9. Pangeran Sekolah dan Beruang Kutub
~ Owen Pov ~
Dua minuman yang ada di tanganku aku lihat berkali-kali.
"Teh atau kopi?" desisku.
Dua minuman itu membuatku bingung.
"Dia suka kopi atau teh? Apa aku beli dua duanya?"
Aku masih bingung. Aku mau membelikan beruang kutub sesuatu untuk pengganti rotinya dulu. Akhirnya aku membeli kedua minuman itu.
Saat aku berjalan menuju kelas, si ketua kelas terlihat mambawa setumpuk buku.
"Apaan tu Rat?" tanyaku.
Ratna melihatku lalu tersenyum lebar.
"Bantuin aku boy! Tadi aku di suruh pak Dayat buat nganter ini di kelas sebelas ipa dua," sahutnya.
!!
"Oke, aku bantuin. Aku ambil sebagian ya."
Aku mengambil separo tumpukan buku itu.
Kebetulan. Sejak tadi aku tu bingung, beberapa hari ini aku nggak ngeliat beruang kutub. Dia juga nggak mondar-mandir di sekitar kelas sepuluh. Di kantin juga nggak kelihatan. Aku jadi bingung bagaimana caraku mengganti roti yang dia beri. Kalau aku membantu Ratna, siapa tau aku bisa ketemu beruang kutub dan memberi minuman ini.
"Jangan sampai kena air lo bukunya," kata Ratna khawatir.
Minuman yang aku bawa memang minuman dingin. Jadi dia takut kalau air embunnya menetes di buku.
"Tenang aja," kataku.
Kami berjalan menuju kelas yang di maksud. Kelas sebelas berbeda dengan kelas sepuluh. Suasana di sini nggak jauh beda dengan kelas sepuluh. Ada siswa yang main gitar dan ada juga yang main tik tik. Saat Ratna masuk ke kelas sebelas ipa dua, aku menunggunya di luar sambil mengamati orang yang berlalu lalang di koridor.
Tapi beruang kutub tidak ada.
Aneh sih. Sejak aku melihat dia, dia selalu mencari perhatian sama seperti cewek-cewek yang suka sama aku. Tapi sekarang dia tiba-tiba...hilang.
Aku beberapa kali tersenyum saat melihat kakak kelas tersenyum padaku.nampaknya banyak kakak kelas yang sudah kenal aku.
"Jangan gitu bro!!"
Suara keras dari arah kananku membuatku menatapnya.
!!
Bima...si keruang kutub.
Aku tersenyum. Akhirnya aku bisa ketemu dia.
"Bim...ini aku bawa..."
!!!
Aku langsung terdiam saat Bima si beruang kutub itu berjalan begitu saja melewatiku. Dia bahkan tidak menatapku sama sekali.
??
Aku menelan ludah lalu memutar tubuhku dan menatapnya yang pergi begitu saja.
"Apa-apaan?" desisku.
Rasanya mukaku langsung panas seketika. Aku kira dia akan bicara sama aku seperti biasanya. Aku kira dia akan menatapku dan tertawa konyol.
Apaan sih?
Jujur aja aku kecewa. Biasanya dia ramah sama aku tapi sekarang? Tau gitu aku nggak nyamperin tadi.
"Yuk balik," Ratna sudah ada di sampingku.
Aku akhirnya mengikuti Ratna kembali ke kelas.
~ Bima Pov ~
Dewi mengajakku bicara berdua.
"Aku suka sama kamu Bim. Sejak kelas sepuluh," kata Dewi mengungkapkan perasaannya.
Dewi sedang nembak aku di toilet belakang. Tempat aku nongkrong. Tapi anak-anak aku usir dulu saat Dewi bilang mau ngomong sesuatu ke aku.
Aku nggak deg-degan. Aku nggak punya perasaan lebih ke Dewi.
'Apa kamu nggak pernah denger ini...gay? Homo? Bisex?'
Kata-kata atau pertanyaan Liam terus membuatku berfikir kalau ada yang salah. Aku ini bukan homo. Aku nggak suka cowok. Aku normal. Aku suka sama cewek. Aku suka ama lihat cewek seperti Dewi. Dewi itu manis dan punya body yang bagus. Dia semok. Payudaranya besar.
Nggak mungkin aku suka sama Owen yang jelas-jelas cowok. Bodynya langsing, pinggangnya kecil, wajahnya imut, lirikan matanya bikin dag dig dug, apalagi senyumannya yang bisa membuatku...
...
...
...
"Asu..." desisku.
"Eh...kamu marah ya?" tanya Dewi.
"Oh..nggak. Bukan karena kamu kok," sahutku cepat.
"Oh aku kira kamu marah karena aku suka sama kamu. Aku pengen sih kita...pa...caran..."
Aku harusnya senang kan? Dewi yang semok ini nembak aku. Harusnya aku terima. Harusnya aku langsung iyain aja. Tapi...
Aku tersenyum.
"Sorry..." dan ini jawabanku.
Dewi langsung paham dan dia juga ikut tersenyum. Biarpun aku bisa melihat kalau senyumnya di paksakan.
Kok.aku bego banget ya. Nolak Dewi. Jelas-jelas aku nolak cewek semok ini tapi aku nggak menyesal sama sekali.
'Kamu suka sama Owen ya?!'
Aku nggak suka sama Owen. Jelas aku nggak mungkin suka sama dia.
Dasar Liam brengsek.
Setelah Dewi pergi. Aku juga kembali ke kelas dengan teman-temanku. Rasanya aku sudah menghindari Owen beberapa hari ini. Aku tidak tau harus bagaimana saat bertemu dengannya.
"Tadi Dewi nembak kamu?" tanya Ronald.
"Iya," sahutku.
"Kamu terima?" kali ini Sakti yang bertanya.
"Aku tolak," jawabku.
"Anjing dia tolak," Ronald seperti tidak puas.
"Apa??? Kalau kamu mau aku pacaran, kasih aja pacarmu ke aku bambang!!!" kataku sengit.
"Jangan gitu bro!!" Ronald mencak-mencak.
Aku ketawa melihat Ronald tapi tawaku langsung menghilang saat melihat sosok yang selama ini aku hindari berdiri di lorong kelas sebelas.
Brengsek...
"Bim...ini aku bawa..."
Aku berjalan begitu saja melewatinya dengan dada berdebar kencang.
Anjing...gara-gara Liam aku jadi kepikiran. Aku nggak homo. Aku masih suka sama cewek tapi kenapa...sakit banget saat aku melewatinya seperti ini? Dia pasti kecewa kan? Dia marah nggak ya? Apa aku balik badan saja dan...
Oke...
"Ow..."
Saat aku berbalik, dia sudah tidak ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran Sekolah dan Beruang Kutub (TAMAT)
RomancePerjalanan kisah dua remaja. Tumbuhnya perasaan baru yang susah dan sulit untuk di terima. Inilah kisah kasih di sekolah versi bxb