35. Melepas Topeng

871 140 81
                                    

Voment yaw^^

Selesai mencuci piring kotor sisa makan malamnya, Rasi mendudukan diri di sofa ruang tengah sembari menemani Kezia yang sedang hobby mengemil snack. Akhir-akhir ini, Kezia memang tidak bisa berjauhan dengan toples makanan ringan. Padahal perempuan itu baru saja makan malam dan porsinya tidak sedikit.

"Gak kenyang kak?"

Kezia menggeleng sembari menjejalkan keripik singkong di mulutnya, "Aku malah lagi nunggu gofoodan mie ayam sama es campur."

"Buset dah." Rasi tertawa karena terkejut, "Bawaan utun apa emang mamanya doyan nih?"

Langit yang baru datang dari dapur sembari menyeruput air mineralnya ikut tertawa, "Tuh kan, gak aku doang yang mikir gitu."

"Tau gitu mendingan kamu aja yang hamil. Biar tau rasanya ngasupin dua orang di satu badan."

Ya begitulah keseharian Rasi yang menjadi saksi kehidupan rumah tangga kakaknya begini. Informasi tentang ibu hamil yang katanya lebih sensitif memang bukan rumor. Buktinya nyata, dan Rasi menyaksikan sendiri melalui Kezia.

"Jangan dong, aku bantu bikin hamil aja."

Rasi melotot memperingatkan Langit. Sudah tahu istrinya sensitif malah digoda.

"Lihat tuh masmu, Ras. Siapa yang gak kesel ngehadapin orang kayak gitu. Istri sama anaknya makan banyak tuh kudunya seneng. Ini ngoceh mulu."

Tawa Rasi menyembur meski dia sudah berusaha menahannya.

"Siapa yang ngoceh sih, Yang?" Langit meringis masih betah menggoda Kezia, "Seneng kok. Mau beli apa lagi deh? Pizza, roti bakar, martabak?"

"Halah! Males!" Kezia menepis tangan Langit yang hendak mengusap perutnya, "Gak usah pegang-pegang anakku."

"Heh!" Langit melotot lalu melirik Rasi meminta bantuan yang ditanggapi adiknya itu dengan ejekan puas, "Bercanda doang. Maaf deh maaf."

"Apaan tuh 'maaf deh maaf'. Kalau gak ikhlas gak usah minta maaf."

"Allahu Akbar."

Rasi tertawa terpingkal, "Gini aja inget nyebut lo. Jangan boleh pegang-pegang, kak. Kalau perlu suruh tidur di luar."

"Bener-bener durhaka lo ya." Lagit melotot jengkel.

Dengan tak acuh, Rasi malah mengambil jeruk dan mengupas kulitnya sebelum dia makan.

"Tumben pada gak kesini?" Celetuk Rasi saat sadar bahwa suasana rumah memang tidak seramai biasanya.

Kezia saling melirik dengan Langit. Ada seringai tipis dari keduanya.

"Nyari Bintang nih?" Tanya Kezia jahil.

Alis Rasi menukik sewot, "Kenapa jadi dia?"

"Ya tumben juga lo nanyain anak-anak. Gak biasanya. Pernah beberapa hari gak kesini juga lo diem aja, tuh." Kata Langit menjawab sembari menampakan ekspresi mencibir.

Rasi malas menanggapi karena tahu arah pembicaraan barusan.

"Serius deh Ras, kamu udah sama Bintang lagi ya?" Kezia menegakan tubuh penasaran, "Kalian tuh kelihatan lebih normal."

"Wah parah sih. Dia ngajak ribut mulu, kak. Gitu dikata normal?" Tanya Rasi balik.

"Ya yang bikin kelihatan normal itu karena lo nanggapin Binti, Ras. Kapan sih dia gak ganggu lo? Tapi baru akhir-akhir ini lo kelihatan seterbiasa duluㅡkayak, fine-fine aja berinteraksi sama dia lagi." Langit melihat Kezia mengangguk setuju lalu kembali menoleh pada Rasi, "Kalaupun balik juga gak papa kali. Gue ini abang lo, cerita-cerita juga gue dengerin. Kalau gak mau sama gue, bisaan sama bini gue."

Astrophile - CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang