Di lain tempat tepatnya di sebuah lorong yang panjang terdengar suara langkah kaki yang terdengar begitu tergesa-gesa.
DRAP DRAP DRAP
Suara langkah kaki menggema di sepanjang lorong Panti Asuhan.
Orang tersebut berlari dengan kedua kaki mungilnya tanpa mempedulikan teriakan sang Ibu.
"NAK JANGAN LARI LARI NANTI JATUH!"
Tanpa mempedulikan teriakan ibunya, ia terus berlari sampai ia tiba di taman belakang panti yang langsung terhubung ke danau kecil.
Ketika ia sudah menemukan objek yang dicari, dengan mengendap-ngendap ia berjalan di belakang punggung kecil seorang gadis.
Kedua tangan munggil itu menutup kedua mata gadis itu.
"Tebak aku siapa?" Bisiknya di samping telinga gadis itu."Kakak Permen!" Gadis kecil itu berusaha menyingkirkan tangan yang menutupi matanya.
"Ah ga asik kamu, masa mudah banget ketebaknya," orang itu mengerucutkan bibirnya sambil berjalan ke samping gadis itu.
"Hihihi habis kaka suka kayak gitu sih, jadi kan Ana udah tau" ucap Ana menutup mulut sambil terkikik geli.
"Huft nanti aku cari cara lain ah biar kamu ga bisa nebak."
"Coba aja Ana pasti selalu bisa nebak kaka!" Ucap Ana sambil mengayunkan ayunan sambil satu tangannya ia gunakan untuk memeluk boneka kesayangannya.
"Iya deh, Ana-ku sayaaang," ia mencubit kedua pipi chubby Ana dengan gemas.
"Oh ya aku punya sesuatu buat kamu! Tapi tutup dulu mata kamu!" Ucap orang tersebut sambil menyembunyikan kedua tangannya dibelakang punggung.
"Ayey kapten!" Ana memperagakan gerakan hormat lalu segera memejamkan mata.
Setelah memastikan Ana benar-benar menutup mata ia mengeluarkan kedua tanganya yang terkepal dan menyodorkanya di depan Ana.
"Sekarang buka."
Kedua mata coklat yang imut itu kini terbuka dan pandangannya jatuh pada apa yang ada didepannya. Kedua alisnya mengkerut, "kak ditangan kaka ada apa?"
"Kamu akan tau setelah kamu pilih yang mana."
"Hmm aku pilih yang kiri deh kak," jawab Ana. "Yakin? Ga mau pilih yang kanan? Yang kiri padahal ga ada isinya lho," ucap orang itu sambil menaik turunkan alisnya dan jangan lupakan cengiran tengil yang terpasang di wajah tampannya.
Ana berpikir sejenak dengan meletakan jari telunjuknya dibawah dagu. "Ya udah Ana pilih yang kanan deh."
"Bener? Yang kiri padahal lebih menarik lho na, nanti kamu nyesel lagi."
"Ihhhh kaka yang bener, Ana jadi bingung," ujar Ana sambil mengerucutkan bibir merah mudanya dan menyipitkan matanya hingga menambah kesan imut untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD DANGER
Teen FictionHana seorang gadis yatim piatu yang besar di panti asuhan. Tidak mengetahui siapa keluarga kandungnya tak membuat Hana sedih. Sebaliknya ia bersyukur memiliki mereka sebagai keluarga keduanya. Hingga sebuah insiden besar merenggut segala yang ia mil...