Ah_51

2.4K 187 91
                                    

Hay hay hay .. rencana update semalam tertunda gegara Author pingsan nggak kuat lihat banyak ke gumush an hari ini dari duo couple paporitttttt .... Yuk happy reading sebelum sholat subuh .. jangan lupa vote dan koment juga follow akun Wattpad ini ya gaesss ... 😘😘😘


Atta merasa kepalanya luar biasa pening saat ia membuka matanya. Semakin melenguh kesakitan saat ia mencoba menggerakkan lengan kirinya ketika ingin bangun.

"Bang,, jangan banyak bergerak dulu,"ia bisa melihat Bowo, Panji dan Gilang mengitarinya yang ternyata berbaring disebuah ranjang.

Ia mengedarkan pandangannya karena yakin ia tak terbangun di kamarnya, ruangan serba putih menyadarkan Atta bahwa ia berada di rumah sakit,"gue dirumah sakit?,"kata Atta.

"Abang inget kita kan?,"tanya Gilang mengingat kepala Atta yang terluka tadi.

"Yang bener aja Pak!!,"Bowo menyodok perut Gilang agar rekannya itu tak bicara ngawur,"panggil dokter gih Nji!!,"lanjut Bowo.

Panji menurut dan keluar ruangan untuk memanggil dokter.

"Pak!!,"Bowo berusaha memanggil Atta yang masih setengah sadar,"masih sakit."

"Kok gue bisa di rumah sakit."

"Lo bikin kita hampir kena serangan jantung karena ketiban besi di tempat syuting film, Lo nggak inget?,"tanya Gilang.

"Ah ,, bener, syutingnya gimana?,"tanya Atta.

Bowo dan Gilang saling berpandangan saat melihat Atta yang malah menanyakan syuting mereka daripada memikirkan keadaannya.

"Syutingnya udah selesai Bang, yang terpenting Lo selamet,"kata Bowo.

"Ah,, sekarang jam berapa?,"tanya Atta, ia memegang kepalanya yang ternyata dibalut perban begitupun lengan kirinya.

Bowo melihat jam tangan yang ia pakai,"jam enam lewat."

"Gue janji jemput Aurel jam empat kan?."

"Sayang!!."

Belum sempat Gilang dan Bowo menjawab kamar rawat Atta dibuka dan Aurel berdiri disana bersama Panji. Gadis itu mendekat ke arah Atta yang melihatnya cemas, Aurel masih memakai gaun panjang yang Atta tahu adalah kostum untuk syuting tunangannya itu hari ini, dan apa ini Aurel bahkan bertelanjang kaki, menenteng sepatu hak tinggi ditangan kirinya. Wajahnya tampak lelah dan penuh air mata. Atta melihat gadis itu kelelahan dengan deru nafas yang menggebu mungkin karena berlarian setelah mendengar bahwa ia terluka. Pandangan Aurel nanar melihat ke arahnya, semua yang ada diruangan itu keluar meninggalkan keduanya.

Atta berusaha tersenyum menyambut Aurel mesti seluruh badannya sakit terutama kepalanya. Ia tak ingin Aurel banyak mengkhawatirkannya, ia juga tak menyangka akan terjadi musibah ini.

"Kamu kok bisa kaya gini?,"tanya Aurel saat ia telah sampai di sisi ranjang Atta.

Atta mengulurkan tangan kanannya yang segera di sambut Aurel,"tangan kamu keringetan,"kata Atta dan ia melihat gadis yang ia cintai itu menangis sesenggukan,"kok sepatunya di tenteng kayak gitu, kamu nyeker?,"kata Atta.

"Gimana? Masih sakit? Kok bisa kejadian kek gini, gimana? Apa kata dokternya?,"Aurel masih terisak, tak memperdulikan pertanyaan Atta yang mengkhawatirkannya.

"Ih aku yang luka kok kamu yang jelek sih nangis begitu, tanyanya satu-satu bisa kalee, aku bingung jawabnya,"Atta menautkan jari mereka membawa tangan Aurel untuk ia cium.

"Kamu nyebelin banget sih,"kata Aurel melempar sepatunya dengan kesal,"aku udah khawatir setengah mati."

"Masih setengah kan?,"kata Atta kembali tersenyum.

Teman tapi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang