4

1.9K 202 4
                                    

4. Pangeran Sekolah dan Beruang Kutub

~ Owen Pov ~

"Anu..." cewek yang ada didepanku nampak gugup.

Sesekali dia meremas kedua tangannya.

"Aku...aku su...su...suka. Aku suka sama Owen."

Waktu aku mau pulang tadi, ada cewek yang nggak aku kenal menghampiriku dan minta untuk bicara sebentar denganku. Aku sudah menduga dia akan mengungkapkan perasaannya padaku. Karena ini bukan yang pertama kalinya.

"Maaf..."

"Nggak...nggak apa-apa. Aku tau kamu pasti nolak aku jadi...aku nggak mengharapkan jawabanmu. Aku cuma mau mengungkapkan perasaanku padamu," kata cewek itu lagi dengan sangat cepat.

Aku hampir tidak bisa mendengar kata-katanya dengan jelas karena terlalu cepat.

"Iya, tapi aku tetep mau minta maaf karena nggak bisa menerima perasaanmu," aku masih mencoba meminta maaf.

Setidaknya aku sudah berusaha yang terbaik untuk menolaknya secara sopan.

"Ya udah. Aku pergi dulu. Aku cuma..mau ngomong itu aja kok," kata cewek itu sebelum berlari pergi.

Wajahnya sedikit memerah. Setelah ini apa dia akan menangis? Aku bukan playboy seperti Liam, tapi kenapa aku ngerasa kalau aku juga jahat ke cewek-cewek? Mereka menangis karena aku menolaknya bukan karena aku mencampakkannya.

"Haaahhhh..." aku menghela nafas panjang.

Biarpun ini adalah pilihan yang sudah aku pilih tapi entah kenapa aku merasa tidak enak hati. Tapi menerima mereka sebagai pacarku juga bukan solusi yang bagus. Sebagian besar aku nggak kenal sama mereka. Biarpun ada yang kenal tapi aku sudah menganggap mereka seperti teman biasa.

Srekkk...

Aku menengok ke samping kanan karena mendengar suara dan di sana aku melihat si beruang kutub sedang menatapku dari balik pohon.

Aku tertawa pelan karena malu.

"Kamu denger ya?" tanyaku.

"Aku nggak sengaja denger sih. Tadi aku duduk di sini sebelum kalian datang," sahutnya.

Ah...





~ Bima Pov ~

"LOS DOL NDANG LANJUT LEH MU WHATSAPPAN, CEK PAKET DATANE, YEN ENTEK TAK TUKOKNEEEEEEE...."

PLAAKK!!!

"Jancuk!! Bisa diem nggak sih!?" aku yang sedang tidur merasa terganggu dengan suara keras dari Brian pun menempeleng kepalanya.

"Hahaha lagi! Lagi bro! Daritadi memang tu anak bikin rusuh aja," Satria terkekeh.

Brian yang manyun-manyun langsung pindah tempat duduk.

Aku ini lagi pusing karena kemarin habis berantem sama ayahku dan nggak bisa tidur semalaman. Si Brian malah bikin ribut saja. Makin bikin pusing. Gara-gara ceweknya ketahuan selingkuh, dia jadi sinting. Ribut dari pagi nggak jelas. Nyanyi nggak jelas. Galau nggak jelas. Bikin aku makin pusing aja.

"Minggir!!" aku mendorong Anton yang menghalangi jalanku saat mau keluar kelas.

Aduh ngantuk banget. Mana capek juga. Karena jam terakhir jam kosong aku memutuskan untuk ke taman belakang untuk menghabiskan waktu sekalian menunggu jam pulang. Aku duduk bersandar di pohon yang besar. Tapi baru setengah jam aku duduk di sana, aku mendengar ada orang yang datang. Saat aku mengintip diam-diam, rupanya pangeran sekolah sedang bersama seorang cewek. Cewek itu menyatakan cintanya.

"Maaf..."

Cewek itu di tolak.

Rupanya benar kata-kata cewek di kelasku kalau Owen selalu menolak pernyataan cinta. Ada juga sih gosip yang menyebar kalau dia suka sama cowok.

Hmm...

Masa dia suka sama cowok. Sayang wajahnya dong kalau gitu.

Sreeekk...

Aduh sial. Saat aku mau pergi diam-diam dari sana aku malah menginjak rerumputan dan hampir terpeleset.

Owen melihatku.

"Kamu denger ya?" tanya Owen.

Aku jadi nggak enak hati.

"Aku nggak sengaja denger sih. Tadi aku duduk di sini sebelum kalian datang," kataku membela diri.

Owen tersenyum.

CAKEP...!!!

Aku mengalihkan pandanganku ke arah lain sambil menggaruk kepalaku yang tidak gatal.

"Kamu itu populer banget ya. Apa sih rahasianya?" tanyaku tanpa pikir panjang.

Aku kembali menatap Owen yang sedang berjalan mendekatiku.

"Karena aku cakep?!"

Aku hampir mengumpat tapi nggak jadi, karena dia memang cakep. Ada yang ngomong kalau orang cakep kalau salahpun pasti bisa di maafkan.

"Ya...emang bener sih," kataku pelan, "makanya kamu di panggil pangeran sekolah kan?!"

Owen tertawa.

Imut...

"Kamu juga punya julukan kan?! Beruang kutub. Kok bisa?"

Aku berpikir sejenak. Kenapa aku di panggil beruang kutub?

"Karena badanku besar?!" kataku sedikit ragu.

Dia kembali terkekeh.

"Bisa-bisa tuh hahaha...atau karena kamu kuat?"

"Aku lumayan kuat sih," kataku berbangga diri.

Aku memang lumayan kuat kalau di bandingkan sama teman-temanku yang lain.

"Sekuat apa? Bisa matahin pohon ini dengan tinjumu?" Owen menunjuk pohon tua yang ada di dekat kami.

"Nggak bisa, ini besar tapi aku bisa bikin daunnya berguguran."

Aku ragu sih.

BUUGGHHHH...!!!

SAKIIITT ANJING!!!

Jari tanganku rasanya mau patah. Dan daunnya nggak ada yang jatuh sama sekali. Sebisa mungkin aku mengatur ekspresi wajahku biar nggak kelihatan kalau aku sedang menahan sakit.

"HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA...." tiba-tiba Owen tertawa sangat keras, "anjir perutku hahahahahahaha...aduh perutku sakit hahahahahahahaha..."

Wajahku menghangat, rasanya panas. Aku malu. Aduuhh...

"Sakit nggak? Hahahaha...aduh sorry-sorry."

Owen masih senyum-senyum. Wajahnya sedikit memerah karena kebanyakan tertawa.

"Nggak. Nggak sakit kok."

"Coba mana sini!!"

Aku cuma terdiam bingung saat dia menyodorkan tangannya padaku seperti sedang meminta sesuatu.

"A...apa?"

"Tanganmu!"

Tiba-tiba Owen meraih tanganku. Jantungku berdetak tidak terkontrol.

Dia dekat sekali. Jaraknya terlalu dekaaat!!! WWWOOEEE JANTUNGKUUUUU.

"Lecet kan," katanya pelan.

Tangannya yang menyentuh tanganku terlihat lebih kecil dari tanganku. Tangannya juga sangat lembut. Putih bersih. Jarinya imut-imut.

"Luka segini sih nggak masalah," kataku tanpa berniat menarik tanganku.

"Dicuci yang bersih ya. Jangan di biarin," kata Owen.

Dia melepas tanganku.

Kok di lepas?

"Ya udah aku duluan ya. Lain kali jangan ngelakuin hal bodoh. Pohon itu keras hehehe..." kata Owen sambil beranjak pergi.

Iya sih aku bodoh...nggak tau sejak kapan aku bodoh. Tapi rasanya baru kali ini aku merasa sangat bodoh. Aku bodoh banget sumpaaahh....

Asem....

Pangeran Sekolah dan Beruang Kutub (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang