"Chan, kamu pulang sama saya aja, " tutur Changbin, mereka tengah berjalan beriringan menuju pintu keluar dengan Hera yang ada di gendongan punggung Chan.
"Loh Caca nya?, "
Caca berhenti karena mereka udah sampai di parkiran, "Aku mau ke rumah Mamah," jawab Caca, "Kak aku pergi, " ucap Caca pada Changbin.
"Iya makasih ya sayang, Hati-hati dijalan, " ujar Changbin yang diangguki oleh Caca.
Chan menoleh, "Terima kasih Ca, "
Hera yang di punggung Chan ikut nongol, "Kak Caca makasih, " ucap Hera dengan senyumnya.
Caca mengangguk tersenyum, Chan inget sesuatu, "Eh Ca, sepedahnya, " ingat Chan pada sepedah Hera yang masih ada didalam mobil Caca.
Caca menepuk jidatnya, "Oh iya hehe maaf, lupa aku, Kak Bin ayo bantuin, " tutur Caca tak lupa menarik tangan Changbin menuju mobilnya.
Chan, Hera dan juga Changbin tentunya, udah sampai dikediaman Hera. Pas begitu sampai, mereka yang lihat Hera digendong bukan main, kayak Lino yang lagi ngasih makan ke ikan di empang depan begitu lihat Hera digendong sama Chan jadi kalang kabut sampai makanan ikan yang sekilo seplasik yang harganya Sepuluh Ribu yang belinya di warung bu Yuyu yang jaraknya kurang lebih 20 rumah itu nyemplung semuanya ke empang, rugi udah tapi masih besar rasa khwatir dia sama adiknya lah.
Lino begitu khawatir dan gak enak, "Eh bang, ini kenapa adik saya?, " tanya Lino menghampiri Chan dan Changbin yang sedang berjalan menuju pintu rumah.
"Bisa kita jelaskan didalam, "
"Ah iya sini biar saya aja bang, " Hera teralih jadi digendong Lino, molor dia gengs, mengingatkan lagi kalau Hera ini teler, nyaman dikit molor, dan lagi kalau tidur itu terkadang Hera diem kaya mayat, gak gerak gak bersuara. "Bang sepedahnya taruh disitu aja, aduh maaf lagi bang ngerepotin, " tutur Lino.
Changbin menaruh sepeda Hera, "Santai aja, "
Lino kesusahan buat buka pintu, "Biar saya, " jadilah Chan yang bukain pintu.
"Bang silahkan duduk, saya mau bawa Hera dulu, " ucap Lino langsung ngibrit ke kamarnya Hera.
Chan sama Changbin masih betah berdiri sambil lihat lihat interior rumah Hera dan seisinya. Chan masih inget foto yang keluarga Hera pajang dipojok lemari kaca. Itu foto Hera yang pakai baju hitam sabuk hijau dengan medali yang menggantung di lehernya dan Piala yang kokoh digenggamnya.
Lino balik lagi guys bareng Ummi sama Abbinya, kebetulan Abbi Hera lagi cuti bentar buat bikin deb- gak, buat waktu keluarga.
"Eh nak Chan, ehe. Duduk duduk, mau minum apa?, "
"Ah gak usah Ummi, " Changbin yang denger refleks ngelirik, Ummi katanya? Restu nih?. "Abbi..., "
"Loh! Changbin?!, "
"Lah Om?!, "
"Wih udah gede aja kamu Bin, sebareng ya sama Chan?, "
"Hehe iya Om, " Chan bingung, lah ini ada apa sebenarnya.
Abbi Hera cuman senyum terus duduk di hadapan Chan sama Changbin, Lino ngikut duduk disamping, Ummi pergi ke dapur buat ambil minum.
"Nah Kak Chan, jadi Changbin ini ayahnya itu temen SMA nya Abbi, betul itu?, " jelas Abbi Hera.
"Betul Om, " setuju Changbin, Chan mengiyakan saja lah yak, mertua yang ngomong gak boleh didakjalkan.
"Oh iya gimana kabar keluarga?, " tanya Abbi Hera, oke Chan terkacangi.
"Baik Om baik semuanya, dan syukur istri lagi ke 1 bulan, " jawab Changbin, Chan shock, yang bener aja Caca udah 1 bulan, gak ngasih tau Chan lagi.
Ummi datang sambil bawa beberapa gelas yang berisi teh hangat, "Diminum, "
"Iya Terima kasih Ummi, merepotkan jadinya, "
"Gak apa Chan, makasih juga udah nganter Hera pulang, oh iya jadi itu anak kenapa lagi Chan?, " jelas Ummi langsung kepo kaya ibu ibu rumpi.
Chan menarik nafas dalam dalam, semuanya pada tegang kayak Lino nyimak anteng dari tadi, "Jadi tadi dijalan saya menemukan Hera lagi dihadang sama preman di jalan, dia bera-, "
"WAh! Pasti preman nya banyakan ya bang?," potong Lino, bahunya langsung di gelpak sama Ummi, "Orang ngomong gak boleh dipotong, " marah Ummi, Lino nyengir.
"Tiga orang cukup, Hera cukup kuat, dia dibekap dan pingsan lalu saya dan Changbin bawa ke Rumah Sakit dan ya syukur tidak terjadi apa-apa pada Hera, "
"Alhamdulillah, syukur deh kalo gak apa-apa, "
"Iya Terima Kasih ya Chan sama..., "
"Changbin tante, "
"Ah iya Chan Changbin Terima Kasih ya... Maaf juga ngerepotin nih anak tante, "
"Gak apa-apa kok Ummi, "
"Iya tante, sudah kewajiban kita juga, "
Lino ngangguk ngangguk aja diem diem dilubuk hatinya paling dalam sedalam palung Mariana ehe lega rasanya dia te ternyata bukan kejadian pas tanding tapi kejadian di jalan dan untung nya Lino bisa memotong ucapan Chan sebelum dia mengeluarkan kata kata Dakjal yang dapat menghasut fikiran Ummi sama Abbinya.
Skip aja sekarang Chan sama Changbin udah di kantor, minggu depan soalnya ada acara, acara resmi nanti istimewa yang bakal Chan hadapi dan termasuk bersama beberapa teman seperpolisiannya dikantor.
Chan lagi ngurus-ngurus berkas catatan kepolisian tahun kemarin, seketika dia teringat sama kata-kata abangnya Hera, Lino. Lino yang sempat mengatakan padanya dan juga Changbin saat di gerbang rumah untuk tidak memberitahu tentang pertandingan Hera pada Ummi dan Abbi tanpa alasan yang dikatakan. Chan masih penasaran ada apa sebenarnya diantara keluarga Hera. Tapi ya namanya juga Chan smaa Changbin, gak tau apa-apa iya in aja siapa tau memang itu privasi juga.
•••••
HeY hEy yOk biPBip!
Suami siapa sih, gemoy amat Masnya~
:> Suami ekeu... PRETTTT
YO JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN NYA GUYS.
SALAM SEMANGAT DARI OTOTNYA CHAN! ~ 💪
•••••
KAMU SEDANG MEMBACA
POLICE [BANGCHAN]
Fanfiction"Cuprum, Iodine, Hydrogen... CuIH, orang kalem dilawan, cih jinjja!, modar maneh teh modar!, " - Macanasia2k20 #02042020 Start #03042020 Finish #11252020 Beragam typo terdapat di cerita ini... Mohon maklum masih abal abal:+ Non baku disini meng 🥈2i...