AH_25

2.8K 161 27
                                    

 Mengingatkan kembali bahwa cerita ini hanya karangan Author ya jadi bila ada kesamaan kejadian, nama, ataupun tempat itu real ketidaksengajaan untuk kebutuhan story.

                        ********

       Menutup sambungan telponnya dengan Atta, Aurel terduduk di bawah ranjangnya. Ia harus membohongi Atta saat pria itu ingin melihat wajahnya, ia tak siap saat wajahnya dipenuhi air mata seperti sekarang. Benar ia menangis mesti ia lega dengan jawaban Atta tapi hatinya sakit saat membaca banyak komen buruk tentangnya. Bagaimana mereka bisa menghakiminya seperti itu, mesti Aurel terkenal dengan gadis yang tahan dibully tapi tetap saja ia rapuh.

     Beberapa dari mereka mengatakan Aurel adalah gadis bodoh yang mudah jatuh cinta dengan pria sehingga mudah dibohongi, padahal mereka tak tahu bagaimana Aurel berjuang untuk dua tahun ini setelah putus dari mantannya, ia berjuang untuk menemukan pria yang tulus mencintainya. Lalu para pembenci itu dengan mudah menuliskan tentang masalalunya yang selalu berusaha ia lupakan. Ia benci saat orang membahas masalalu, apalagi mengenai perceraian orang tua kandungnya. Aurel dengan susah payah memaafkan lalu menjalin hubungan yang baik dengan Miminya, Krisdayanti.

     Seperti kata Bunda dan Pipinya kenyataan bahwa ia dilahirkan oleh Miminya itu tak akan berubah karena itu sejak ada bundanya Aurel sangat merasa beruntung memiliki dua ibu yang ia sayangi.

     Kenyataan banyak orang yang membelanya sedikit melegakan Aurel banyak yang masih menyayanginya ia bersyukur dengan itu. Tapi dari pendukungnya itu mulai berbalik mengatai Atta dengan kata-kata kasar, dan itu kembali melukai Aurel. Bagaimana ia tak sakit saat pria yang ia cintai juga dikatai dengan kasar meskipun dengan tujuan membelanya, Aurel tetap saja terluka. Seolah-olah mereka paling mengerti kehidupan Aurel.

      Pelukan bundanya yang ia butuhkan kali ini, biasanya selalu seperti itu, bundanya akan jadi pembela nomer satu untuknya tapi kali ini bundanya sedang ada di luar kota dan Aurel tak berniat menceritakan apapun pada bundanya.

     Ia harusnya mendengarkan Atta untuk tidak membaca komentar-komentar buruk tentang mereka. Aurel berjanji melakukan itu, tapi ia sudah satu jam yang lalu mulai membaca komentar-komentar jahat itu dan sekarang ia terduduk menangis di kamarnya, sendirian. Mengusap air matanya pelan Aurel mendial nomer Miminya, entah kapan terakhir menghubungi Miminya, itu sudah sangat lama. Mereka lebih sering saling mengirim chat atau mengomentari status IG.

"Halo."

"Iya Mi, Mimi dimana?."

"Ini lagi di sekolah Amora."

   Aurel tersenyum membayangkan wajah lucu dari adiknya itu, Amora anak Miminya dengan Om Raul.

"Oh iya."

"Loly mau ketemu?, kamu bisa kerumah kok."

"Loly ada kerjaan setelah ini."

"Oh, ada apa nak."

"Mimi," Aurel berhenti bicara sejenak kata-kata orang yang mengatainya dengan kata "durhaka" tiba-tiba terlintas difikirannya.

"Ya."

"Mimi tahu kan Loly sayang sama Mimi mesti pun kita nggak tinggal bareng. Loly juga merasa beruntung banget bisa punya bunda,"kata Aurel.

"Ada apa Loly? Apa ada masalah."

"Nggak ada kok, Loly cuma kangen aja sama Mimi, sama bunda yang sekarang lagi di Malang."

"Loly inget ya, bagaimanapun Mimi akan tetap menyayangi Loly. Loly akan tetap jadi anak Mimi."

Teman tapi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang