7. Pecahan Harap

954 185 213
                                    

Voment ya^^

Hari ini Rasi dan Syifa sepakat untuk menghabiskan waktu berdua. Berhubung waktu cuti menikah Langit dan Kezia telah usai, keduanya sudah kembali bekerja. Jadi, Rasi memilih berusul agar dirinya dan Syifa bernostalgia mengelilingi Jakarta meninggalkan kedua orang tuanya di rumah kakaknya.

"Sayang banget Kiara gak disini ya." kata Rasi mengenang, "Kangen kelemotannya. Inget pas jaman bucinin kak Valdi tuh, udah dibelain nungguin ekskul futsal sampai magrib eh taunya doi habis nembak kak Ghea. Gak bisa lupa banget gue. Ha ha."

Syifa terkikik mengingat hal yang Rasi bicarakan.

"Sampai sekarang tau, Ras! Terakhir, dia juga masih hobby jadi bucin. Diselingkuhin, maafin, eh diselingkuhin lagi. Baru deh putus. Kapok dia." kata Syifa menggelengkan kepala. "LDR gitu, dia kan di Bali cowoknya Jakarta. Pas abangnya ke Jakarta, ke gap dah tuh cowoknya. Dia nangis-nangis telpon gue. Ya makin gue begoin lah. Mau aja sih diajak balikan padahal udah gue minta pikir baik-baik. Selingkuh tuh kayak penyakit, kumat-kumatan."

Mendengar semua cerita Syifa membuat ulu hati Rasi terasa tersundut. Ada perasaan sesal, sebab, dia tidak ada di masa sulit Kiara seperti yang Syifa lakukan. Semua karena keegoisannya yang memilih mengasingkan diri seoalah menutup dirinya dari semua kenangan tentang Jakarta, tentang hal-hal yang sulit menyembuhkannya.

Tangan Rasi terulur, menggenggam tangan Syifa sampai perempuan berambut sebahu itu tersentak.

"Sorry ya, gue ngilang gitu aja. Ngelewatin momen yang seharusnya jadi sesuatu yang berharga sama kalian."

Senyum kecil Syifa mengembang. Di balasnya genggaman tangan Rasi dan menepuknya sekali.

"Lo punya alasan. Gak papa, asal lo ngerasa bisa lebih baik aja."

"Iri Syif. Pasti banyak banget keseruan kalian disini. Banyak hal yang gue lewatin."

"Banyak, Ra. Banyak banget." Kata Syifa menatap sendu penuh siratan. Tapi saat Rasi nenelisik sorotnya, Syifa melebarkan senyuman. "It's okay, yang penting akhirnya gue dapet kabar lo dari bang Nanta. Gue lega, seenggaknya gue tau kabar loㅡseenggaknya, gue sama Kiara tau lo kelihatan baik-baik aja."

"Gue emang ngedeact semua akun sosmed gue. Mau fokus aja sekolahㅡ" Rasi menelan ludah menghentikan bualannya yang tentu disadari jelas oleh Syifa saat pandangan mereka bertemu.

"Ras." Syifa ikut menelan ludah karena memilih kata. Seperti sebuah alarm peringatan, permohonan Nanta dan Bintang seakan menahan pertanyaannya untuk disuarakan pada Rasi. "Gimana sama Bang Bintang?"

Raut muka Rasi berubah pias. Senyum kecilnya lenyap bersamaan kedua bola matanya yang bergulir terbuang menatap meja hampa. Dia tahu, pembahasan seperti ini akan terjadi pada akhirnya.

"Gak gimana-gimana. Gue sama dia udah selesai, dan kami udah punya kehidupan masing-masing." Rasi melipat bibirnya dan mendongak pada Syifa, "Kayaknya udah gak waktunya ngomongin masa lalu. Gue udah melangkah di yang jalan gue pilih, dan lo juga tau, dia udah hidup lebih baikㅡ"

Rasi menghentikan ucapannya saat melihat Syifa menggeleng kecil dan menunduk. Matanya tidak buta untuk dapat melihat genang air yang membuat teman baiknya itu terlihat mengerjap cepat dan berusaha menahan sesuatu agar tidak terjatuh membasahi pipi.

"Syif?"

Syifa tersenyum kecut sebelum mendongak, "Gue tanya, apa yang bikin lo mikir kalau kalian udah selesai padahal kalian sama-sama tau kalau dari awal gak ada yang bener-bener diselesaiin?"

"Gue gak ngerti?" Kata Rasi bingung.

Dada Syifa terasa berat. Lagi-lagi suara Nanta dan Bintang menahan lidahnya untuk melafalkan banyak cerita yang menyundut dada sampai terasa mengganjal menyesakkan. Bahkan jika hanya sebagai penonton, Syifa tidak mengelak bagaimana pedih posisi pria itu.

Astrophile - CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang