32. Konspirasi Semesta

745 140 72
                                    

Voment ya^^

Kalau biasanya dalam seminggu ada hari yang paling Rasi benci, itu pasti adalah hari Senin. Tapi sepertinya, minggu ini jatuh pada hari ini, yaitu hari Rabu. Selain matahari pukul dua belas siang yang terik sampai terasa membakar kulit, apa yang baru saja membuatnya terkejut juga sukses membuat tubuh dari kaki sampai kepalanya terasa panas seperti akan meledak.

Rasi benci ditempatkan pada situasi yang canggung. Sialnya, yang dia rasakan sekarang bukan hanya canggung, tapi kesal bukan main. Untung mulutnya sudah diatur untuk berserapah seminimalisir mungkin sejak kecil. Kalau tidak, mungkin dia sudah menyumpahi Aruna sejak dia melihat perempuan itu menyapa riang sosok Bintang disana.

Ya, mereka bertiga sedang berada pada satu tempat yang tidak Rasi duga sama sekali. Dia bahkan ingin menebak isi kepala Aruna yang tidak memberitahunya bahwa ajakan makan siang kali ini menambah personil baru yang bahkan bukan orang dari kantor mereka.

"Makan di warung nasi padang depan aja, yuk?" Ajak Aruna pada Bintang dengan masih tersenyum lebar seakan lupa jika ada Rasi di belakangnya.

Sementara itu, Rasi yang mendapat atensi Bintang memicingkan tatapan sinis, "Kok bisa disini?"

Saat mulut Bintang hendak terbuka, suara Aruna mengintrupsi.

"Kebetulan Bintang tuh ada perlu di kantor pajak sebelah." Aruna menunjuk gedung besar yang ada di samping kantor mereka tanpa memperdulikan tatapan Rasi yang masih mengarah pada Bintang yang mengangguk, "Aku lihat Whatsapp storynya, langsung aku ajak aja makan barengㅡgak papa kan, Bi? Gak ganggu?"

"Enggak kok. Emang masih pada makan siang, jadi aku tinggal." Jawab Bintang tersenyum.

Rasi menggulirkan bola matanya. Kedua telapak tangannya bergerak masuk ke dalam saku blazer secara spontan sebelum kembali menatap Aruna.

"Yok, keburu rameㅡ"

"Mbak, aku gak mood makan disana." Rasi mengusahakan senyuman kecil, "Aku balik ke kantin aja sama mbak Fani yaㅡ"

"Kamu tadi bilang pengen Rendang kan, Ras?" Protes Aruna sembari memicingkan mata, lalu seakan tidak ingin ditolak, perempuan itu menggandeng lengan Rasi erat, "Dah ah, yok temenin kita."

Kita?

Rasi menggigit bibir bawahnya kesal. Saat mengerling pada tautan lengannya dan Aruna, dia serius bertambah kesal. Lalu kepalanya mendongak, mendapati tatapan bingung milik Bintang yang sontak membuat Rasi kembali membuang pandangannya.

"Mbakkk Runnaaㅡ" rengek Rasi memelas yang langsung mendapat cubitan di lengannya.

"Sssttt!" Aruna tetap enggan dibantah membuat Rasi menelan protesnya lagi.

Bagaimanapun dia merasa tidak bisa membenci Aruna meskipun selalu dibuat sebal setiap hari karena perempuan itu selalu menanyakan perihal Bintang padanya. Perempuan berambut lurus sebahu itu adalah teman pertamanya di kantor. Meski agak menyebalkan, Aruna memang perempuan yang baik. Apalagi, Aruna selalu sabar menjadi tutornya yang belum beradaptasi dengan tugas yang diembannya.

"Waktu itu kamu beneran gak papa kan?" Tanya Aruna pada Bintang, "Aku masih kepikiran muka panikmu pas mau pulang. Ke rumah sakit gak?"

"Hah?" Bintang mengingat sebentar lalu membulatkan mulut. Tatapanya sempat bertemu milik Rasi yang terlihat penasaran, "Gak papa. Gak papa kok."

Aruna terkekeh. Lalu menoleh pada Rasi yang menatap lurus, "Ini nih, Ras, si Bintang yang aku bilang mau ikut reuni kapan lalu, dia pulang duluan pas disana. Gak asik emang, padahal lama gak kumpul kan sama temen-temen. Tapi ya mau gimana, katanya lagi gak enak badan. Perutnya mulesㅡemang penyakit Bintang dari dulu gak jauh dari perut."

Astrophile - CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang