rehan dengan beribu ribu penyesalan.

"Iya kak gapapa,aku udah maafin Kaka"

Runtuh sudah tembok pertahanan Tiara yang sudah ia bangun,nyatanya kebencian yang ia punya bisa runtuh ketika berhadapan dengan cinta.

"Jangan ngulangin untuk yang kedua kalinya ya ka" Bisik Tiara di sela sela pelukan mereka.

"Iya gue janji ga bakal ngulangin hal itu untuk yang kedua kalinya"

"Jangan keseringan minum sama ngrokok itu ga baik buat kesehatan Kaka"

"Maaf,dua Minggu ini gue bener bener frustrasi banget" Ungkapnya jujur.

"Cuma kali ini doang kok,kedepannya ngga"

"Hm,sanah gih Kaka mandi bau banget tau" Ucap Tiara dengan sengaja menutup hidungnya.

"Apa iya?ngga mungkin si,mau gue ga mandi setahunpun gue bakalan tetep wangi" Ujar Rehan dengan pedenya,tapi memang Tiara akui jika Rehan tetap wangi dengan bau maskulin khasnya.






Arranged MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang