7

1.5K 163 6
                                    

7. Pangeran Sekolah dan Beruang Kutub

~ Owen Pov ~

"Bye kek..." kataku pada papaku yang selalu aku panggil kakek.

Karena aku anak terakhir alias kebobolan. Jarak usia antara aku dan kakak-kakakku terpaut jauh. Jadi papa dan mamaku memiliki wajah bagaikan kakek dan nenek. Waktu aku masih kecil, aku mengira kalau mereka benar-benar kakek dan nenekku. Sedangkan aku mengira kakak pertamaku dan istrinya adalah papa mamaku.

"Nih uang saku. Jangan langsung di habisin," papa menyodorkanku uang 50ribuan yang langsung aku masukkan ke saku.

"Aku mana opa??" tiba-tiba keponakanku Dika yang usianya sama seperti aku ikut meminta uang saku pada papaku.

Waktu mamaku hamil aku, bersamaan dengan kakakku hamil si Dika. Jadi Dika sering di titipin ke mamaku buat teman mainku waktu kami masih kecil dulu.

"Berangkat?" tanya mas Awi suami mbakku.

"Iya mas. Owen berangkat dulu ya," sahutku.

Dari belakang aku mendengar Dika berlari menyusulku.

"Nebeng," katanya sambil merangkul bahuku.

"Nggak!" tolakku.

Aku menepis tangannya. Ini anak ngrepotin aja.

"Ayolah. Jahat banget sih kamu mas," Dika masih merayu.

Biarpun kami seumuran, Dika selalu memanggilku dengan embel-embel mas. Kalau dia manggil aku om itu pasti terdengar sangat aneh.

"Sekolahmu jauh dari sekolahku. Aku nggak mau muter-muter. Aku bisa telat. Lagian kamu punya motor sendiri kan?!" dan aku tetap menolak.

Dika terkekeh sambil mengacak-acak rambutku.

"Lucu banget sih kalau lagi sewot. Jadi cerewet."

"Apaan!!!" aku menepis tangannya, "kurang ajar banget. Aku ini om mu. Om muuu!!!"

Dika hanya berjalan menuju motornya sambil tertawa.

Dasar. Dia satu-satunya orang yang bisa membuat emosiku keluar. Aku nggak tau sampai berapa hari dia menginap di sini. Biasanya om Awi dan keluarganya menginap beberapa hari untuk menemani mama dan papaku karena memang sudah tua.

Akhirnya aku melanjukan motorku menuju sekolah. Sesampainya di sekolah aku langsung menuju tempat parkir motor. Aku lihat sudah banyak yang datang. Di sini aku bertemu dengan Andrew.

"Baru dateng kamu Wen," Andrew menyapaku lebih dulu.

"Ada sodara nginep di rumah jadi ya...tau sendiri lah kamar mandinya gantian," sahutku.

BRRUUGGHHH....

Suara keras tak jauh dari belakangku membuatku terjingkat kaget. Saat aku menengok ke sumber suara aku melihat beruang kutub sedang menatap seseorang yang tersungkur di dekat papan kayu sisa bangunan yang ada di pojokan tempat parkir. Anak-anak di tempat itu langsung menonton apa yang sebenarnya terjadi. Sebenarnya yang membuatku terus menatap beruang kutub bukan karena perkelahian mereka. Tapi karena...

"Ya ampun culun banget," kata Andrew yang mewakili perasaanku.

Entah ada angin apa sampai beruang kutub berdandan seperti orang culun dengan rambut klimis. Pakaiannya juga sangat rapi beda dengan dandanan beruang kutub yang aku tahu.

!!!

Jantungku mau copot saat dia memutar lehernya dan menatapku. Entah kenapa aku jadi takut melihat tingkah lakunya yang aneh.

Deg...

Aku menjadi sedikit panik saat melihatnya berjalan mendekatiku. Dia memamerkan senyumnya.

Pangeran Sekolah dan Beruang Kutub (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang