Prolog

7.5K 257 39
                                    

Jangan lupa follow Author....

Happy Reading💖💖💖

~🦋🦋~

Di ruang keluarga, tengah terjadi masalah, semua pasang mata menatap gadis yang kini tengah memperhatikan atau lebih tepatnya mengalihkan pandangannya ke arah lain agar tidak menatap mata yang sedari tadi menatap dirinya. Gadis itu tau kalau dia pasti akan disalahkan lagi, seperti sebelum-sebelumnya, dan yah, Papah nya mulai angkat bicara.

“Nay, kamu harus memperbaiki nilai kamu, apa kamu tidak malu hah! Setiap mata pelajaran disekolah nilai kamu selalu dibawah kkm, apa kamu tidak mau menjadi pintar dan sukses nantinya?! Apa kamu cuma bisa buat masalah aja?!” bentak Aksel Fernanda Raymon, selaku Kepala Keluarga.

“Jawab Papah kamu Nay!” bentak Aurelia Moreira Raymon, selaku Ibu Rumah Tangga, sekaligus Ibu Negara di keluarga Raymon.

“Ga penting,” jawab gadis yang dipanggil Nay, atau lebih tepatnya Nayla Felicya Raymon, anak ketiga dari pasangan Aksel Fernanda Raymon dan Aurelia Moreira Raymon,sekaligus anak yang selalu dibeda bedakan oleh keluarga nya serta mendapat tatapan tidak suka dari orang orang sekitarnya.

“Nay, kamu itu harusnya malu, Mamah aja malu liat kamu Nay! Harusnya kamu mencontoh Ney, Ney pintar, dan selalu meraih nilai dan peringkat yang memuaskan, apa kamu tidak malu sama adik kamu ha?! Kalian punya kemiripan tapi kenapa kamu tidak seperti Ney?!” bentak Aurel.

“Mah.” Seorang gadis tengah menggeleng pelan kearah Aurel, gadis itu adalah Ney, lebih tepatnya Neysha Felicya Raymon, anak terakhir dari pasangan Aksel Fernanda Raymon dan Aurelia Moreira Raymon,dan yang selalu dibangga banggakan keluarganya. Ney juga berbicara selalu menggunakan bahasa Aku-kamu, berbeda dari yang lain. Itulah ciri khas dari seorang Neysha.

“Gapapa Sayang, biar dia tau, kalo dia harus berubah,” kata Aurel dengan nada yang sangat berbeda dari yang sebelumnya. Jika dengan Nay, Aurel berbicara dengan nada meninggi, berbeda dengan Ney, Aurel berbicara dengan nada merendah.

Nay yang melihat itu tersenyum sangat miris. Saat ini, selama ini, Mamahnya belum pernah berbicara sedemikian itu kepada dirinya, dari kecil, sejak umurnya sekitar 6 tahun, Nay sudah terbiasa diperlakukan seperti ini oleh keluarganya, karna ada suatu masalah atau kejadian yang Nay sendiri tidak melakukan, tapi, kenapa harus dia yang menerima semua ini? Apa Tuhan sangat sayang padanya sehingga menerima cobaan yang begitu membuat dia tidak merasakan kasih sayang Mamah dan Papahnya.

“Kamu harus ingat Nay, kamu itu sekarang sudah kelas 12,” hardik Aurel.

Nay hanya bisa diam dan melamun, Nay tidak tau harus berbuat apalagi, Nay bingung.

Memang Mah, Nay tidak bisa membuat Mamah sama Papah bangga sama Nay dalam hal akademik, tapi ketika saatnya Mamah sama Papah tau kemampuan atau bakat dari Nay, Nay yakin Mamah sama Papah bangga sama Nay,” batin Nay

“Jawab Mamah Nay, kalo Mamah lagi bicara sama kamu!” bentak Aurel.

“Apa yang harus Nay jawab Mah?! Nay memang sudah terbiasa, Mamah pasti tau sendiri, jadi Mamah gausah nyalahin Nay terus! Kalaupun Nay salah, harusnya Mamah nasehatin Nay bukannya malah bentak-bentak Nay mah!” ujar Nay dengan suara yang sudah naik satu oktaf. Nay saat ini merasa bersalah karena telah meninggikan suaranya pada Mamahnya itu, dia tidak bermaksud, tapi dirinya tidak bisa dikendalikan, jika dia selalu disalahkan seperti ini terus.

DON'T WORRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang