Hana seorang gadis yatim piatu yang besar di panti asuhan. Tidak mengetahui siapa keluarga kandungnya tak membuat Hana sedih. Sebaliknya ia bersyukur memiliki mereka sebagai keluarga keduanya.
Hingga sebuah insiden besar merenggut segala yang ia mil...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Alvaro membopong badan Hana di pundak kirinya. Hingga posisi kepala Hana menghadap kebawah.Tangan nya tak tinggal diam, Hana memukul mukul punggung Alvaro namun tidak juga di turunkan.
Hana semakin panik saat Alvaro memutar knop pintu. Spontan Hana menutup matanya dengan kedua tangan.
"AAAA AAAAA!"
Hana merasakan dirinya di dudukan pada sebuah kursi. Ia masih belum berani membuka matanya. Bisa bisa mata sucinya ternodai.
"Buka mata lo."
"Ga mau!" Hana menggeleng kencang sambil terus menutup kedua matanya.
Alvaro hanya terkekeh kecil tanpa suara. Sudah berapa kali dia berkata bahwa menjahili cewek ini itu seru. Seperti ada sesuatu yang menghibur.
Alvaro berbalik menuju jejeran loker di sana. Kemudian membuka loker ber-stiker Alligator dan gambar Buaya di tengahnya. Tidak hanya stiker itu saja. Ada banyak stiker khas laki-laki tertempel di loker itu, selain itu ada juga inisial huruf 'A' yang berarti Alvaro.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ruang ganti ini ukurannya lumayan luas. Terdapat 25 loker, 1 kamar mandi dengan 6 bilik dan juga terdapat meja besar di tengah ruangan di sertai kursi panjang yang melingkari meja. Ruangan ini juga di fasilitasi dengan tv yang terpajang apik di tembok.
Ruang ini bisa di sebut sebagai ruang ganti bagi anggota ekskul basket dan futsal. Ya Alvaro memang mengikuti ekskul Basket, bahkan ia di percayai sebagai ketuanya. Jangan diragukan bagaimana kemampuan Alvaro, sudah banyak penghargaan mereka menangkan.
"Kita mau ngapain sih?"
Hana benar benar bingung apa sebenarnya tujuan cowok itu. Sedari tadi ia tidak mendengar suara apapun. Ia yakin pasti ruangan ini kosong. Tapi bagaimana jika itu hanya jebakan agar ia membuka matanya?
