3. Pangeran Sekolah dan Beruang Kutub
~ Owen Pov ~
"Jadi ini aku ada di sekolah. Ini jam istirahat."
"Gimana?"
"Mau kenalan sama temen-temenku?"
"Hallo Via, Hi juga Nanda."
"Sini guys...ada yang mau kenalan," tau-tau si Andrew menarik lenganku.
Aku yang sedang menyeruput mie jadi terkena kuahnya di wajah.
"Nggak...nggak..." tolakku sambil mempertahankan diri supaya tidak masuk di acara live nya.
Aku menyapu wajahku yang terkena kuah mie ayam dengan tangan.
"Ayolaahh...jangan malu-malu. Sini!!"
Dengan sekali tarikan kuat, wajahku langsung muncul di layar hpnya. Aku hanya bisa memalingkan wajahku.
"Gimana all? Cakep nggak? Dia namanya Owen."
"Ganteng ya?? Dia ini disebut sebagai pangeran sekolah hehehe..."
Aku malu sekali. Rasanya mau mati saja. Bisa-bisanya dia menyeretku saat dia sedang live.
"Banyak yang bilang kamu ganteng Wen. Coba kamu baca komentarnya."
"Apaan sih?!" aku menarik tanganku sampai terlepas darinya.
"Apa?? Ada yang bilang masih cakepan aku Wen," kata Andrew dengan semangatnya.
"Iya-Iya kamu emang cakep," sahutku malas.
"Malu-malu guys Owennya. Mau nomor WAnya?" Andrew menatapku yang langsung mendapat kepalan tanganku dia depan wajahnya.
"Aduuhh... Owennya malu-malu jadi nggak mau ngasih tau no WAnya, gimana dong hehe..."
"Halloo...namaku Liam. Temen Andrew juga. Salam kenal yaaaa..."
Astaga kini Liam dengan ikhlas muncul sendiri di layar hp Andrew. Ya terserah sih. Kalau aku sih malu. Aku nggak terbiasa muncul di depan umum. Buat apa juga kan?!
"Jadi gini guys...aku lagi pedekate ama seorang cewek cantik. Cantik banget. Doain ya biar aku sama dia bisa jadian. Atau kalau dia liat video live ini dia tau kalau aku sedang mencari perhatian dari dia," kata Liam yang membuatku geleng-geleng kepala.
Cewek yang mana lagi coba.
"Kasih tau namanya dong Yam," pinta Andrew yang membuat Liam terkekeh.
Aku melihat si Liam menempelkan jari telunjuk ya di depan bibir.
"Itu rahasia."
Aku menghela nafas. Mereka yang bikin video, aku yang malu. Kadang mereka nari-nari nggak jelas dan aku di paksa ikutan. Ya hasilnya kalau bikin video sama aku, nggak cuma sekali dua kali ngulangnya. Bisa berkali-kali ngulang. Bayangkan jadi di posisiku. Nggak suka jadi pusat perhatian tapi di paksa buat bikin video tik tik. Nggak bisa nari tapi di paksa nari. Dasar.
"Yuk Yam Wen kita buat tutorial dancenya blackpink yang du du du," ajak Andrew.
Nah kan...
"Boleh-boleh tapi nggak sekarang ya guys. Karena kita masih di sekolah jadi kita tunda dulu," kali ini Liam angkat bicara.
Kayaknya dia juga agak malu kalau ngedance di tempat umum hahaha...
"Aduh guys...nampaknya kita harus berpisah sampai sini. Aku belum makan guys..laper nih. Kalau aku pingsan gimana?" Andrew pamit.
"Bye Anita."
"Bye Ridwan."
"Bye bye semua..."
Akhirnya mati juga tu hp.
~ Bima Pov ~
"Anjing!!! ANJIING!!!" umpatan dari mulut Brian.
"Ada masalah apa sih Yan?" tanya Sakti dengan dorongan dari beberapa rekan.
Ini bukan satu dua kali Brian mengumpat. Daritadi pagi mood nya jelek banget. Brian sampai membolos jam pertama dan jam kedua. Nggak tau deh dia pergi kemana. Aku dan temen-temen yang lain sampai harus menjaga kata-kata yang keluar dari mulut kami supaya dia nggak tersinggung.
"Gila nggak si Elda. WAku nggak di bales, telponku nggak di angkat. Udah dua hari ini dia nyuekin aku."
Ooo...itu to masalahnya. Di cuekin pacarnya.
"Dicuekin..." kataku pelan yang mendapat cengiran dari temen-temenku.
"Ya udah sekarang kan jam istirahat, kamu cari aja di kelasnya," usulku.
"Nggak ada cuk! Tadi juga udah aku cari tapi nggak ada," sahut Brian penuh emosi.
Aku dan Ronald saling berpandangan.
"Gimana kalau kita ke kantin aja? Daripada nyiumin bau pesing di sini," usulku.
Soalnya tempat kita biasa ngumpul ya di depan toilet pria yang ada di belakang. Namanya toilet pasti bau pesing.
"Ide bagus tuh, aku pengen beli minum yang dingin," sakti menyahut.
Dan akhirnya kami berjalan menuju kantin.
"Hahahaha...anjir mereka ngapain sih?" Ronald membuatku menatapnya, "itu...mereka."
Akhirnya mata kami bergerak mengikuti mata Ronald. Di situ aku melihat tiga orang yang cukup terkenal di sekolah kami.
"Urat malunya udah putus tuh anak," kali ini sakti berbicara.
Yang di maksud Sakti itu si Andrew dan Liam. Suara Andrew itu kedengaran sampai tempat kami jalan kaki. Padahal jarak kami cukup jauh dan suasana agak ramai.
Tapi yang aku lihat bukannya mereka berdua tapi Owen. Anak itu duduk di antara mereka dengan wajah menunduk. Dia pasti malu banget tu. Kalau aku di posisinya, aku pasti sudah pergi dari sana.
Akhirnya kami duduk di depan kantin pak Mohad. Kantin yang kami pilih bersebelahan dengan kantin yang menjual mie ayam. Dari tempatku duduk aku masih bisa ngeliat Owen dengan jelas. Aneh sih. Tapi mataku ini rasanya pengen ngeliatin dia mulu. Kayak ada sesuatu yang membuatku harus melihatnya.
"Ngeliatin siapa sih?" Sakti bertanya padaku.
Dia dan anak-anak yang lain sudah membeli makanan ringan.
"Nggak, nggak kok," sahutku.
Kali ini aku menundukkan kepalaku. Sesekali mencuri pandang ke arah Owen.
Mungkin ini kali yang di rasain sama anak-anak. Dia itu orang yang bisa menarik perhatian. Seperti semut sama gula. Owen gulanya dan mereka semutnya.
Aku...
Semut???
Aku????
Pandanganku tiba-tiba tertutup sesuatu. Saat aku melihat siapa yang menghalangi pandanganku. Aku lihat si Dewi berdiri disana.
"Nanti...kita... Kita bisa pulang bareng nggak Bim??" tanya Dewi.
Aku langsung mendengar siulan dan sorakan liar anak-anak.
Dasar mereka ini.
"Boleh. Rumah kita kan searah. Sekalian aja," kataku.
Aku bisa melihat si Dewi tersenyum. Dia manis. Dia juga kayak gula. Tapi kenapa berbeda ya...
Manisnya si Owen dan manisnya Dewi. Kenapa nggak sama? Kenapa aku lebih suka melihat...Owen?
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Sekolah dan Beruang Kutub (TAMAT)
عاطفيةPerjalanan kisah dua remaja. Tumbuhnya perasaan baru yang susah dan sulit untuk di terima. Inilah kisah kasih di sekolah versi bxb